Benarkah Mereka Kaum Liberal Sejati?

Oleh: – Prof Dr  Ja’far Syaikh Idris –

Jakarta (salam-online.com). Liberalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu leberalisme asli produk Barat, dan liberalisme palsu yang dipromosikan di negara-negara Islam  dengan “merek asli”.

Kelompok liberal Barat menjual barang dagangan yang merupakan hasil karya mereka sendiri. Oleh sebab itu, Anda dapat berdiskusi dengan mereka dan menunjukkan kelemahan barang tersebut. Tentu kelemahan tersebut tidak sedikit. Kemungkinan besar mereka akan mendengarkan komentar Anda, bahkan mungkin juga mereka mengakui apa yang Anda sampaikan, lalu mereka segera memperbaikinya. Inilah kebiasaan mereka selama ini.

Tetapi Saudara tidak bisa melakukan hal yang sama terhadap para penjaja barang palsu. Karena, para penjualnya bukanlah produsen asli barang tersebut. Mereka hanyalah plagiator yang tidak mampu menjual barang kecuali dengan menjiplak merek yang dipakai oleh produsen aslinya. Produsen yang telah bersusah payah memperjuangkan karyanya. Merekalah yang memiliki otoritas mutlak untuk merevisi, mereproduksi, atau menukar karyanya.

Bagaimana mungkin Anda berdiskusi dengan orang yang menyatakan cita-cita tertingginya adalah berubah seratus persen menjadi orang Barat. Ingin mengadopsi segala sesuatu dari Barat, sampai cacing yang ada di perut mereka sekalipun. Seperti ungkapan Mustafa Kemal Ataturk, “Supaya kita menjadi seperti orang Barat, maka kita  harus menelusuri jalan yang telah mereka lalui, mengadopsi seluruh peradaban mereka, baik yang manis atau yang pahit, yang baik maupun yang buruknya.”

Tidak jauh berbeda dengan Thoha Husein yang selalu mendengungkan ungkapan Dr  Zaki Najib Mahmud, sebelum dia diberi hidayah oleh Allah, “Kehidupan pemikiran kontemporer tidaklah memiliki masa depan, kecuali jika kita mengamputasi warisan budaya kita, kemudian kita hidup bercampur baur dengan mereka yang memiliki ilmu dan perdaban, yang mempunyai wawasan terhadap manusia dan alam. Bahkan pada saat itu, saya sangat berharap kita dapat makan sebagaimana mereka makan, serius seperti keseriusan mereka, bercanda sama dengan cara mereka bercanda, dan kita menulis dari kiri ke kanan sebagaimana mereka menulis.”

Apakah mungkin Anda dapat berdiskusi dengan orang seperti itu, yang menenggelamkan dirinya dalam lembah taqlid dan ketergantungan, yang pada akhirnya ia tidak memandang kecuali dengan pandangan orang yang ia ikuti?

Kaum liberal gadungan beranggapan sama seperti anggapan kaum komunis dahulu, bahwa hambatan terbesar mereka dalam merintis jalan taqlid buta adalah Islam. Mereka pun diserang penyakit kronis yang sebelumnya menimpa kaum komunis. Orang Barat menyebutnya Islamophobia. Penyakit ini mengubah total misi kaum komunis, dari misi ekonomi menjadi kampanye yang bertujuan mempromosikan budaya kapitalis Barat: musik, buka-bukaan dan mabuk-mabukan, sehingga mereka hanya menjadi duta budaya murahan kaum kapitalis, seperti julukan yang sering kita sematkan kepada mereka.

Semua ini mereka lakukan berangkat dari keyakinan bahwa nila-nilai luhur yang ditanamkan Islam menentang budaya amoral yang mereka tawarkan, sehingga mayoritas generasi muda antipati terhadap kampanye mereka. Seolah-olah mereka menyeru generasi muda: “Bergabunglah  bersama kami. Kami akan membebaskan kalian dari  semua belenggu. Janganlah kalian mengikuti para aktivis Islam. Sebab mereka hanya membebani pundak kalian dengan doktrin-doktrin akidah, ibadah, serta perkara halal dan haram.”

Baik kaum liberal gadungan maupun kaum liberal Barat panutan mereka tidak sadar bahwa mereka sedang meniti jalan yang sejak lama telah dirintis oleh musuh bebuyutan mereka. Padahal Allah telah mewanti-wanti mereka terhadap bahayanya:

] يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا [

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga. Ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya,” (QS al-A’raaf: 27).

]إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ [

“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji,” (QS al-Baqarah: 169).

Saat kaum komunis-liberal di negara kita telah menjadi duta budaya jalanan kaum kapitalis, saudara mereka, kaum liberal Barat, justru memerangi budaya murahan tersebut. Sampai-sampai putri Stalin dalam bukunya menulis bahwa ayahnya melarangnya memakai rok pendek. Bahkan kaset musik dan lagu-lagu Barat, seperti rock and roll adalah barang terlarang dan tidak bisa masuk ke negara-negara komunis kecuali  jika diselundupkan.

Baca Juga

Saat Uni Soviet runtuh, Allah memberi penulis artikel ini kesempatan mengunjungi Moskow. Di sana penulis melihat wanita-wanitanya berpakaian jauh lebih sopan dibandingkan dengan wanita-wanita Eropa dan Amerika. Walaupun beberapa tahun kemudian kondisi tersebut berubah total setelah jaringan komunikasi dengan Eropa terbuka lebar.

Kaum liberal palsu di negara kita (Arab dan negara-negara mayoritas Islam lainnya) mengulangi kembali tragedi wabah Islamophobia, namun dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tragedi kaum komunis terjadi karena mereka berpihak kepada Uni Soviet yang notabene adalah musuh utama penjajah Eropa. Sedang tragedi kaum liberal palsu di negara kita terjadi karena mereka mendukung sepenuhnya penjajahan Eropa ini. Mereka mengklaim bahwa hanya penjajah yang dapat membebaskan mereka dari pengaruh nilai-nilai luhur Islam. Hanya penjajah yang mampu mewujudkan paham liberal mereka yang menentang Islam.

Demi Allah, sungguh penulis pernah mendengar dengan telinga sendiri seseorang dari negara Teluk, memimpikan agar pasukan Amerika langsung menyerang negaranya setelah berhasil memberangus Irak. Beberapa saat kemudian penulis sadar bahwa ini bukanlah pendapat aneh. Tetapi merupakan inti dari ideologi yang selalu dikampanyekan oleh kaum liberal palsu Arab yang berdomisili di Barat. Bahkan mereka mengkoordinir berbagai demonstrasi mendukung Bush dan bertepuk tangan untuknya.

Para peniru di negara kita yang menyebut diri mereka dengan kaum liberal mengadopsi doktrin-doktrin sesat Barat. Padahal, Barat menerapkannya karena mereka mengira ia bisa menjadi solusi terbaik atas permasalahan yang mereka hadapi.

Doktrin-doktrin tersebut ingin dipaksakan oleh kaum liberal di negara kita. Padahal, permasalahan yang kita hadapi tidak sama dengan yang mereka hadapi. Hal ini tentu memperkeruh masalah.

Sebagian kritikus di negara kita, termasuk di dalamnya aktivis Islam, menyerang mereka dari sudut ini. Yaitu kekeliruan mereka dengan memaksakan doktrin dan falsafah yang tumbuh di masyarakat Barat ke dalam lingkungan Islam yang jauh berbeda. Tetapi dengan cara ini, mereka telah mengabaikan sisi terpenting dari kasus ini. Yaitu bahwa selain falsafah ini batil dari asalnya, ia juga tidak cocok dengan lingkungan mana pun, baik Barat maupun Timur. Boleh jadi dalam kasus tertentu falsafah ini membawa perubahan lebih ringan dari apa yang terjadi di negeri asalnya, namun bagaimanapun hal ini tidak dapat menjadikannya sah dan benar.

Ironisnya, mereka tidak puas dengan mengadopsi doktrin-doktrin Barat, tetapi mereka juga berusaha  menjelma menjadi manusia Barat dan memandang berbagai perkara dengan cara pandang Barat. Walaupun tidak memiliki relasi dengan filsafat atau pemikiran yang mereka junjung.

Malapetaka ketiga yang menimpa para pengekor ini adalah mereka mengimpor beberapa falsafah dan doktrin Barat sebagai solusi untuk masalah yang sebenarnya tidak ada di dunia Islam. Contoh paling tepat adalah seruan paham sekuler yang notabene diusung oleh masyarakat Barat sebagai pelarian dari konflik panjang antara mereka dengan pemerintahan agama. Bila salah satu pihak berkuasa (baik Katolik maupun Protestan), mereka tidak cukup menguasai ranah politik, tapi melampaui batas dengan memaksa kelompok lain menukar ideologi dan mengikuti keyakinan mereka.

Fenomena ini tidak terjadi di dunia Islam, sebut saja Ahlus Sunnah yang berkuasa secara politik. Mereka tidak pernah memaksa Mu’tazilah, umpamanya, mengubah ideologi mereka. Bahkan tidak memaksa kaum Yahudi dan Nasrani mengubah ideologi mereka. Mereka memberikan kebebasan penuh kepada musuh untuk menjalankan ritual ibadah dan melakukan urusan pribadi mereka. Kebebasan yang tidak pernah diberikan oleh kaum sekuler.

Paham sekuler tumbuh berkembang di Barat adalah berdasarkan  persetujuan kaum agama, mungkin juga dengan dukungan mereka. Lalu mengapa orang-orang buta ini memaksakan paham ini kepada pihak yang menganggapnya bertolak belakang dengan agama mereka?

Inilah sekilas gambaran tentang hakikat kaum liberal gadungan. Maka apakah yang terjadi pada kaum liberal asli?

(Sumber: Al Bayan)

 

Baca Juga