Tolak Komunis Gaya Baru, Laskar Ampera Interupsi Keras Komnas HAM!

Laskar Ampera bersama Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen saat deklarasi
Mayjen TNI (purn) Kivlan Zen saat mengikuti Deklarasi bersama Laskar Ampera Angkatan 66 di Graha 66, TIM, Jakarta (Foto: EZ/salam-online)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Dialog interaktif ‘Kudeta G30S/PKI dalam Perspektif Supersemar’ yang digelar DPP Laskar Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) Arief Rachman Hakim Angkatan 66 di TIM Jakarta, Selasa (29/3), menggali kembali sejarah perjuangan angkatan 66 sekaligus menggugah generasi muda negeri ini agar menyadari apa yang sedang dihadapi di era reformasi seperti sekarang.

Peristiwa G30S/PKI tahun 1965 bukan sekadar kekisruhan, akan tetapi sebuah usaha kudeta dan tindakan makar terhadap Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).

Hal tersebut adalah ungkapan nyata seorang pelaku sejarah angkatan 66, Sorimuda Fohan, yang memimpin ribuan demonstran dari elemen mahasiswa dan pelajar saat mereka berjalan melintasi sungai kecil di sepanjang Cikini dan Jalan Raden Saleh kembali menuju sentra komando Jalan Salemba 6 demi menghindari rencana penembakan massal yang akan dilakukan satuan Pelopor dan Cakrabirawa.

Korban akhirnya jatuh. Dia adalah Arief Rachman Hakim, sebagai Pahlawan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) dari elemen mahasiswa kala itu. Anak dari seorang ibu tunggal bernama Hakimah itu, gugur ditembus peluru tajam demi memperjuangkan tiga tuntutan rakyat kala itu, yakni: Turunkan harga, Bubarkan PKI, dan bubarkan Parlemen yang saat itu sudah terkontaminasi oleh paham Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) yang notabene adalah pengikut PKI.

Pembunuhan alim ulama yang dilakukan oleh PKI, pembunuhan sadis kepada Tujuh Jendral TNI AD di lobang buaya, pemaculan kepala para anggota TNI AD yang tertangkap oleh PKI, sepertinya hal-hal tersebut disembunyikan oleh orang-orang pengusung Komunisme Gaya Baru (KGB) saat ini demi memperjuangkan kembalinya paham terlarang itu di bumi Indonesia.

Dialog Interaktif yang diadakan DPP Laskar Ampera Angkatan 66 itu menghasilkan deklarasi bersama:

Baca Juga

Pertama, menolak Keras! Rencana pencabutan TAP MPR/MPRS No.25/1966 tentang larangan Partai Komunis Indonesia.

Kedua, menolak Keras! Pencabutan UU No.27/1999 tentang makar dan larangan penyebaran ajaran komunisme/marxisme dan leninisme.

Ketiga, melakukan interupsi Keras terhadap Komnas HAM sebagai pihak yang telah melukai sekaligus mengerdilkan perjuangan dan pengorbanan rakyat di tahun 1966.

Selanjutnya mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayjend TNI (purn) Kivlan Zen beserta seluruh elemen komponen angkatan 66 mengajak anak-anak muda bangsa agar tidak terpengaruh dengan propaganda KGB yang terus berusaha merusak tatanan negeri ini.

“Mereka berbicara tentang teori hak asasi, akan tetapi kita bicara dengan data dan fakta sejarah! dan mereka selalu menghindari pertemuan langsung dengan kita, maka sekarang saatnya kita yang datang menghampiri mereka agar mata mereka terbuka akan sejarah tentang kebrutalan PKI, bukannya ‘kepahlawanan’ omong kosong seperti yang mereka propagandakan,” tegas Kivlan Zen mengakhiri pendeklarasian tekad angkatan 66 di Graha 66 Taman Ismail Marzuki Jakarta, Selasa (29/3).

Selain Kivlan Zen, turut hadir pelaku sejarah Tritura Angkatan 66 Drs. Firdaus Wajdi, pelaku sejarah Angkatan 66 DR. dr. Sorimuda Fohan, SPOG, mantan ketua senat mahasiswa Fakultas kedokteran UI yang membacakan tuntutan mahasiswa kala itu di hadapan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo. (EZ/salam-online)

Baca Juga