Jenderal Sisi Merajuk pada Amerika, Lirik Rusia untuk Memberangus Ikhwan

Mesir-Jendral Sisi melirik rusia berangus ikhwan-jpeg.imageKAIRO (SALAM-ONLINE): “Anda telah meninggalkan rakyat Mesir! Anda membalikkan badan memunggungi rakyat Mesir! Kami tidak akan melupakan hal itu !” demikian tuduhan yang dilontarkan oleh Letnan Jenderal Abdul-Fatah Al-Sisi kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam sebuah wawancara sebagaimana dirilis oleh Debka pada Sabtu (3/8/2013).

Sisi menuduh Washington mengabaikan aspirasi sebagian besar rakyat Mesir dan tidak memberikan dukungan yang cukup, sehingga menyebabkan terjadinya kekerasan berdarah di Mesir.

“Jika ingin menghindari terjadinya pertumpahan darah di Mesir, Amerika bisa membantu menekan Ikhwanul Muslimin untuk menghentikan aksinya dan mundur dari Kairo,” kata Sisi lagi. “Amerika memiliki kekuatan dan pengaruh terhadap Ikhwanul Muslimin dan saya ingin agar Amerika menggunakan kekuatannya dalam menekan Ikhwanul Muslimin untuk menghentikan konflik,” lanjut Sisi.

Dengan pernyataan seperti itu nampaknya Jenderal Sisi merajuk pada Amerika untuk membantunya menghadapi Ikhwanul Muslimin yang dianggap berada di balik gerakan massa Pro Mursi yang merebak di seantero Mesir.

Di Alexandria massa pendukung Mursi mengibarkan spanduk bertuliskan: “Sisi out! Mursi is President! Down with the army!” Anehnya, massa pro militer bukan menyerang balik, malah mengibarkan spanduk bertuliskan: “Bye Bye America!” serta banner bertuliskan yang sama di kepala mereka. Beberapa poster memperlihatkan potret trio Sisi, Vladimir Putin dan Jenderal Gamal Abdul Nasser, yang memerintah Mesir pada 1960-an dimana ketika itu Gamal Abdul Nasser sempat dekat dengan Uni-Soviet.

Banner anti Amerika ini menunjukkan pesan bahwa tidak masalah jika Presiden Barack Obama mengabaikan rakyat Mesir, karena Kairo punya pilihan dengan Moskow. Untuk memperlihatkan keseriusan ancaman ini, Sisi mulai melakukan serangkaian pertemuan dengan pejabat Rusia untuk meminta bantuan memerangi dan memberangus “terorisme”–dalam hal ini yang dimaksud adalah Ikhwanul Muslimin.

Baca Juga

Sebagian pengamat mengatakan bahwa manuver Sisi ini merupakan upaya untuk merangkul kelompok Neo-Nasserist (pendukung Presiden Gamal Abdul Nasser) di Mesir. Hal ini dilakukan karena Gamal Abdel Nasser dulu adalah Presiden Mesir yang berani menangkap puluhan ribu pengikut Ikhwanul Muslimin dan mengeksekusi mati tokoh-tokoh gerakan ini. Maka suara-suara kelompok Neo-Nasserist ini seolah sebagai dukungan agar Al-Sisi bertidak serupa terhadap Ikhwanul Muslimin.

Di sisi lain pengamat mengatakan bahwa opsi Al-Sisi untuk meminta bantuan Rusia sangat beralasan karena dalam kasus konflik di Suriah, Rusia  jelas menunjukkan sikapnya sebagai seteru Mujahidin yang dipandang terkait dengan jaringan Al-Qaidah dan Ikhwanul Muslimin.

Di Suriah sendiri, aktivis dan tokoh gerakan Ikhwanul Muslimin pernah mengalami pembantaian pada 1982 di Kota Hama, dimana saat itu Hafez Asad (bapaknya Basyar Asad) berkuasa. Kini, aktivis Ikhwan di Suriah terlibat aktif bersama kelompok Mujahidin lainnya mengobarkan jihad melawan rezim Syiah Nushairiyah pimpinan Asad.

Di sisi lain, secara turun termurun keluarga Asad adalah pendiri partai Ba’ats, sebuah partai sosialis berhaluan kiri, sehingga sejak dulu, Suriah adalah sekutu Rusia. Maka dalam konflik Suriah, Rusia berpihak pada Asad dan membantunya dengan mengirimkan sistem rudalnya untuk menghancurkan Mujahidin.

Sementara “Hizbullah” yang merupakan milisi Syiah di Libanon dukungan Iran, juga bersikap mendukung rezim Asad karena secara ideologi mereka sama-sama beraliran Syiah. Keluarga Asad merupakan warga Syiah Allawite atau sekarang popular dengan sebutan Syiah Nushairiyah yang sama-sama bagian dari Syiah 12 Imam yang dianut mayoritas rakyat Iran. (Abu Akmal/salam-online)

Baca Juga