Berpidato di PBB di Hadapan Ruangan yang Kosong, Netanyahu Menolak Bertanggung jawab atas Kejahatannya di Gaza
SALAM-ONLINE.COM: Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu memanfaatkan pidatonya di Majelis Umum PBB pada Jumat (26/9/2025) untuk menyangkal tuduhan genosida dan melaparkan rakyat Gaza.
Seperti dilansir Anadolu, Jumat (26/9), Netanyahu menolak untuk bertanggung jawab di depan ruangan yang kosong itu setelah banyak delegasi keluar sebagai aksi protes atas kejahatan dan kebiadaban pasukan zionis terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Menyangkal laporan kelaparan yang dibuat rezim penjajah di daerah kantong Palestina tersebut, Netanyahu mengklaim: “Israel memberi makan rakyat Gaza”. Padahal warga yang mendatangi pusat bantuan makanan itu dibantai oleh pasukan penjajah tersebut.
Mengenai tuduhan genosida, ia membual dengan mengklaim: “Israel menerapkan lebih banyak langkah untuk meminimalkan korban sipil daripada militer mana pun dalam sejarah.”
Mengenai serangan “Israel” di Gaza, Netanyahu bersikeras bahwa daerah kantong tersebut akan tetap “didemiliterisasi” di bawah “kendali keamanan” penjajah itu. Netanyahu juga mengancam Hamas dengan serangan lebih lanjut jika para sandera tidak dibebaskan.
Tentara penjajah itu telah membunuh lebih dari 65.500 warga Palestina. Sebagian sebagian besar mereka yang dibunuh di Gaza sejak Oktober 2023 itu adalah perempuan dan anak-anak.
Netanyahu mengklaim bahwa Upaya yang ditempuh “Israel” tidak dapat dipisahkan dari keamanan Barat.
“Saya yakin ada orang-orang di New York, London, Melbourne, dan di tempat lain yang mungkin berpikir, apa hubungannya semua ini dengan saya? Dan jawabannya adalah segalanya. Karena musuh kami adalah musuh Anda,” bualnya.
Ia menuduh Iran dan kelompok-kelompok sekutunya telah dua kali mencoba membunuh presiden AS.
Pidato Netanyahu di majelis umum PBB terjadi di tengah aksi walkout sejumlah besar delegasi sebagai protes atas genosida zionis “Israel” yang sedang berlangsung di Gaza.
Mengenai gelombang pengakuan negara Palestina baru-baru ini, Netanyahu mengklaim bahwa negara-negara itu telah melakukan “sesuatu yang sangat salah”.
Ia menuduh bahwa penolakan terhadap “Israel” tidak hanya datang dari Hamas tetapi juga dari Otoritas Palestina yang “disebut moderat”.
Terkait Suriah, Netanyahu mengklaim telah mencapai terobosan dengan Damaskus. Ia mengatakan bahwa perdamaian dulunya “tak terbayangkan” tetapi “negosiasi serius” kini telah dimulai dengan “pemerintahan Suriah yang baru”.
Mengenai situasi di Lebanon dan pendudukan beberapa wilayah selatannya, ia mengklaim bahwa tujuan “Israel” bukan hanya untuk “memantau Hizbullah” tetapi juga untuk “mencegah serangan”.
Meskipun gencatan senjata yang mengharuskan penarikan penuh pasukan zionis pada Januari 2025, namun penjajah itu masih mempertahankan pasukannya di lima pos terdepan di Lebanon selatan. (is)