Jelang Putaran Kedua Pilpres Turki: Pendukung Oposisi Kehilangan Harapan Menyingkirkan Erdogan
SALAM-ONLINE.COM: Pada Ahad (28/5/2023) pemilih Turki harus kembali ke kotak suara untuk kedua kalinya, memilih presiden mereka berikutnya—dan banyak yang nampaknya kesulitan untuk membangkitkan kembali antusiasme seperti saat putaran pertama.
“Perasaan yang aneh. Saya merasa pemilu sudah selesai, tapi saya tahu masih ada pemilu lagi pada hari Minggu,” kata Soner Ugurlu (49) saat dia menikmati teh hangat bersama teman-temannya di kawasan Tophane, Istanbul.
“Tentu saja saya akan memilih lagi, tapi rasanya aneh karena semuanya jauh lebih tenang dibandingkan dua pekan lalu,” katanya.
Banyak pemilih melihat Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali menjadi pemenang dan memperpanjang 20 tahun kekuasaannya hingga lima tahun lagi. Hal ini menambah kesan bahwa pemungutan suara putaran kedua sudah antiklimaks.
Erdogan mengejutkan para penyurvei dan komentator pada 14 Mei lalu ketika dia muncul di depan dua penantangnya dan nyaris melampaui ambang batas 50 persen untuk memenangkan kontes di putaran pertama.
Erdogan sekarang menghadapi kandidat urutan kedua, pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu, yang memperoleh sekitar 45 persen suara, sedangkan Erdogan 49,2 persen (menurut penghitungan terbaru). Ini baru ketiga kalinya orang Turki memilih langsung presiden mereka. Erdogan memenangkan jajak pendapat 2014 dan 2018 di putaran pertama.
Pada pemilu kali ini, sebagian besar jajak pendapat memperkirakan Kilicdaroglu menjadi yang pertama (dalam pemungutan suara awal). Bahkan diprediksi langsung menang di puran pertama. Kubu Kilicdaroglu pun meyakini itu.
Kini, banyak pendukung oposisi merasa kempis setelah harapan mereka untuk menyingkirkan Erdogan dari kekuasaan pupus. Erdogan dipandang rentan saat orang Turki berjuang melalui krisis ekonomi dan setelah kritik terhadap pemerintahnya karena respon awal yang dinilai lambat terhadap penanganan gempa bumi dahsyat di Februari lalu.
“Saya sangat berharap sebelum 14 Mei karena sepertinya kami akhirnya akan menyingkirkannya, tetapi sekarang sepertinya dia (Erdogan) tidak terkalahkan,” kata Olcay, yang berbisnis toko pakaian di Cihangir, distrik modis di Istanbul.
“Semua orang lelah dengan perjuangan ini,” kata wanita berusia 34 tahun itu, yang menolak menyebutkan nama belakangnya. “Sulit untuk meningkatkan antusiasme untuk memilih lagi karena sepertinya kesepakatan sudah selesai, tetapi tentu saja, saya akan melakukannya (kembali ke kotak suara) karena itu adalah tugas saya.”
Berk Esen, asisten profesor ilmu politik di Universitas Sabanci Istanbul, mengatakan demoralisasi oposisi sudah diperkirakan.
“Terlepas dari krisis ekonomi yang sedang berlangsung dan kelalaian pemerintah selama dan setelah gempa bumi, Erdogan masih mendapat hampir 50 persen,” katanya.
“Sangat mengecewakan bagi pemilih oposisi bahwa Erdogan masih bisa mendapatkan popularitas yang begitu besar di mata para pemilih,” tuturnya.
“Ini juga merupakan kasus bahwa kepemimpinan oposisi dan lembaga pemungutan suara telah meningkatkan ekspektasi pemilih oposisi secara berlebihan.”
Sementara pendukung Erdogan, yakin bahwa pada Senin (29 Mei) mendatang, kandidat mereka akan memperkuat cengkeramannya pada masa depan negara.
“Saya pikir kita akan melihat dia memulai lima tahun lagi pada peringatan tahun 1453,” kata Osman Cakir, seorang mahasiswa berusia 22 tahun dari Istanbul, mengacu pada hari Senin, 29 Mei, sebagai penaklukan Ottoman atas kota tersebut.
Bendera politik yang tersampir di luar kantor partai tergantung lesu di bawah sinar matahari, terpelintir dan kusut setelah dua minggu terpapar unsur-unsurnya. Bus pemilu yang menampilkan wajah dan slogan para kandidat serta lagu-lagu kampanye yang menggelegar nampaknya merupakan pemandangan yang langka.
Stand-stand kampanye partai tetap berada di pusat-pusat transportasi, tetapi kerumunan di sekitar mereka jauh lebih sedikit dibanding dua minggu lalu.
Di depan terminal bus dan feri Kadikoy di pantai Asia Istanbul, hanya Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP, partai Erdogan) dan Partai Rakyat Republik (partai Kilicdaroglu) yang nampak serta tenda kecil untuk Partai Deva pendukung Kilicdaroglu.
Kampanye dua kandidat yang tersisa juga tak seperti jelang pemungutan suara pertama. Alih-alih demonstrasi massa terbuka yang menampilkan puluhan atau ratusan ribu pendukung yang mengibarkan bendera, Erdogan dan Kilicdaroglu sebagian besar membatasi diri mereka pada penampilan publik yang lebih kecil sambil mempertahankan program wawancara dan pernyataan siaran melalui media sosial.
Erdogan pada Jumat dijadwalkan menghadiri pertemuan komunitas perempuan dan rapat umum kecil di Istanbul sebelum wawancara televisi di malam hari. Dua minggu sebelumnya, jadwal Jumatnya terdiri dari tiga aksi unjuk rasa di Istanbul, menjadi tuan rumah pertemuan puncak pemuda dan tampil di TV.
Komentator masih mengharapkan jumlah pemilih yang tinggi pada Ahad (28/5), meskipun mungkin tidak mencapai 89 persen seperti pada putaran pertama. “Kemungkinan akan mencapai sekitar 84 atau 85 persen,” kata Berk Esen.
Penghitungan suara dari surat suara luar negeri di 73 negara dan di gerbang perbatasan sebenarnya menunjukkan sedikit peningkatan dari putaran pertama hingga Selasa malam. Tempat pemungutan suara di perbatasan akan tetap buka hingga akhir pemungutan suara domestik pada Ahad ini.
Akan tetapi, jumlah pemilih di luar negeri pada putaran pertama jauh lebih rendah, yaitu 54 persen, dibanding partisipasi di dalam Turki.
Pada Ahad, 28 Mei, pemungutan suara dibuka pada pukul 8 pagi waktu setempat atau pukul 12 siang WIB. Dan ditutup pada pukul 17:00 (21.00 WIB). (S)
Sumber: Al Jazeera