Disaksikan Wakapolres Solo, Ratusan Massa Minta Pendeta GIDI Tutup Rumah Ibadah yang tak Berizin

Solo-Penutupan Rumah Ibadah GIDI-1-jpeg.imageSOLO (SALAM-ONLINE): Sehari setelah tragedi pembubaran paksa shalat Id di Tolikara, Papua, Jumat (17/7) yang diikuti pembakaran Masjid Baitul Muttaqin, ratusan Umat Islam Solo mendatangi Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Joyotakan Solo, Sabtu (18/7).

Umat Islam Solo meminta Pendeta T. Yusrina Sadeke, S.Th menutup dan tidak melakukan kegiatan peribadatan/kebaktian karena rumah yang berubah fungsi menjadi gereja itu belum memiliki izin.

Ratusan massa berkumpul setelah menunaikan shalat Ashar di Masjid An Nikmah Tanjung Anom, Solo. Mereka berbaris rapi, lalu berjalan kaki sekitar 400 m menuju rumah yang setiap hari Minggu digunakan sebagai tempat Kebaktian GIDI.

Dalam perjalanan menuju markas GIDI itu mereka melakukan orasi, mengutuk pembubaran paksa shalat Id dan pembakaran Masjid Baitul Muttaqin di Tolikara, Papua.

Sesampai di depan rumah ibadah GIDI,  tepatnya di Jalan Rebab no 17 Rt 05 Rw III Joyotakan Serengan, Solo, pimpinan massa berorasi bergantian. Sebagai oratornya adalah Ustadz

Sholeh Ibrahim (Jamaah Ansharut Tauhid), Ustadz Surawijaya (Jamaah Ansharus Syariah) dan Ustadz Yusuf Suparno (Laskar Umat Islam Surakarta/LUIS).

Sementara Ustadz Akhmad (Majelis Mujahidin) atas nama umat Islam Solo, menyampaikan sebuah surat keberatan yang ditujukan kepada Pengurus GIDI, Lurah Joyotakan, Camat Serengan, FKUB dan Walikota Solo tentang  keberadaan rumah ibadah yang belum mempunyai izin dari pemerintah kota tersebut.

Baca Juga

Surat diserahkan oleh Joko Sutarto dari Tim Advokasi Umat (TAU) dan langsung diterima pendeta T. Yusrina Sadeke, disaksikan oleh Wakapolres Solo AKBP Hariyadi dan Pasiintel Kodim Solo Kapten Subardi.

Di samping tak berizin, alasan lainnya adalah adanya kekhawatiran umat Islam Solo, GIDI Joyotakan Solo sama dengan GIDI di Tolikara yang memiliki paham Ekstrem dan Anti Toleransi Beragama.

Pendeta Yusrina mengaku dan menyadari bahwa selama bertahun-tahun kegiatan peribadatan GIDI di Joyotakan belum memiliki izin dari Walikota Solo. Pendeta itu juga berjanji akan menghentikan peribadatan di rumahnya.

Solo-Penutupan Rumah Ibadah GIDI-2-jpeg.imageSetelah hampir pukul 17.00 WIB massa yang terdiri dari LUIS, JAT, JAS, Majelis Taklim Al Ishlah, Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM), Satgas MTA dan Majelis Mujahidin itu, membubarkan diri dengan tertib.

Laporan Humas LUIS Endro Sudarsono

Baca Juga