Beda dengan Natal, Imlek dan Tahun Baru, Tantowi Prihatin Idul Fitri di Jakarta tak Lagi Semarak

tantowi yahya-3-jpeg.image
Tantowi Yahya

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama RI menetapkan besok Jumat (17/7) sebagai hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1436 H. Namun Anggota DPR Tantowi Yahya merasa prihatin dengan suasana perayaan menyambut hari raya Idul Fitri 1436 H di Jakarta. Menurutnya, suasana penyambutan Idul Fitri di ibu kota tidak sesemarak beberapa tahun lalu.

“Sampai sehari menjelang lebaran suasana di DKI jauh dari suasana menjelang Idul Fitri,” kata Tantowi kepada Republika, Kamis (16/7).

Anggota DPR daerah pemilihan DKI Jakarta ini mengaku pernah merasakan kemeriahan suasana penyambutan Idul Fitri dan perayaan hari besar Islam di Jakarta. Suasana itu menurutnya terjadi sebelum Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menjadi gubernur. Terlihat betul bagaimana Pemda kala itu menunjukan karakter Jakarta sebagai ibu kota dari negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

“Beberapa tahun lalu suasana di Jakarta sebagai ibukota negara dengan penduduk lslam terbesar di dunia sangat terasa nuansa menjelang hari-hari besar Islam, terutama menjelang Idul Fitri,” kata politisi Golkar ini.

Tapi sekarang kemeriahan dan kesemarakan itu sirna. Tantowi mencontohkan tidak tampak lagi hiasan lampu neon warna-warni bernuasa lebaran atau baliho ucapan Idul Fitri yang menghiasi jalananan dan gedung-gedung ibu kota. Jakarta menjadi kota yang sumpek, mati, gelap dan sunyi. Apalagi setelah sebagian besar penduduknya mudik.

“Neon sign, baliho, dan sejenisnya dengan pesan selamat Idul Fitri yang menghiasi kota, gedung dan mal sekarang sudah sirna. Kota gelap dan sunyi terutama setelah sebagian penduduknya mudik,” kata Tantowi.

Baca Juga

Tantowi mempertanyakan alasan sepinya perayaan Idul Fitri di Jakarta. Sebab menurutnya, kondisi ini berbanding jauh dengan perayaan natal, tahun baru (masehi), Imlek dan HUT Kemerdekaan yang terkesan dibuat sangat meriah.

“Suasana ini sungguh berbeda ketika menjelang natal, tahun baru (masehi), imlek dan HUT Kemerdekaan. Kenapa itu semua tidak ada? Hilang atau memang dihilangkan?” ujarnya.

Ketua DPP Bidang Komunikasi Partai Golkar hasil Munas Bali ini mengakui kesakralan Idul Fitri tidak akan kehilangan maknanya meski tanpa perayaan yang meriah. Tapi menurutnya, tidaklah berlebihan jika umat Muslim berharap Pemda DKI Jakarta sekarang mengembalikan kemeriahan Idul Fitri sebagaimana yang telah dilakukan pemerintahan sebelumnya. Hal itu sebagai ungkapan suka cita bagi seluruh masyarakat luas tentang datangnya hari suci umat Islam.

“Memang makna lebaran itu tidak cukup hanya ditandai dengan billboard, neon sign, dan spanduk. Tapi itulah cara kita mengungkapkan suka cita kepada khalayak luas. Wajar apabila Pemerintah melakukan itu (memeriahkan lebran) untuk rakyatnya seperti yang mereka lakukan selama ini,” papar Tantowi.

Sumber: Republika Online

Baca Juga