EDITORIAL (salam-online.com): Selain Suriah, inilah peristiwa di belahan dunia lain, yang relatif masih dekat dengan Indonesia. Burma atau di Myanmar, persisnya di Rohingya, ribuan bahkan puluhan ribu umat Islam harus menerima nasib yang namanya pengusiran dan pembantaian. Rumah-rumah dan desa-desa mereka dibakar. Pasar-pasar habis dilalap si jago merah. Celakanya, negara tempat mereka mencoba mengungsi, Bangladesh, tak pula welcome.
Dunia membisu. PBB, seperti biasanya, kalaupun bersuara, hanya basa-basi. OKI, aha, ke mana organisasi ini? Tak ada yang menolong Muslim yang tengah didera musibah. Wajah dunia menjadi miring tatkala umat Islam mengalami penderitaan. Manakala hak-hak hidup mereka dikebiri. Mata dunia menjadi juling saat umat Islam yang menjadi korbannya. Bola mata dunia pun terbalik, ketika kaum Muslimin jadi obyek yang diperangi. Tubuh-tubuh dunia tiarap ketika mayat-mayat Muslim bergelimpangan. Tak ada yang mau menolong, meskipun suara mereka habis dan megap-megap minta bantuan.
Mana protes dan kecaman LSM-LSM atau NGO-NGO yang sering lantang membela HAM orang-orang yang mereka anggap “tertindas’? Mana suara dan pena tajam media—televisi, media cetak, online, dan sebagainya—untuk menjadikan penderitaan Muslim Rohingya sebagai headlines di media mereka?
Air mata yang tumpah dan jasad yang berkuah darah, menanti gerbang el-maut, tak jua mampu menggerakkan dunia untuk melepaskan mereka dari siksaan dan pembantaian. Umat Islam di belahan bumi lain, hanya bisa berunjuk rasa, tak memiliki kemampuan untuk menolong dan membebaskan mereka dari kejahatan kaum musyrik dan zalim itu! Karena, pemerintahan tempat mereka berdiam pun tak peduli, meskipun mereka Muslim. Termasuk negeri kita, Republik Indonesia ini, suara pembelaannya, baik di PBB maupun di forum Asean, tak jua terdengar!
Ooh… masihkah telinga kita ini ditebalkan saat Presiden Myanmar Thein Sein dengan jelas menegaskan untuk mengusir Muslim Rohingya? Masihkah kita menjadi orang pekak dan bebal ketika mendengar kabar saudara-saudaranya–yang bahkan masih dekat dengan negeri ini–menjadi orang-orang yang tertindas di kampung halaman mereka sendiri?
Palestina, Suriah, Myanmar, Afghanistan, Irak, Kashmir, dan lainnya, hanyalah di antara beberapa bagian wilayah di dunia ini yang penghuninya harus menerima ketidakadilan. Mengapa? Apakah lantaran mereka adalah Muslim, sehingga mereka tak berhak hidup di negerinya sendiri? Apakah karena mereka meyakini hanya Allah yang Esa dan Mahakuasa, sehingga harus dibantai? Apakah lantaran mereka menginginkan syariat Allah saja yang tegak di negara mereka sendiri, sehingga harus diusir dan negara mereka dirampas?
Begitulah… Jika di sebuah wilayah atau negara, umat Islam mayoritas, maka tak ada pembantaian ataupun pengusiran terhadap golongan lain. Tapi, sering terjadi, di sebuah negara atau wilayah yang umat Islamnya minoritas, justru toleransi tak berlaku—bahkan kaum Muslimin diperangi. Toleransi yang digembar-gemborkan hanya berlaku di tengah mayoritas Muslim. Dan suara-suara LSM serta media sekular itu menjadi sangat nyaring manakala mereka menganggap terjadi diskriminasi atas non-Muslim.
Badan dan Organisasi Dunia, LSM atau NGO dan media yang kerap menyuarakan HAM, mana suaramu atas penderitaan yang dialami kaum Muslimin?! Ke mana wajah-wajah kalian dipalingkan?