Asharq Al-Awsat Beritakan Lembaga Haji Iran Akui 300 Jamaahnya Langgar Aturan Saat di Mina
MINA (SALAM-ONLINE): Sebuah media internasional berpengaruh, Asharq Al-Awsat, yang berbasis di London memberitakan pengakuan dari penanggungjawab lembaga haji Iran yang mengungkapkan bahwa memang benar jamaah hajinya dalam jumlah yang besar tidak mengikuti aturan, sehingga terjadilah tragedi Mina, Kamis (24/9) lalu.
Berita dari Asharq Al-Awsat yang banyak dikutip oleh sejumlah media Timur Tengah itu mengungkap pengakuan penanggungjawab lembaga haji Iran bahwa 300 jamaahnya menyelisihi (tidak mengikuti) aturan, sehingga terjadi insiden saling dorong pada jalur 204 di Mina Kamis lalu itu.
Tragedi ini menyebabkan wafatnya 717 orang dan 863 lainnya luka-luka. Musibah yang terjadi pada awal hari tasyriq ini menimpa jamaah haji dari berbagai negara dengan kondisi luka berbeda-beda.
“Kesalahan pertama berawal dari rombongan jamaah haji Iran yang berjalan dari Muzdalifah menuju Mina pada Kamis (24/9) pagi untuk melempar jumrah. Mereka tidak masuk dahulu ke dalam tenda seperti yang dilakukan oleh umumnya jamaah haji untuk menaruh barang-barang mereka dan menunggu giliran melempar umrah, tetapi mereka langsung bergerak menuju jalur 204 dengan melawan arah,” ungkap sumber yang tidak ingin disebutkan namanya itu kepada Ashar al-Awsat, Sabtu (26/9).
Penanggung jawab itu menambahkan bahwa jamaah haji Iran sebanyak 300 orang tidak menunggu akhir waktu jumrah aqabah. Dalam aturan yang diumumkan, mereka mestinya menunggu dahulu di tenda sampai kemudian mendapat giliran.
Rombongan ini kemudian melawan arah bertepatan dengan keluarnya rombongan lain yang akan melempar jumrah sesuai jadwalnya. Akibatnya, terjadi penumpukan manusia yang saling bertabrakan pada jalur tersebut.
“Rombongan ini berhenti sejenak, tidak bergerak ke mana pun. Akibatnya terjadi tekanan dan dorongan dari jamaah haji yang lain untuk keluar dari jalur yang lebarnya sekitar 20 meter,” ujar penanggungjawab haji Iran itu.
Sumber ini juga menjelaskan bahwa yang terjadi bukanlah saling dorong atau desak-desakan antar jamaah haji, tetapi melawan arah, yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban.
Pantauan Asharq al-Awsat, ada kamera CCTV yang dipasang pada terowongan yang digunakan untuk melempar jumrah tersebut. Pada CCTV itu bisa dilihat sebagai bukti bahwa jamaah haji Iran melakukan lempar jumrah bukan pada waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan aturan, jamaah haji Iran mestinya melempar jumrah bersama rombongan dari Turki beberapa jam setelah insiden.
Berdasarkan aturan lembaga bimbingan haji yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan dan bimbingan haji, lembaga bimbingan haji mestinya melakukan koordinasi dengan semua pihak. Kemudian lembaga itu harus mematuhi aturan pemberangkatan jamaah dari Muzdalifah ke Mina.
Ketika sampai di Mina, seluruh jamaah haji kembali ke tenda-tenda mereka. Hal itu bertujuan agar mereka dapat beristirahat dan mengumpulkan tenaga setelah mereka melakukan perjalanan dari Muzdalifah.
Setelah itu jamaah haji dibagi menjadi beberapa rombongan, kemudian menunggu dan berkoordinasi dengan para ketua rombongan, pemandu dan pembimbing untuk bersiap-siap berangkat melempar jumrah sesuai aturan yang sudah ditetapkan. Setiap lembaga bimbingan haji mengetahui kapan jamaah mereka berangkat mendapatkan giliran. Peraturan ini berlaku bagi seluru jamaah haji, termasuk dari Iran.
Juru Bicara Keamanan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, Mayjen Manshur At Turki mengatakan kepada Asharq al-Awsat bahwa pengorganisasian jamaah haji merupakan aturan yang mencakup semua aspek dengan tujuan untuk menertibkan jamaah haji dan umrah di Makkah Al Mukarromah. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan mereka sepanjang tahun.
“Aturan-aturan tersebut meliputi tata cara menggerakkan jumlah kaum Muslimin yang sangat besar pada saat ibadah haji atau umroh pada bulan Ramadhan,” tegas Manshur seperti dikutip Ashar al-Awsat, Sabtu (26/9). (bms)
Sumber: aawsat.com