Ulama Ahli Falak NU Protes Hasil Itsbat: Jangan karena Politik dan Gengsi, yang Benar Diabaikan!

Mbah Munir mengharapkan Kementerian Agama dalam menjalankan sidang itsbat mengacu pada metode yang benar (merdeka.com)

MAGELANG (salam-online.com): Ulama Nahdlatul Ulama (NU) Syech Misbachul Munir Alfalakiy (70) yang akrab dipanggil Mbah Munir, pakar ilmu falak Internasional yang juga sempat menjadi Lajnah Falakiyyah Pusat PBNU mempertanyakan hasil sidang itsbat pemerintah.

Mbah Munir protes karena pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1433 Hijriah jatuh pada 21 Juli 2012.

Sistem Koordinat Horison

Mbah Munir berpendapat, dalam hitungan ilmu falak jatuhnya awal Ramadhan Jumat 20 Juli 2012. Perhitungan itu berdasarkan sembilan dari 10 kitab popular ilmu falak yaitu Kitab Nurul Anwar Badingatul Nisa, Kitab Minhajurroh Shoddin, Kitab Arrisalatul Falakhiyakiyah, Kitab Huluhul Wathor, Kitab Umdhatutholib, Kitab Rouful Manan, Kitab Risalatul Khomar dan Kitab Sulamun Naiyreni.

Sementara Muhammadiyah dalam hitungannya menggunakan teori dan pengetahuan hisab hakiki. Metode itu tidak memerlukan rukyat atau melihat hilal.

“Sebelumnya saya sudah tahu 1 Ramadhan 1433 jatuh dua hari Jum’at Kliwon dan Sabtu Legi. Tidak perlu ambil kepusingan tanggal saya 1 Ramadhan Jumat Kliwon dengan ketinggian ikwanul rukyat diikmalkan tidak bisa. Digenapkan 30 hari malah salah. Falak populer ada 10 dari 9 kitab, lima di antaranya menerangkan sudah bisa ditetapkan. Maka, 1 Ramadhan tetap Jumat Kliwon 20 Juli. Kalau Muhammadiyah tiga bulan sebelum datangnya puasa, salah seorang pengurus Majelis Tarjih PP Muhamamdiyah sudah menghubungi saya,” kata Mbah Munir kepada merdeka.com di Ponpes Marzakul Falakiyah Dusun Semali, Desa Salamkanci, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Mbah Munir menyesalkan mengapa dalam pengamatan rukyat hilal ada salah satu jemaah di Cakung yang sempat melihat hilal bahkan disumpah tidak dijadikan bahan dan dasar untuk menetapkan jatuhnya 1 Ramadhan 1433 H.

“Selain dari sembilan kitab yang ada menyatakan sudah dua derajat lebih sudah ikmalkan untuk rukyat. Maka satu Ramadhan 1433 Hijriah tetap jatuh pada Jum’at Kliwon 20 Juli 2012. Dalam proses melihat hilal, pada prosesnya ada salah satu tepatnya, di Cakung, Jakarta melihat hilal. Kenapa proses melihat hilal ini tidak diakui bahkan dikesampingkan begitu saja? Ini politik dan gengsinya pemerintah dalam siding itsbat kemarin,” ujar dia.

Mbah Munir menceritakan, sejarah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam menetapkan 1 Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, seorang kaum kafir pun yang memberi informasi melihat hilal, Nabi langsung menetapkan jatuhnya puasa dan lebaran berdasarkan pengakuan kaum kafir itu.

Hisab & Rukyat

“Politik dan gengsi. Mengapa sudah melihat bulan saat rukyat hilal ditolak yang di Cakung? Apakah itu sudah betul? Nabi tidak begitu caranya. Nabi ada orang kafir tahu tanggal, Nabi saya tahu tanggal dan melihat hilal. Nabi langsung ngomong; Wes sesuk bodho (Ya sudah besok lebaran). Saya orang NU sama dengan Muhammadiyah wes biar. Sehingga tanggalan saya dan santri saya 1 Ramadhan jatuh 20 Juli dan hari ini saya sudah puasa,” jelasnya.

Mbah Munir berharap, sidang itsbat yang dilakukan pemerintah harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengamatan. Dua metode untuk menetapkan jatuhnya hari pertama dimulainya puasa itu tidak dapat ditinggalkan.

Seharusnya, awal penetapan Ramadhan tidak didasarkan pada kemenangan dan dukungan banyaknya suara dalam forum yang mendukung suara puasa dijatuhkan pada 21 Juli 2012, tetapi berdasarkan dua metode yaitu perhitungan ilmu falak dan pengamatan hilal.

Betul, ini bukan sedang memilih pemimpin berdasarkan suara terbanyak seperti dalam sistem demokrasi. Dan, jangan pula karena faktor politik dan gengsi, seperti dikatakan Mbah Munir, yang benar diabaikan!

(merdeka.com/salam-online.com)

Baca Juga
Baca Juga