Renungan: Covid-19 dan Kecemasan Akan Kematian

Catatan KH Athian Ali M Da’i, Lc, MA*

KH Athian Ali M Da’i, Lc, MA

SALAM-ONLINE.COM: Dengan sangat banyak berseliwerannya di media sosial berita tentang keluarga, teman, sahabat, tetangga yang sakit terpapar Covid-19, terutama sekali yang meninggal dunia, membuat tidak sedikit orang dihantui perasaan cemas, gelisah, bahkan takut. Takut jika diri mereka juga akan terpapar Covid-19 yang berujung pada kematian.

Untuk menjawab sekaligus mudah-mudahan bisa mengatasi kecemasan yang begitu banyak masuk setiap hari Iewat WA di HP saya, maka izinkan saya mengajak kita untuk merenungkan dialog seseorang dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu.

Diriwayatkan, suatu ketika seseorang bertanya kepada Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘Anhu:

“Takutkah Anda menghadapi kematian?” Dengan cepat dan singkat sekali Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘Anhu menjawab: “Tidak.”

Si penanya yang terheran-heran dengan jawaban tersebut kembali bertanya: “Mengapa?”

Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘Anhu pun mengemukakan alasannya:

“Mau takut atau tidak, saya tetap akan mati pada detik yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karenanya, apa gunanya saya takut? Jika pun ada yang saya takutkan dari kematian hanya satu! Yaitu kehidupan seperti apa yang akan saya jalani setelah saya meninggalkan alam dunia ini, serta bekal apa yang sudah saya siapkan untuk menghadapi perjalanan hidup yang abadi di akhirat nanti.”

Membaca kisah ini, boleh jadi hati kita akan diselimuti perasan kecut tatkala mencoba bermuhasabah:

Baca Juga

“Ya Allah. Jika seorang Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu. salah seorang dari sepuluh sahabat Raaulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sudah dijamin ahli surga, masih bertanya tentang bekal yang akan dibawa saat menjemput kematian, bagaimana kelak nasib kami hamba-hamba-Mu ini, yang telah banyak melakukan kesalahan dan dosa, fakir dalam ilmu dan fakir pula dalam keshalihan?”

Sebagai Mu’min, kita tentu sependapat dengan Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa detik kematian merupakan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang absolut. Tidak ada seorang pun yang kuasa mempercepat atau memperlambat kematian walau hanya satu detik (QS AI Araaf: 34, Yunus: 49, Al Hijr: 5, An Nahl: 61, Ali Imraan: 145, Al-Mu’minuun: 43, Al Munaafiquun:11), kendati, katakanlah seseorang berupaya berlindung di balik kekuatan benteng yang kokoh (QS An-Nisaa’: 78) atau berlindung di balik upaya para dokter, misalnya.

Karenanya, tidak ada gunanya kita cemas, apalagi takut dengan kematian yang pasti akan kita alami. Yang patut senantiasa kita tanyakan pada diri kita masing-masing adalah, bekal apa yang sudah kita siapkan jika ajal kelak menjemput kita?

Tentu saja bekal tersebut tidak terkait sedikit pun dengan semua yang berbau duniawi. Termasuk jasad kita yang akan kita tinggalkan di alam dunia. Bekal yang harus kita bawa adalah keimanan dan amal shalih yang memadai untuk menyelamatkan dan membahagiakan kita dalam kehidupan di alam Barzah, Padang Mahsyar, Yaumil Hisab, Yaumil Mizan dan di saat kita meniti Shiraat menuju Surga Allah Subhanahu wa Ta’ala agar tidak tergelincir (na’uudzu billaahi min dzaalik) ke dalam neraka jahannam.

Jadi, marilah kita manfaatkan sisa-sisa umur yang masih Allah Ta’ala amanahkan kepada kita, untuk menyiapkan bekal jika tiba saatnya nanti Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil kita. Sementara itu, mari kita terus berupaya secara optimal menjaga kesehatan, terutama pada masa pandemi Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan.

Nyawa bukan milik kita, melainkan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan sampai kita lalai menjaga amanah ini, sehingga (na’uudzu billaah) dinilai Alloh Ta’ala sebagai orang yang telah mengkhianati amanah nyawa dengan cara melakukan bunuh diri yang ancamannya abadi di neraka (HR Bukhari Muslim). Atau membunuh seseorang yang dosanya sama dengan membunuh semua manusia (QS AI-Maa-idah: 32). Karena, dengan sengaja kita membiarkan diri terpapar Covid-19 yang menyebabkan kematian kita dan atau menyebabkan juga kematian orang lain.

Detik kematian memang takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang absolut sifatnya. Namun cara kita menghadapi kematian yang mutlak takdir Allah sepenuhnya ditetapkan berdasarkan ikhtiar manusia.

Semoga kita semua selamat dunia akhirat.

*) Penulis adalah Ketum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI)/Ketum Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS)

Baca Juga