Belum Berkuasa Saja PDIP Sudah Instruksikan Kadernya Memata-matai Khutbah Jumat di Masjid

Khutbah Jumat-2-jpeg.image
Khutbah Jumat (ilustrasi)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Belum berkuasa saja, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah instruksikan para kadernya untuk menginteli alias memata-matai dan memantau khutbah Jumat di masjid-masjid. Bagaimana kalau sudah memegang tampuk pemerintahan? Demikian komentar Mahrus Ali dalam situs http://mantankyainu.blogspot.com.

Terungkap, kader PDI Perjuangan Jakarta Timur yang Muslim diperintahkan memantau materi khutbah Jumat, untuk memastikan apakah ada kampanye hitam atau tidak terhadap pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Bahkan bukan tidak mungkin, kader PDIP di seluruh Indonesia mendapat perintah yang sama.

Instruksi PDIP tersebut terus dipersoalkan. Karena pengawasan terhadap materi khutbah Jumat dikhawatirkan akan menimbulkan fragmentasi sosial di tengah masyarakat. Selain itu, bisa juga menimbulkan kesan seolah-olah para khatib selama ini dijadikan sebagai agen politik dari suatu kepentingan politik tertentu.

Padahal, fungsi masjid adalah tempat suci dimana orang berupaya mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

“Kenapa tidak sekalian sweeping saja? Kenapa mesti mengirim ‘tukang intip’? Saya khawatir, ini bisa dilihat masyarakat sebagai upaya pengembalian rezim otoriter dengan masuknya intervensi ke rumah-rumah ibadah,” jelas Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh P. Daulay sebagaimana dikutip Rakyat Merdeka Online, Jumat (30/5).

Karena itu, tindakan melakukan pengawasan terhadap ceramah atau khutbah para khatib sangat provokatif. Ada kesan seolah-olah seseorang sedang dizalimi. Padahal, lanjut Saleh, sampai saat ini belum ada bukti bahwa ada black campaign yang dilakukan di atas mimbar-mimbar Jumat.

“Lagi pula, yang potensial memanfaatkan masjid itu ya tim Jokowi-JK. Bukankah Ketua Umum Dewan Mesjid Indonesia adalah JK? Jaringan mesjid se-Indonesia itu dikuasai JK. Merekalah yang paling mungkin memanfaatkan masjid-masjid untuk hal-hal seperti itu,” sambung Saleh.

Menurutnya, tindakan mengawasi khatib lebih berbahaya dari kampanye hitam. Sebab, tindakan pengawasan itu sendiri sudah bagian dari kampanye hitam. Tidak tanggung-tanggung, yang dituduh melakukan kampanye hitam adalah para ustadz yang selama ini bekerja keras membina umat.

Selain itu, para penggagas pengawasan terhadap khutbah dipastikan tidak memahami fungsi masjid secara baik. Tidak juga memahami esensi dakwah Islam. Demi kepentingan politik sesaat, mereka dengan mudah melemparkan tuduhan yang tidak bertanggung jawab.

“Fungsi masjid itu banyak. Selain untuk ibadah, masjid juga sering difungsikan untuk pemberdayaan umat, baik dalam bidang ekonomi, budaya, sosial, dan juga politik. Mesjid tidak pernah difungsikan untuk menyebar fitnah. Para ustadz pasti tahu bahwa menyebar fitnah adalah perbuatan keji,” demikian Saleh.

Seperti diberitakan, lewat akun berita PDIP di twitter @news_pdip, pada Kamis (29/5/2014), William Yani yang juga anggota DPRD DKI Jakarta ini menginstruksikan kepada kader dan pendukung Jokowi pada saat Shalat Jumat untuk memantau penceramah (Khatib Jumat, red).

Baca Juga

Tidak hanya itu, William Yani yang seorang Kristiani ini meminta para pendukung Jokowi membawa alat perekam saat khutbah Jumat berlangsung.

Pernyataan ini dikecam oleh warga pengguna sosial media. Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh PDIP dan pendukung Jokowi itu sebagai keterlaluan.

“Jangan sholat Jum’at jadi strategi PDIP untuk buat berita, ini sangat hina dan gak sehat,” ungkap Teddy Ibrahim lewat akun @stone_cobain.

“ini maksud nya apaan orang mau beribadah dipantau-pantau segala. Mau adu domba?” ungkap @dianputi pengguna sosial media lainnya.[Islamedia/twitter/YL]

Sementara Mahrus Ali berkomentar di situs http://mantankyainu.blogspot.com:

“Belum berkuasa sudah mengintruksikan memata-matai khatib di masjid, bagaimana kalau kiranya sudah memegang tampuk kepemerintahan. Sudah hampir dipastikan akan menangkapi seluruh khatib yang tidak sesuai dengan prinsip kafirin Yahudi dan Nasrani. Ini tanda kebencian, bukan niat berbaik hati atau hidup bersama dalam bernegara.”

Ini tanda permusuhan yang sangat besar dari golongan kafir dan apa yang ada di hati mereka akan lebih dari itu.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran (3) ayat 118:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ا‏ ْلآ‏يَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

“Wahai kaum Mukmin, janganlah kalian memilih teman kepercayaan (wali atau pemimpin) selain dari golongan Mukmin. Orang-orang kafir tidak mau memperhatikan kesulitan-kesulitan kalian, bahkan mereka selalu ingin agar kalian berada dalam kesulitan. Kebencian orang-orang kafir kepada kalian telah mereka nyatakan dengan mulut-mulut mereka, padahal kebencian yang tersembunyi dalam hati mereka jauh lebih besar. Kami telah menjelaskan bukti-bukti kebencian golongan kafir itu kepada kalian, jika kalian benar-benar mau memperhatikan keselamatan kalian,” (RMOL/arrahmah.com)

salam-online

Baca Juga