Pimpinan Aliran Sesat Padepokan Aluwung Sragen Akui Salah dan Nyatakan Taubat

LUIS mendengarkan Pengakuan salah dari Gus Anto-jpeg.image
Suasana saat Gus Anto mengakui kesalahannya

SOLO (SALAM-ONLINE): Kamis (3/10/2013) malam, di tengah kajian rutin di Masjid Baitusalam Tipes Solo oleh Ustadz Ade Hidayat, Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) kedatangan dua orang tamu, yaitu Ustadz Slamet pimpinan pondok pesantren Al Mutsani Sragen dan Gus Anto pimpinan Padepokan Santri Aluwung Sidoharjo Sragen, Jawa Tengah.

Gus Anto inilah yang dituduh warga mengajarkan kesesatan dalam bentuk ritual syirik berkedok pondok pesantren.

Pada Ahad  (29/9/2013) lalu, Padepokan Santri Aluwung telah ditutup warga, disaksikan oleh anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), LUIS, Kapolsek Sidoharjo, Jajaran Koramil, Lurah, RT dan RW. Menurut surat yang diberikan kepada pejabat terkait disebutkan bahwa pedepokan ini digunakan untuk ritual Kungkum (merendam diri).

Ajaran serupa juga terdapat di Mojokerto, tetapi sudah ditutup oleh pemkot setempat sesuai dengan putusan kejaksaan. Padepokan ini berpedoman pada Kitab Layang Ijo. Pimpinan Padepokan menutup diri, sering menggunakan ritual dengan musik yang mengganggu lingkungan sekitar,  dan masih banyak lagi keberatan warga. Surat  penyegelan dan penutupan padepokan ini ditandatangani ketua RT 1- 4 dan ketua RW 7.

LUIS-identitas gus anto-jpeg.image
Identitas Gus Anto

Paska penutupan padepokan ini, sang pimpinan, Gus Anto menyatakan bersalah dan bertaubat di hadapan Ustadz Slamet. Ustadz Slamet mengantarkan Gus Anto ke Masjid Baitussalam,  Sekretariat LUIS, Kamis (3/10/2013) malam untuk menjelaskan pengakuan kesesatan dan pertaubatan pimpinan padepokan ini.

Baca Juga

Di hadapan Pengurus LUIS, Gus Anto mengakui adanya ritual Kungkum atau merendam diri yang dilakukan tengah malam hingga menjelang subuh. Ritual kungkum ini dilaksanakan setelah shalat malam yang didahului adzan di tengah malam. Ia menerangkan pula pesertanya sekitar 70- an orang dan ada pula yang berasal dari anggota polisi yang menjabat salah satu Kapolsek di Sragen.

Gus Anto menambahkan, bahwa kitab Layang Ijo sebenarnya adalah karya Muhammad Thohari yang pada awalnya berupa tulisan tangan. Muhammad Thohari  adalah warga Siderejo, Jawa Timur. Kemudian oleh Gus Anto Kitab Layang Ijo diubah dalam bentuk  buku, dicetak ulang, dan digandakan untuk para muridnya.

“Siapa yang mau tersesat Mas? Saya siap dibina dan tidak akan mengulangi lagi, jika perlu disyahadatkan ulang,” katanya.

Luis-kitab layang ijo-jpeg.image
“Kitab” Layang Ijo yang dijadikan rujukan aliran sesat Padepokan Aluwung

Menanggapi hal ini, Ketua LUIS Edi Lukito berjanji akan melakukan koordinasi dengan Ketua MUI dan Kementerian Agama Sragen untuk melakukan pembinaan secepatnya. Gus Anto disarankan untuk menuliskan pengakuan salah dan bertaubat dalam sebuah Surat Pernyataan yang nantinya akan dijelaskan ke warga, elemen Muslim, jajaran Muspika dan Muspida.

Demikian rilis yang disampaikan Humas LUIS Endro Sudarsono yang diterima redaksi salam-online, Sabtu (5/10/2013).

Baca Juga