Konspirasi Jahat di Balik Pengakuan Dunia atas Kemerdekaan Palestina

CATATAN USTADZ FATHUDDIN JA’FAR*

SALAM-ONLINE.COM: Bagi yang memahami hakikat percaturan antara Islam VS Yahudi+Nasrani Eropa dan membaca fakta sejarah dan realitas Palestina sejak dijajah Inggris tahun 1917, kemudian Inggris menyerahkannya ke Yahudi tahun 1948, tidak sulit untuk memahami konspirasi jahat yang terkandung dalam pengakuan lebih dari 150 negara atas kemerdekaan Palestina beberapa hari ini.

Tiga Alasan Utama
Paling tidak ada tiga alasan utama kenapa di balik pengakuan kemerdekaan Palestina tersebut tersirat konspirasi jahat atas Palestina khususnya dan negeri-negeri Muslim di sekitarnya.

Sedangkan tujuannya tidak lain adalah melindungi keberadaan negara haram Yahudi “Israel” di jantung negeri Islam itu yang semakin hari kian tak berdaya dan jika dibiarkan, maka prediksi Asy Syahid Syekh Ahmad Yasin, rahimahullah, bisa terbukti, yakni “Israel” akan lenyap tahun 2027 yang akan datang.

Tiga alasan tersebut ialah:

1. Tidak semua negara yang mengakui kemerdekaan Palestina itu tulus dalam pengakuannya seperti yang dilakukan Afrika Selatan dan beberapa negara Amerika Latin lainnya. Adapun negara-negara Eropa seperti Itali, Spanyol, Inggris, Perancis dan lainnya tidaklah demikian halnya.

> Khususnya Inggris dan Prancis adalah biang kerok penjajahan Palestina, penyebab segala kehancuran dan derita puluhan juta penduduk asli Palestina sejak 108 tahun lalu dan sangat patut dicurigai motif pengakuannya. Semua itu mereka lakukan berdasarkan Perjanjian Sykes-Picot 1916 dan Deklarasi Balfour 1917.

Bisa jadi hanya sekadar menenangkan gelombang protes masyarakatnya atas dukungan membabi buta tanpa henti tehadap genosida yang dilakukan Yahudi atas rakyat Palestina, khususnya warga Gaza sejak Hamas menguasai wilayah itu tahun 2007.

> Buktinya, berbagai dukungan militer masih mengalir dari negara-negara tersebut ke Tel Aviv, kendati diprotes masyarakat dan kaum berakal sehat lainnya.

2. Konsep kemerdekaan Palestina dikaitkan dengan keharusan solusi dua negara berdampingan. Artinya, sebagian besar tanah Palestina harus diserahkan kepada Yahudi di bawah pemerintahan bernama “Israel” yang dideklarasikan tahun 1948 dan harus diakui legal (sah secara hukum internasional) serta dilindungi dari setiap upaya perlawanan kemerdekaan rakyat Palestina.

> Konsep zalim dua negara ini sudah diputuskan dalam sidang Majelis Umum PBB tahun 1947 No 108. Bukti zalimnya, saat resolusi dikeluarkan, Yahudi baru menguasai tanah Palestina sebanyak 7%. Sedangkan dalam resolusi itu dijelaskan, untuk bangsa Yahudi berhak menguasai tanah Palestina sebanyak 56,47%, bagi penduduk asli Palestina 42,88% dan sisanya (Al-Quds) wilayah status quo dalam kendali PBB.

Faktanya, setelah perang 6 hari Arab-“Israel”, pada 1973, semua wilayah Palestina, 100% dikuasai “Israel,” termasuk Gaza yang luasnya hanya 1,3% (365 km persegi) dari total wilayah Palestina seluas 26,990 Km2.

Pertanyaannya ialah : Jika resolusi dua negara yang diputuskan Majelis Umum PBB 1947 No 108 tersebut adalah solusi, legal (sah secara hukum internasional) dan efektif bagi penyelesaian penjajahan Palestina, kenapa PBB dan para pemimpin dunia, khususnya Inggris dan Prancis membiarkan Yahudi mencaplok seluruh wilayah Palestina dalam waktu 23 tahun (1948-1973)?

Kemana PBB, pemimpin Inggris, Prancis dan pemimpin Eropa lainnya selama itu? Sudah berapa banyak resolusi PBB terkait Palestina yang dianggap sampah oleh kaum Yahudi penjajah Palestina?

Pada awal tahun 1990-an muncul lagi proposal solusi dua negara dalam Kesepakatan/Perjanjian Oslo yang ditandatangani mendiang Yaser Arafat, pemimpin PLO dan Yitzhak Rabin, PM penjajah, pada 13 September 1993 di Gedung Putih di bawah asuhan Bill Clinton, Presiden AS saat itu.

> Sampai detik ini, baik Deklarasi PBB 1947 No 108 maupun Perjanjian Oslo 1993, hanya ada di atas kertas dan tidak ada wujudnya di alam nyata.

3. Inti solusi dua negara yang dirancang PBB 1947, Perjanjian Oslo 1993, maupun yang sekarang yang mendapat dukungan 154 negara, termasuk Prancis, Inggris dan Indonesia, sama saja, yaitu :

A. Negara Palestina yang dimaksud adalah Pemerintahan Otoritas Palestina dengan wilayah Tepi Barat seluas 21% dan Gaza seluas 1,3% dari total bumi Palestina.

B. Pemerintahan Otoritas Palestina dan dunia harus mengakui status negara “Israel” sebagai negara yang sah, berdaulat dan dapat perlindungan PBB dan dunia internasional dari setiap perlawanan kemerdekaan Palestina. Setiap perlawanan terhadap “Israel” harus dituduh sebagai teroris dan dunia wajib menghabisinya.

C. Terkait keamanan dan pertahanan, Pemerintahan Otoritas Palestina harus di bawah koordinasi dan kendali “Israel”.

D. Yang lebih mengerikan lagi ialah, Pemerintahan Otoritas Palestina harus dipimpin Mahmud Abbas, loyalis Zionis kelas berat, atau tokoh PLO atau tokoh lainnya seperti Muhamamd Dahlan, seorang tokoh Palestina yang sangat loyal kepada Zionis Yahudi.

E. Yang lebih sadis lagi ialah, khusus Hamas dan Jihad Islami, wajib menyerahkan senjata mereka kepada Pemerintahan Otoritas Palestina dan semua anggota mereka dicabut hak politiknya.

Baca Juga

Pernyataan Pemimpin Dunia Adalah Bukti Nyata

Penjelasan di atas akan semakin terang kebenarannya jika kita simak dengan baik beberapa penyataan pemimpin dunia berikut:

1. Presiden “Boneka” Pemerintahan Otoritas Palestina Mahmud Abbas selalu menginginkan Hamas dilucuti senjatanya dan tidak boleh ikut dalam pemerintahan mendatang.

> Dalam pertemuannya dengan mantan perdana menteri Inggris Tony Blair di Amman, Ibu Kota Yordania, beberapa waktu lalu, Abbas menyebutkan bahwa “Hamas tidak akan ikut memerintah Gaza di era pascaperang,”

2. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dalam sebuah pernyataan kepada surat kabar “Israel” Yedioth Ahronoth, bahwa mengakui negara Palestina tidak akan menimbulkan ancaman bagi “Israel”, melainkan akan menjadi kepentingan terbaiknya, karena bagaimanapun, negara tersebut akan menjadi negara formal dan virtual, yang benefitnya adalah mengajak negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan (dengan “Israel”).

3. Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan: “Kami menginginkan Palestina tanpa senjata.”

4. Presiden Indonesia Prabowo Subianto dalam pidatonya saat Sidang Majelis Umum PBB yang ke 80 dua hari lalu mengatakan :
> “Segera setelah “Israel” mengakui kemerdekaan Palestina dan berdirinya Negara Palestina, Indonesia akan segera mengakui Negara “Israel”, dan “Kami akan mendukung semua jaminan keamanan Israel.”

5. Yang menarik dan menguatkan pernyataan di atas adalah ucapan Donald Trump, Presiden AS, pelindung sekaligus jubir “Israel”:
> “Mengakui negara Palestina yang dilakukan sahabat dan mitra kami, lebih banyak retorika daripada tindakan.”

Adapun protes keras Netanyahu, PM penjajah dan menampakkan kemurkaannya atas ucapan/pernyataan dukungan kemerdekaan Palestina oleh lebih 150 negara di dunia, khususnya Inggris dan Prancis tidak lebih dari sandiwara belaka karena ia tahu persis/haqqul yakin lobi dan dominasi Zionis masih sangat kuat atas para pemimpin dunia dan pemerintahan mereka.

Pasti Netanyahu berkata dalam hati dan dengan geng Zionis Globalnya : Ah biarin aja mereka ngomong apa saja, rahasia, ekonomi dan kekuasaan mereka tetap dalam genggaman kita.

Kesimpulan

Secara hukum Islam, solusi dua negara haram hukumnya karena membiarkan bumi dan negeri yang menjadi jantung negeri Islam dijajah kaum kafir, apalagi di dalamnya terdapat Masjid Aqsha, kiblat pertama umat Islam dan wilayah haram yang ketiga setelah Masjid Haram dan Masjid Nabawi. Karena itu, berjihad membebaskan Palestina hukumnya fardhu/wajib bagi setiap Muslim yang memiliki kemampuan. Karena pilihan Palestina hanya satu, yakni: MERDEKA.

Rezim Netanyahu yang didominasi kelompok Zionis tidak akan pernah setuju dengan solusi dua negara karena planing mereka dalah mendirikan “Israel” Raya yang wilayahnya mencakup hampir semua negeri Arab dan sebagian wilayah Turki, sesuai amanat Konferensi Zionis Pertama di Basel 1897 yang dipimpin Theodor Herzl.

Sejarah membuktikan solusi dua negara bukanlah solusi, melainkan akal-akalan para pimpinan dunia, khususnya pemimpin “Israel” dan Eropa. Terlebih saat ini mereka berfungsi sekaligus menyelamatkan air muka mereka di hadapan rakyat yang memprotes mereka.

Paling tidak, Inggris, Prancis dan Amerika Serikat wajib bertanggung jawab atas kehancuran Palestina dan berbagai bentuk pengorbanan rakyatnya sejak tahun 1917 sampai saat ini dan wajib mengganti kerugian yang diderita puluhan juta masyarakat Palestina, setelah Palestina merdeka.

Palestina itu bagian dari bumi Syam yang diberkahi Allah dan Rasulullah menjanjikan umat Islam akan mengalahkan Yahudi di sana dan tinggal menunggu waktu.

Palestina bukan hanya milik masyarakat Palestina, akan tetapi milik umat Islam sedunia.

Sebab itu, yang akan membebaskan Palestina adalah Mujahidin dari segenap negeri Islam, khususnya negeri Syam dan yang akan menjadi pemimpinnya adalah Muslim sejati yang akan dipilih Allah, bukan dipilih Zionis Yahudi dan negara Barat Kristen lainnya. Wilayahnya juga mencakup seluruh tanah Palestina dan negeri Syam lainnya.

> Bersiap-siaplah kaum Muslimin seluruh dunia menyambut kemenangan besar di Palestina yang akan menjadi gong awal kemenangan umat Islam lainnya di seluruh dunia.

Biarkanlah para pemimpin Yahudi dan Nasrani Eropa merekayasa Palestina dan Allah akan melakukan rekayasa dahsyat dan pasti akan mengalahkan rekayasa mereka. Semua itu amat mudah bagi-Nya.

✊🏾🏳️ Allahu Akbar! Kemenangan bersama Islam dan umatnya. []

*) Penulis adalah Chairman Spiritual Learning Center, Owner Tafaqquh Group, Pengamat Alam Islami

Baca Juga