ACT Berangkatkan Tim Kemanusiaan ke Afrika Tengah

ACT-Tim ACT ke Afrika Tengah-2-jpeg.image

Tim Global Humanitarian Response (GHR) ACT menuju Chad dan Afrika Tengah (Foto: Dok.ACT)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Konflik dan kekerasan masih terus terjadi di Republik Afrika Tengah (CAR). Tidak hanya sebagai “negara yang terlupakan”, konflik di CAR juga menjadi “konflik yang terlupakan”.

Pada 2 Mei, UNHCR merilis, lebih dari 23.000 orang kehilangan tempat tinggal mereka di bagian utara CAR. Jumlah pengungsi tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan sebulan sebelumnya.

Sejak puncak konflik Desember 2013 hingga kini, di CAR nyaris tidak ada perubahan positif melainkan semakin memburuk. Terlebih, pengungsi Muslim di Kamerun, Chad, dan utara CAR akan menghadapi musim penghujan yang akan menambah parah kondisi mereka di pengungsian.

Sampai saat ini kondisi Muslim di Afrika Tengah makin memprihatinkan. Selain terusir dari negeri mereka sendiri, mereka juga harus menghadapi berbagai keterbatasan hidup di pengungsian. Kekurangan bahan makanan, fasilitas kesehatan, dan ancaman musim penghujan. Mereka tersebar ke dalam beberapa kantung pengungsian hingga ke Chad dan Kamerun.

Sebagai lembaga kemanusiaan global, Aksi Cepat Tanggap (ACT) merespons dengan mengirimkan tim kemanusiaan ke CAR Jumat (30/5) malam. Tim yang diketuai Yusnirsyah Sirin ini akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi di Chad, Kamerun dan CAR.

“Tim Global Humanitarian Response (GHR) ACT melakukan assessment dan distribusi bantuan untuk pengungsi. Semua tergantung kebutuhan pengungsi di sana,” kata Yusnirsyah dalam rilis ACT yang diterima redaksi salam-online, Jumat (30/5).

Baca Juga

Yusnirsyah mengatakan, fokus utama tim GHR adalah di Chad karena pengungsi Afrika Tengah paling banyak ada di negara tersebut. Sampai saat ini kondisi pengungsi di Afrika Tengah makin memprihatinkan.

“Mohon doa agar ACT diberi kekuatan dan kelancaran dalam menyalurkan bantuan donator sebagai solusi bagi korban bencana kelaparan, kemiskinan dan kezaliman di penjuru dunia. Mari bersama memberi bantuan terbaik kita, saat ini juga demi menyelamatkan nyawa saudara kita,” ujarnya.

Presiden ACT Ahyudin mengungkapkan, eskalasi krisis kemanusiaan global telah menjadi bahan perbincangan dan pernyataan sikap badan dunia termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, hal itu masih belum cukup.

“Sikap dalam bentuk statemen belum sukses mengerem laju penderitaan Muslim di berbagai negara. Perlu sikap lebih tegas dari elemen kemanusiaan dunia,” ungkap Ahyudin tegas.

Sebagai negeri berpenduduk Muslim terbesar dunia, bangsa Indonesia tak berlebihan mengajak seluruh dunia peduli, apapun agamanya. Jangan sampai dunia basa-basi apalagi tak bersikap tegas karena penyandang krisis kemanusiaan itu Muslim.

“Indonesia tak bisa bersikap sekali-sekali. Kebaikan itu tuntas, bukan sekali-sekali menolong dan bersuara, tapi kemudian tak ada langkah nyata. Buktikan kita benar-benar konsisten sebagai manusia yang baik dan bangsa yang baik. Mari, kita raih kemuliaan dengan cara memuliakan orang yang menderita, di mana pun,” tandas Ahyudin. (lingga/heri)

salam-online

Baca Juga