JAKARTA (SALAM-ONLINE): Larangan yang dikeluarkan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk menggelar Aksi 2 Desember yang, menurutnya, memiliki agenda makar, direspons mantan Staf Khusus Presiden SBY, Andi Arief.
Andi mempertanyakan apa yang perlu ditakuti oleh Jokowi dan Kapolri soal aksi 2 Desember. Ia merasa heran, lantaran, kata Andi, hanya mereka berdua yang terlihat takut.
“Ini menarik sekali, sejak 1998 kita memilih berpolitik cara sipil. Celah makar kekuatan bersenjata tidak ada. Selama aksi alat perjuangan rakyat tidak dilarang,” kicau Andi Arief melalui akun twitter pribadi miliknya @AndiArief_AA, Senin (21/11).
Ia menilai, dalam kasus aksi besar damai berturut-turut secara konsisten diperbolehkan menuntut Presiden mundur. Kalau tidak beralasan, DPR dan MK tak akan gegabah
Makar itu, ujar Andi, adalah cara berjuang dengan kekuatan bersenjata. Padahal rakyat tak bersenjata, cara berjuang rakyat adalah dengan demonstrasi.
“Rakyat tidak akan pernah makar, mungkin kata makar diharapkan bisa mempengaruhi keikutsertaan rakyat di 2 Desember. Setelah tahu dampak terhadap TNI, kapolri lari ke google,” cuitnya.
Andi menuturkan, kata makar yang dikeluarkan Kapolri sangat berbahaya buat bangsa. Artinya menuduh kekuatan bersenjata resmi dukungan rakyat yang akan mengkudeta Presiden.
“Rakyat punya senjata demonstrasi. Presiden, Kapolri, Panglima TNI pengontrol kekuatan bersenjata. Makar itu upaya penggulingan dengan senjata,” katanya. (EZ/salam-online)