Polisi Cina Kembali Tembak Mati Muslim Uighur

Cina-Polisi Cina Kembali Tembak Mati Dua Muslim Uighur-1-jpeg.imageBEIJING (SALAM-ONLINE): Polisi Cina di bagian selatan menembak mati dua warga Muslim Uighur yang berusaha menyeberangi perbatasan, demikian media penguasa melaporkan, Senin (19/1).

Sementara itu kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan, represi di kampung halaman mereka menyebabkan warga etnis minoritas itu melarikan diri.

Petugas menemukan sekelompok warga Uighur di dekat gerbang tol jalan raya. Dan dua orang yang “menyerang” para petugas dengan pisau ditembak mati, kata media yang dikelola pemerintah, China News Service.

Uighur adalah etnis minoritas berbahasa Turki yang sebagian besarnya adalah Muslim. Kampung halaman etnis Uighur yang kaya sumber daya alam, Xinjiang, telah dilanda serangan intensif dan makin canggih.

Dua orang ditahan, sementara polisi masih mencari orang kelima di kota Pingxiang di wilayah selatan Guangxi, menurut laporan Kantor Berita Xinhua, seperti dikutip AFP.

Telepon dari kantor berita AFP pada biro keamanan umum kota Pingxiang tidak dijawab.

Sedikitnya 200 orang menemui ajal dalam serangkaian bentrokan selama tahun lalu yang terkait dengan Xinjiang.

Baca Juga

Kelompok-kelompok HAM menyatakan bahwa perlakuan polisi yang keras pada etnis minoritas Muslim Uighur, serta kampanye penguasa dan larangan menjalankan Syariat Islam seperti berjilbab, shalat dan puasa, menyebabkan perlawanan dan terjadinya aksi kekerasan terhadap mereka.

“Cina menggunakan cara ekstrem seperti menembak dan membunuh orang-orang ini untuk mengintimidasi warga Uighur lain yang ingin melarikan diri,” kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia yang bermarkas di Munich.

“Ada hubungan langsung antara kebijakan represif Cina dengan meningkatnya percobaan melarikan diri.”

Ratusan orang yang diyakini warga Uighur ditahan di Thailand tahun lalu. Mereka mengklaim sebagai warga negara Turki untuk menghindari dikirim kembali ke Cina. Otoritas Cina melancarkan tindakan keras terhadap mereka paska kasus itu.

Beijing telah menanggapi aksi kekerasan terkait Xinjiang dengan tindakan keras dalam beberapa bulan terakhir. Ratusan penangkapan dilakukan dan sekitar 50 eksekusi dan hukuman mati diumumkan sejak Juni tahun lalu. (Antara)

salam-online

Baca Juga