JAKARTA (SALAM-ONLINE): Aktor utama yang membisikkan presiden untuk meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Demikian diungkap oleh Mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI (Purn) Muchdi Purwoprandjono (Muchdi PR) yang juga menjadi saksi peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Ia meminta Komnas HAM dibubarkan karena memberi masukan kepada presiden agar minta maaf kepada PKI.
“Saya beri apresiasi pernyataan Presiden bahwa dia tidak akan pernah memaafkan PKI, itu harus kita kawal dan kita dukung jangan sampai ada orang-orang di sampingnya yang membisikkan beliau agar memaafkan PKI. Sebagai contoh aktor utama yang ingin memaafkan PKI adalah Komnas HAM,“ ujar Muchdi saat menyampaikan sambutan dalam acara Ziarah dan Doa memperingati pengkhianatan PKI terhadap NKRI di Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (1/10), bersama elemen dan tokoh masyarakat.
Muchdi menegaskan, kalau perlu bubarkan saja Komnas HAM karena memberikan data seolah-olah ynag jadi korban adalah orang-orang PKI.
“Mereka itu yang memberikan data seolah-olah yang jadi korban adalah orang-orang PKI, padahal itu hanya segelintir saja dibandingkan korban dari para ulama dan para pejuang kita yang dibunuh “ terangnya.
Menurutnya, opini yang menyebar di masyarakat saat ini adalah seolah-olah PKI adalah korban dari peristiwa G 30 S/PKI 1965. Padahal umat Islamlah yang menjadi korban keganasan PKI tersebut.
“Maka sebaliknya saya bertanya, apakah umat Islam saat itu tidak menjadi korban? Saya kalau PKI saat itu menang, saya sudah tidak ada di bumi,” ungkap Muchdi.
Ia mengaku kecewa dengan sikap Komnas HAM yang cenderung berpihak kepada PKI dan tidak mendengar pandangan dari kelompok anti-komunis.
“Makanya, saya bersama teman-teman mendesak Komnas HAM bersikap adil. Jangan hanya mendengar satu pihak saja. Kalau memang Komnas HAM mendukung PKI, maka bubarkan saja, “ tandasnya. (EZ/salam-online)