Sikapi Isi Ceramah Nur Maulana, Ormas Mahasiswa & Pemuda Islam Minta Trans TV tidak Sesatkan Umat
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ceramah M. Nur Maulana di sebuah stasiun televisi, Senin (9/11/) lalu menuai banyak protes. Berbeda dengan isi ceramah Maulana sebelum-sebelumnya yang juga dinilai melenceng dari Islam, namun luput dari perhatian publik—mungkin lantaran banyaknya ‘Pekerjaan Rumah’ umat yang harus diselesaikan—ceramah Senin pagi lalu itu membuat banyak pihak kian jengkel.
Sejumlah aktivis Islam, elemen dan organisasi mahasiswa turut menyesalkan isi ceramah yang meminta jangan kaitkan kepemimpinan dengan agama, karena agama, menurut Maulana, tidak berbicara kepemimpinan.
Kalimat itu tentu saja tidak sepatutnya diucapkan oleh seorang yang disebut sebagai ‘ustadz’ atau pendakwah, apalagi disampaikan dalam salah satu program ceramah pagi yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi dan ditonton banyak pemirsa.
Maulana mengatakan bahwa untuk urusan memilih pemimpin sebaiknya tidak mempertanyakan agama calon pemimpin. Maulana menyatakan, itu merupakan ‘Black Campaign’.
Dalam ajaran islam sudah jelas, bagaimana seharusnya umat Islam memilih pemimpin, di antaranya harus seakidah dengan umat Islam dan menyuarakan kepentingan Islam dalam kepemimpinannya. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan kewajiban orang-orang beriman memilih pemimpin dari kalangan Mu’min sangat banyak.
Sebelumnya, pada 2013 Maulana juga pernah digugat oleh Koalisi Masyarakat Sipil Anti Diskriminasi Sulawesi Selatan yang terdiri dari Permata Sulsel, Permata Makassar, YTLI, PPDI Sulsel, HWDI Sulsel, Faham, Penca Sulsel, FKPCTI Sulsel, Gerkatin Sulsel, Pertuni Sulsel, LBH Pers dan Ikatan Pekerja Sosial Indonesia (IPSI). Maulana diprotes karena dinilai menghina penyandang penyakit kusta. Ini tentu sangat jauh dari perilaku seorang pendakwah islam.
Hari ini, Jumat (13/11) sejumlah aktivis dan organisasi mahasiswa/pemuda Islam berkumpul di Jakarta dan menyatakan sikapnya. Organisasi mahasiswa itu adalah Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Hima Al Washliyah dan Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Jakarta. Organisasi Mahasiswa dan Pemuda Islam ini menyatakan sikapnya:
Pertama, menuntut M. Nur Maulana meminta maaf kepada umat Islam dan mengklarifikasi pernyataannya di publik, agar tidak menjadi syubhat di tengah-tengah umat.
Kedua, ada indikasi ceramah Maulana mendukung pemimpin non-Muslim yang sekarang berkuasa, tentu ini menyakiti hati umat Islam.
Ketiga, penjelasan Maulana dalam ceramahnya terkait memilih pemimpin itu adalah sesat dan menyesatkan umat Islam.
Keempat, bagi stasiun televisi Trans TV, agar menjadikan medianya sebagai sarana mengedukasi, bukan menyesatkan umat Islam. Jangan hanya mencari ‘rating’ dan membela kepentingan penguasa.
Kelima, bagi umat Islam, agar cerdas dalam mengambil sumber ilmu dan jangan mau dibodoh-bodohi oleh pelawak berkedok ‘ustadz’.
Demikian pernyataan sikap Ormas Mahasiswa dan Pemuda Islam yang masing-masing ditandatangani oleh Drs. Dedi Hermanto (Wakil Ketua Umum GPII), Novri Zulimet (Ketua Bidang Tabligh dan Pengkajian Keislaman DPP IMM), Aminullah Siagian (Ketua Umum Hima Al Washliyah) dan Leo Bagusta Irman (Ketua Umum MPI Jakarta). (EZ/salam-online)