Petinggi Jabhah Nushrah Ini Masuk Daftar ‘Teroris’ Global Versi AS
WASHINGTON (SALAM-ONLINE): Departemen Luar Negeri AS menambahkan dua orang Mujahid ke dalam “Daftar Khusus Teroris Internasional” pada Senin (18/8), demikian lansir The Long War Journal di tanggal yang sama.
Said Arif, seorang warga Aljazair yang pergi ke Prancis pada tahun 2013 dan bergabung dengan Jabhah Nusrah di Suriah, dan Abu Mohammad Al-Adnani, seorang warga Suriah yang merupakan petinggi dan pejuang Islam anti-Asad secara resmi mendapat label “teroris global” versi AS.
Said Arif
Arif, yang memiliki nama asli Omar Gharib, telah terlibat dengan tanzhim Al-Qaidah dan gerakan jihad lainnya sejak awal 1990-an. Ia merupakan target pencarian pemerintah Prancis dan Aljazair.
“Arif adalah mantan perwira tentara Aljazair, yang melakukan perjalanan ke Afghanistan pada 1990-an, dimana ia berlatih di kamp-kamp Al-Qaidah dengan senjata dan bahan peledak,” kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah siaran pers. “Arif adalah ‘teroris’ lama yang merupakan tersangka dari Al-Qaidah yang merencanakan serangan Desember 2000 untuk mengebom pasar Strasbourg,” demikian vonis yang dialamatkan kepadanya.
Ia dinyatakan telah melakukan perjalanan ke Pakistan, Panski Gorge di Georgia, dan kemudian Suriah. Di sana ia bergabung dengan Al-Qaidah Irak, di bawah kepemimpinan Syaikh Abu Musab Az-Zarqawi. Pada 2004, pasukan keamanan Suriah menahan Arif dan mendeportasinya ke Prancis.
Arif juga pernah dituntut pihak berwenang Prancis, bersama 25 anggota lain dari “Jaringan Chechnya”, sekelompok Mujahid dari Prancis dan Afrika Utara yang berlatih bersama Mujahidin Chechnya, pada 2006.
“Pada tahun 2002 Jaringan Chechnya dituduh merencanakan peledakan Menara Eiffel, melakukan serangan kimia, serangan terhadap mal dan kantor polisi di Prancis,” kata Deplus AS. Arif divonis membantu kelompok “teroris” dan dihukum 10 tahun penjara.
“Arif secara terbuka menyatakan bahwa Al-Qaidah berencana menyerang pangkalan militer Amerika di Spanyol dengan menggunakan senjata kimia,” lanjut pernyataan itu.
Pada tahun 2012, ia ditempatkan di dalam tahanan rumah. Pada Oktober 2013, Arif mengabaikan tahanan rumah dan berhijrah ke Suriah, kemudian kembali ke Al-Qaidah dan bergabung dengan Jabhah Nusrah (JN).
Abu Muhammad Al-Adnani
Al-Adnani, warga Suriah, adalah seorang pejuang Islam senior anti-Asad. Pada Februari 2012, ia menyerukan jihad ke Irak untuk melawan Syiah yang telah membantai Muslim Suriah. Ia juga pernah mengancam akan menyerang Amerika Serikat.
Namun keberadaan Al-Adnani saat ini tidak diketahui. Dia dikabarkan gugur pada 24 Juli lalu setelah militer Irak melancarkan serangan udara di Mosul. Kematiannya belum dikonfirmasi dan kelompok Daulah Al-Baghdadi di Irak belum merilis pernyataan resmi tentang itu.
Penunjukan oleh Departemen Luar Negeri AS ini berlangsung hanya beberapa hari setelah Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 2170, yang menyerukan bahwa “semua negara anggota PBB agar bertindak untuk menekan aliran pejuang asing, pembiayaan dan dukungan lain kepada kelompok ‘ekstremis’ Islam di Irak dan Suriah.”
Selain itu, resolusi 15 Agustus menuntut “ISIL, Jabhah Nusrah dan semua entitas lain yang terkait dengan Al-Qaidah agar menghentikan semua kekerasan dan tindakan ‘teroris’, dan segera melucuti senjata dan membubarkan diri.”
Resolusi PBB juga memblacklist 6 petinggi Jabhah Nusrah dan ISIL, termasuk Arif dan Adnani, dan mengatakan mereka telah ditambahkan ke dalam Resolusi PBB nomor 1267 tentang Daftar Sanksi Anggota Al-Qaidah.
Empat petinggi lain yang diblacklist oleh PBB, menurut Reuters pada pemberitaan sebelumnya adalah, Abdul Mohsen Abdallah Ibrahim al Charekh (Syaikh Sanafi Nasir), seorang warga Saudi yang menjabat sebagai komandan Jabhah Nusrah di Lattakia Suriah; dan pencari dana Syaikh Hamid Hamad Hamid Al-Ali dan Syaikh Hajjaj bin Fahd Al-Ajmi, yang keduanya dari Kuwait; serta Abdurrahman Muhamad Zhafir Dabidi Al-Jahani, seorang warga Saudi yang mengelola jaringan Mujahid asing di Jabhah Nusrah.
PBB mencatat bahwa penunjukan warga Kuwait, Hamid Hamad Hamid Al-Ali dikaitkan dengan ISIL dan Jabhah Nusrah. Menurut Kuwait Times, Al-Ali “telah mengumpulkan sumbangan besar dari Kuwait untuk mendukung Jabhah Nusrah di Suriah, terutama untuk pembelian senjata dan peralatan militer dan juga mengatur keberangkatan untuk sejumlah pejuang asing ke Suriah.” (adibahasan/arrahmah.com)
salam-online