Jakarta (salam-online.com): Kelompok yang digerebek di Hotel Laksmi Jl Danau Poso, dan Jl Gunung Soputan, Denpasar, Bali, Ahad malam (19/3/12), itu ‘teroris’ atau bukan?
Pemberitaan di sejumlah stasiun televisi, media cetak dan online, masih menyebut sebagai penggerebekan teroris. Bahkan informasi tentang penggerebekan ini masih ditambah lagi dengan unsur perempuan. Disebutkan, sebelum melancarkan aksinya, para ‘teroris’ mem-booking PSK.
Namun soal perempuan ini dibantah Mabes Polri. “Siapa yang bilang, nggak ada itu. Jangan dikarang-karang,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution, hari ini, Selasa (20/3/12).
Meskipun ada beberapa saksi yang menyatakan melihat bahwa sebelum digerebek, kelompok ini memesan perempuan yang bertarif antara Rp 150 ribu – Rp 250 ribu, lantas apa makna bantahan dari Mabes Polri ini? Mungkinkah untuk meyakinkan bahwa mereka yang ditembak mati itu memang teroris? Sebab, andai diakui bahwa para pelaku sebelumnya memesan perempuan, akan muncul opini publik, bahwa tak mungkin ‘teroris’ yang oleh kalangan Islam disebut sebagai Mujahidin itu ‘main’ perempuan, sebagaimana dikatakan pengamat terorisme Al Chaidar.
Menurut Al Chaidar, dalam penelitiannya, tak ada yang namanya ‘teroris’ itu ‘main’ perempuan, karena tak mungkin Mujahidin melakukan itu. Karenanya, jika kelompok ini memesan perempuan sebelum beraksi, Al Chaidar yakin, mereka bukan ‘teroris’, melainkan kelompok kriminal biasa.
Namun Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai yakin ini kelompok teroris. “Kami yakin pelaku adalah teroris karena pelakunya termasuk dalam daftar pencarian orang teroris sejak dari Medan dan Solo,” ungkap Ansyaad Mbai di DPR, Jakarta, Senin (19/3). Bahkan, secara terbuka Ansyad menyatakan lima pelaku yang tertembak mati itu terkait dengan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), seperti dikutip suarakarya online (20/3/12).
Dia melanjutkan BNPT telah mengendus pelaku selama berbulan-bulan. “Mereka sudah diikuti dan diyakini akan melakukan aksi teror, hingga mereka siap menyerang target (Money Changer) tersebut dan toko emas,” ujar Ansyaad.
Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo menambahkan bahwa ‘teroris’ yang digerebek di Bali ini masih ada hubungannya dengan perampokan di CIMB Niaga Medan, Agustus 2010 lalu.
Tapi bantahan bahwa para pelaku bukan kelompok teroris datang dari Kepala Bidang Humas Polda Bali Komisaris Besar Polisi Hariadi. Ia menyatakan, lima orang yang ditembak mati di Denpasar, Ahad (18/3) malam, itu bukan teroris, melainkan tersangka perampokan.
“Dari penyelidikan sementara mereka itu murni tersangka perampokan. Salah seorang di antaranya dengan inisial H, masuk DPO (daftar pencarian orang) hasil pengembangan kasus curas (pencurian dengan kekerasan) di Medan,” kata Hariadi di Denpasar, Senin siang (19/3/12), sebagaimana dikutip Antara dan Harian Analisa Online (20/3/12).
Kelima orang yang ditembak aparat Detasemen Khusus 88 Antiteror di Jalan Danau Poso, Sanur, dan Jalan Gunung Soputan, Denpasar Barat, itu, masuk Bali untuk melakukan sejumlah rencana perampokan di beberapa lokasi.
Meski dalam penyergapan itu ditemukan beberapa senjata api, Hariadi menjelaskan bahwa empat orang lainnya masih diselidiki, termasuk kemungkinan ada dari kalangan warga lokal yang menjadi korban tewas.
Hariadi menambahkan, pada Minggu (18/3), tim gabungan Mabes Polri dan Polda Bali, mengikuti dua orang di antara tersangka yang menggunakan mobil minibus. Mereka diduga sedang survei beberapa lokasi. Tiga orang lainnya juga dikuntit di lokasi berbeda.
Sesampainya di Jalan Gunung Soputan, Denpasar Barat, dua orang yang diikuti disergap, namun melakukan perlawanan dan akhirnya ditembak hingga tewas. “Di sini ditemukan satu senjata genggam dan sejumlah peluru,” ucapnya.
Demikian pula tiga orang lainnya yang juga menggunakan mobil, seperti dilaporkan Antara, akhirnya disergap di lokasi Jalan Danau Poso dan melakukan perlawanan, sehingga ditembak hingga semuanya tewas. “Di sini juga ditemukan senjata genggam dengan sejumlah peluru,” kata Hariadi.
Dia menambahkan, penanganan kasus ini juga tidak ada kaitannya dengan isu sebelumnya terkait penyusupan teroris ke Bali, termasuk informasi yang beredar di jejaring sosial dan pesan telepon seluler (BBM).
Jadi, jika bukan teroris, mengapa Kapolri atau Mabes Polri, Kepala BNPT, sejumlah setasiun TV, media cetak dan online masih menyebut kejadian di Hotel Laksmi dan Jl Gunung Soputan Denpasar itu sebagai penggerebekan teroris? Mengapa keterangan Polda Bali dengan Mabes Polri berbeda?
Memang, jika keterangan Polda Bali yang dipakai, maka tak bisa lagi operasi ini diklaim sebagai penggerebekan ‘teroris’ dan sangat sulit mengaitkannya dengan kelompok atau organisasi Islam tertentu semisal JAT, seperti dikatakan Ansyaad Mbai. Makanya, lantaran itukah unsur perempuan dalam cerita ini harus dinafikan? Sebab, Menurut Al Chaidar, tak mungkin yang namanya Mujahidin tapi mendapat label ‘teroris’ itu ‘main’ perempuan.
Maka, ‘teroris’ atau bukan, sayangnya kita tak bisa bertanya kepada para pelaku, “Sampeyan itu sebenarnya ‘teroris’ apa bukan?” karena mereka sudah ditembak mati dan “jaringan” mereka pun belum diungkap tuntas—meski Kapolri dan Kepala BNPT yakin para pelaku masih berhubungan dengan perampokan CIMB Niaga Medan yang dinyatakan sebagai kelompok ‘teroris’.