JEMBER (SALAM-ONLINE): Warga Muslim Jember bentrok dengan penganut Syiah kemarin, Rabu (11/9) siang. Sebelumnya, Mei lalu, juga terjadi kerusuhan antara kelompok ini. Namun, kali ini bentrok berujung adanya korban Jiwa.
Bentrok berdarah ini dipicu oleh Pawai Karnaval 17 Agustus yang diselenggarakan oleh Ponpes Darus Sholihin pimpinan Habib Ali. Ponpes ini memang sejak lama ditengarai menganut paham Syiah.
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin mengatakan, sejumlah warga sekitar memang menolak pawai yang digelar oleh ponpes Darus Sholihin.
“Warga tidak ingin karnaval (Syiah) itu digelar di luar pesantren. Karena pawai itu diadakan oleh pondok aliran Syiah. Karnaval itu, juga tidak mendapat izin kepolisian,” kata Kiai Syamsul saat dihubungi, Rabu (11/9/2013), dikutip dari okezone.
Penolakan ini beralasan, lantaran dikhawatirkan akan terjadi bentrok dengan warga yang tak suka. Rupanya penolakan warga ini tidak digubris oleh pihak Pondok. Massa yang dipimpin oleh Ustadz Fauzi dari Kelompok pengajian Nurul Mustofa membubarkan paksa karnaval tersebut sambil membawa pentungan kayu.
Sejumlah aparat kepolisian pun tak mampu untuk menghentikan bentrok massa tersebut. Tak pelak, Polisi pun sempat menjadi sasaran lemparan batu dari massa yang bertikai. “Sejumlah orang terluka. Selain itu bangunan masjid pun tak luput dari amuk massa. Kacanya pecah terkena lemparan batu,” jelasnya.
Akibat bentrokkan itu, Eko Mardi, salah seorang warga meninggal karena dikeroyok puluhan orang. Sementara kondisi lokasi di Desa Puger Kulon, pasca bentrok itu, mencekam. Aparat kepolisian berjaga-jaga di lokasi. Bahkan untuk menenangkan warga Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono harus turun ke lokasi. (Okezone), salam-online