Contoh Nyata Persaudaraan, Aliyev: Sikap Turki Tunjukkan Azerbaijan tak Sendirian

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev

SALAM-ONLINE.COM: Presiden Ilham Aliyev mengatakan Sabtu (3/10/2020) bahwa sikap dan respons Turki atas serangan Armenia terhadap negaranya menunjukkan Azerbaijan tidak sendirian.

Tentara Armenia melancarkan provokasi militer pada 27 September lalu terhadap Azerbaijan dan menembaki permukiman dan pos militer dengan berbagai senjata, termasuk artileri berat.

“Pernyataan Anda yang jelas tentang masalah (pendudukan Karabakh Atas) sekali lagi menunjukkan bahwa Azerbaijan tidak sendirian,” kata Aliyev dalam sebuah surat terbuka kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang dilansir Anadolu News Agency, Ahad (4/10).

Menyinggung bahwa ia menerima banyak surat dukungan setiap hari dari Turki, Aliyev menegaskan, ini adalah contoh nyata persaudaraan Turki-Azerbaijan yang dihargai oleh rakyat Azerbaijan.

“Atas nama saya dan rakyat Azerbaijan, saya berterima kasih kepada Anda dan saudara-saudara Turki atas dukungan ini,” tambahnya.

Bentrokan di perbatasan meletus Ahad (27/9/20) lalu ketika pasukan Armenia menyerang permukiman sipil Azerbaijan dan pos militer, yang menyebabkan korban. Parlemen Azerbaijan menyatakan keadaan perang di beberapa kota dan wilayahnya menyusul pelanggaran perbatasan Armenia dan serangan di Karabakh Atas yang diduduki, juga dikenal sebagai Nagorno-Karabakh.

Pada Senin (28/9), Azerbaijan mengumumkan mobilisasi militer sebagian di wilayah bentrokan.

Baca Juga

Konflik Karabakh Atas

Hubungan antara kedua negara bekas Soviet itu dilanda ketegangan sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, wilayah Azerbaijan yang sah dan diakui secara internasional.

Empat Resolusi Dewan Keamanan PBB dan dua Resolusi Majelis Umum PBB, serta tuntutan sejumlah organisasi internasional, mendesak penarikan pasukan pendudukan Armenia di wilayah milik Azerbaijan itu.

OSCE Minsk Group—diketuai bersama oleh Prancis, Rusia dan AS—dibentuk pada tahun 1992 untuk mencari solusi damai terkait konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata kemudian disetujui pada 1994.

Prancis, Rusia dan NATO, antara lain, telah mendesak penghentian segera bentrokan di wilayah Azerbaijan yang diduduki pasukan Armenia tersebut.

Azerbaijan dan Armenia adalah dua negara pecahan Uni Soviet (Rusia) yang masing-masing berdiri sendiri. Mayoritas penduduk Azerbaijan adalah Muslim (96%), sementara Armenia sebagian besar (97%) warganya menganut Kristen.

Dalam konflik ini, Azerbaijan mendapat dukungan penuh Turki. Sementara Armenia didukung Rusia. (mus)

Baca Juga