KUALA CANGKOI (SALAM-ONLINE): “Kami tergerak untuk membantu mereka. Kasihan mereka sampai kelaparan di tengah lautan,” ungkap Akmar, warga Kuala Cangkoi, Aceh.
**
Tiga perempuan paruh baya spontan mengambil kardus bekas makanan ringan. Menenteng kardus, mereka berkeliling areal Tempat Pendaratan Ikan Kuala Cangkoi. Sore itu, mereka menyapa setiap orang yang berdatangan ke lokasi penampungan hampir 600 pengungsi Muslim Rohingya.
“Assalamu’alaikum, sumbangan seikhlasnya,” ujar Akmar, 36 tahun, menyapa warga yang menyesaki pinggiran bangunan yang akan dijadikan mushalla bagi pengungsi itu, seperti dikutip acehkita.com, Kamis (14/5).
Sore itu, pengungsi Muslim Rohingya sebelumnya ditampung di GOR Lhoksukon baru saja tiba di TPI Kuala Cangkoi. Otoritas Imigrasi mengumpulkan pengungsi lelaki di mushalla. Sedangkan perempuan dan anak di gedung satunya lagi.
Setiba di Kuala Cangkoi, Imigrasi mendata para pengungsi. Mereka diambil cap jempol. Nama, usia, dan kebangsaan ditulis di selembar kertas, yang kemudian dipegang untuk difoto.
Kedatangan pengungsi Muslim Rohingya ke Kuala Cangkoi mengundang perhatian warga di desa-desa di Kecamatan Lapang. Acehkita.com melaporkan, ratusan warga, tua-muda, inong-agam, berdesak-desakan ingin melihat dari dekat para pengungsi. Beberapa pemuda berusaha menyapa Muslim Rohingya yang tengah diambil sidik jari oleh petugas Imigrasi.
“Namki,” tanya pemuda itu.
Namki adalah ungkapan untuk bertanya siapa namamu. “Nur Qamila,” jawab perempuan berkerudung itu.
Akmar memanfaatkan lautan manusia itu untuk menyodorkan kardus bantuan. Ia berkeliling dari satu bangunan ke bangunan lainnya. Ia dengan ramah menyodorkan kardus berisi uang. Di dalamnya terdapat uang pecahan seribu hingga 20 ribu Rupiah.
“Uang ini untuk beli bantuan yang akan kami serahkan untuk membantu saudara kami dari Rohingya,” kata Akmar kepada acehkita.com, Rabu (13/5) sore.
Pengumpulan bantuan ini dilakukan spontan oleh Akmar dan dua rekannya. “Kami tergerak untuk membantu mereka. Kasihan mereka sampai kelaparan di tengah lautan,” ungkapnya.
Ia dan warga mengaku senang desa mereka dijadikan sebagai lokasi penampungan pengungsi Muslim Rohingya. “Senang. Kami menganggap mereka sebagai saudara. Apalagi mereka kita dengar sedang konflik,” tambah Akmar.
Sore itu, Akmar berhasil mengumpulkan bantuan ratusan ribu, yang kemudian uang tersebut diserahkan kepada posko kemanusiaan yang didirikan di lokasi penampungan.
Hari ini, UNHCR rencananya akan mendata dan mewawancarai para pengungsi. Public Information Officer UNHCR Mitra Salima Suryono menyebutkan, pendataan ini akan memakan waktu. UNHCR mengerahkan dua penerjemah. Wawancara dilakukan untuk mengetahui mana saja pengungsi yang membutuhkan perlindungan internasional atau tidak.
“UNHCR akan mencari solusi jangka panjang untuk para pengungsi,” kata Mitra kepada Acehkita.com. “Kalau mencari penghidupan lebih baik secara ekonomi (economic migrant) akan kita serahkan kepada negara, apakah dipulangkan atau seperti apa. Tapi kalau butuh perlindungan, itu yang akan kita lindungi,” ujarnya.
Sumber: acehkita.com
salam-online