Sosiolog: ‘Di Bali, Orang Tua Terbiasa Biarkan Anaknya Nikmati Seks Bebas’

SALAM-ONLINE.COM: Para orang tua di Bali, terbiasa membiarkan anak-anaknya menikmati seks bebas meskipun belum ada ikatan “pernikahan”.

Ada anggapan, jika pelaku seks bebas bisa dan mau bertanggungjawab, para orang tua di Bali tidak mempermasalahkan hubungan seks di luar nikah itu.

Fakta itu diungkapkan sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Evy Clara kepada itoday (7/12/2012)  menanggapi terungkapnya arisan seks di kalangan pelajar Situbondo, Jawa Timur.

“Soal seks bebas, tak hanya di Situbondo, di Bali lebih parah. Orang tua di Bali membiarkan anaknya pacaran hingga menginap, padahal belum ada ikatan pernikahan. Saya pernah tanya ke orang tuanya, jawabannya, itu biasa yang penting bertanggungjawab. Jika tidak mau bertanggungjawab, dosa,” ungkap Evy Clara.

Baca Juga

Evy menegaskan perilaku seks bebas di kalangan pelajar sudah umum terjadi di Bali. “Seorang dosen di UNJ, yang baru pindah dari Singaraja, Bali, pernah saya tanya, mengapa sudah 20 tahun di Bali memaksa pindah ke Jakarta. Dia jawab, khawatir dengan masa depan anak perempuannya. Ia takut perilaku seks bebas di Bali,” ungkapnya lagi.

Terkait fenomena arisan seks pelajar di Situbondo, Evy menegaskan bahwa testimoni seorang PSK di Sutobondo itu perlu ditelusuri kebenarannya. “Itu harus diusut, benar atau tidak. Jangan-jangan hanya pengakuan sepihak PSK. Karena perbuatan segelintir pelajar, akhirnya ada anggapan bahwa arisan seks pelajar marak di Situbondo,” kata Evy.

Sebagai solusi atas perilaku seks bebas, Evy menyarankan agar para orang tua dan kalangan pendidik menekankan tentang bahaya perzinahan. “Di sekolah perlu disisipkan pesan bahaya perilaku menyimpang dalam pelajaran psikologi ataupun agama,” kata Evy.

Tak hanya itu, Evy juga meminta para orang tua introspeksi diri, bahwa seks bebas pelajar menjadi bukti para orang tua sudah kecolongan. “Menurut saya ini salah keluarga. Berarti kita kecolongan, anak-anak kita kecolongan adanya paham seks bebas. Itu terjadi salah satunya karena kurangnya pengetahuan tentang efek seks bebas. Sosialisasi di keluarga kurang, ini tanggung jawab keluarga,” pungkas Evy. (itoday)

Baca Juga