BEKASI (SALAM-ONLINE): Kasus Siyono—yang meninggal dalam penangkapan dan pemeriksaan Densus 88—membawa hikmah. Masyarakat sekarang jadi melek dengan yang namanya kasus “terorisme”.
Dengan adanya kasus Siyono, mulai dosen, profesor doktor sampai pedagang tempe di pinggir jalan, sekarang bisa mempelajari hukum, kasus dan seluk beluk tentang “terorisme” melalui televisi, Hp, android ataupun tetangga. Bahkan umat jadi bersatu.
Demikian diungkapkan pengurus Majelis Pustaka & Informasi PP Muhammadiyah Mustofa B Nahrawardaya dalam Tabligh Akbar Sehari Bersama Tokoh bertajuk ‘Mengapa Umat Islam Selalu Terzalimi’ yang digelar oleh BKM (Bantu Keluarga Muslim) di Islamic Center Bekasi, Jalan Ahmad Yani-Bekasi Barat, Jabar, Sabtu (9/4).
“Dan sekarang mereka (masyarakat) tidak takut-takut lagi untuk memberi kritik pada Densus dan cara penanganan ‘terorisme’. Masyarakat menjadi melek hukum,” kata Mustofa.
Hikmah lainnya, ujar peneliti terorisme ini, LSM bidang HAM dan Komnas HAM ternyata bisa bersatu.
“Tak pernah terjadi, KontraS bersatu dengan Muhammadiyah dan Komnas HAM, dengan Jamaah Ansharus Syariah dan Majelis Mujahidin. Sebelumnya mereka bercerai berai,” terangnya.
Mana ada, menurut Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) ini, LSM kemanusiaan mau membela kasus seperti ini sebelumnya. “Elemen-elemen Islam dan ormas Islam pun jadi bersatu,” ungkapnya.
Meskipun dalam kasus Siyono ini Muhammadiyah berada di depan, tapi di belakang Muhammadiyah banyak sekali. Ketika mau proses autopsi, ungkap Mustofa, banyak sekali LSM dan ormas yang berdatangan ingin membantu Muhammadiyah.
Hanya saja, terang Mustofa, memang saat mau autopsi itu, fokusnya satu organisasi saja, yaitu Muhammadiyah, karena ini baru pertama kalinya terjadi.
“Tetapi di belakang Muhammadiyah itu banyak sekali ormas yang mendukung. Mereka berdatangan ke kantor Muhammadiyah untuk menyampaikan pernyataan dukungan. Tak perlu saya sebutkan,” tandasnya.
Jadi, menurutnya, ini luar biasa. Persatuan umat terbukti ketika kasus Siyono ini merebak.
“Sebelumnya mereka tercerai berai. Tetapi gara-gara kasus Siyono, umat Islam, elemen Islam, jadi bersatu,” paparnya.
Selain Mustofa, tampil pula sebagai pembicara Ustadz Abu Muhammad Jibriel (Majelis Mujahidin), Prof Dr Hafidz Abbas (Komisioner Komnas HAM), Haris Azhar, SH (KontraS), M. Kalono, SH (Advokat), KH A Cholil Ridwan, Lc (Dewan Pertimbangan MUI) dan Nasir Jamil (Komisi III DPR). (mus)