Bana Alabed, Anak Suriah, “Donald Trump … Kami bukan Teroris”

Bana Alabed

SALAM-ONLINE: Bana Alabed, seorang gadis cilik asal Aleppo Timur, telah menjadi pusat perhatian dunia karena cuitannya di twitter.

Bana bercerita mengenai perang yang telah mengepung kota di mana ia tinggal. Akun gadis berusia tujuh tahun tersebut sempat dinon-aktifkan seiring semakin intensifnya serangan yang dilancarkan pasukan rezim Basyar Asad.

Dari tempat persembunyiannya, Bana dan ibunya menuturkan kisahnya. Bana menjadi sosok yang mewakili anak-anak Suriah yang tertindas. Cuitannya melalui akun twitter pribadinya memberikan pesan emosionalnya kepada Presiden Donald Trump dalam film dokumenter ‘Tangisan dari Suriah’ yang tayang perdana pada 13 Maret di HBO.

Dalam sebuah video eksklusif yang diberikan kepada The Daily Beast, Senin (13/3), Bana Alabed menyampaikan pesan yang mengharu biru kepada Presiden Trump.

“Donald Trump, nama saya Bana Alabed. Saya berusia 7 tahun dari Aleppo, Suriah. Kami adalah anak-anak Suriah. Kami bukan teroris. Kami seperti anak-anak Anda, tolong bantu kami untuk menghentikan perang. Anak-anak berhak hidup,” pesan Bana kepada Presiden AS Donald Trump dengan mata berkaca-kaca.

Bana berhasil meloloskan diri bersama keluarganya dari Aleppo pada Desember lalu dalam evakuasi massal. Ia tinggal bersama keluarganya di Turki dan bergabung dengan Kholoud Helmi, seorang aktivis dan pendiri sebuah surat kabar Suriah.

“Bana mewakili suara anak-anak Suriah. Dia dikepung di Aleppo, lalu keluar dari negaranya,” kata Helmi. “Suaranya mewakili perjuangan anak-anak yang seharusnya memiliki kehidupan. Dia seharusnya pergi ke sekolah dan bermain, seperti gadis kecil. Dia tidak seharusnya men-tweet berita. Tapi keadaan memaksanya untuk itu, karena dia memiliki kelebihan menguasai bahasa Inggris. Suaranya terdengar, tapi anak-anak lain tidak memiliki keistimewaan itu karena mereka tidak bisa berbahasa Inggris, dan dibunuh setiap hari (oleh rezim),” ungkap Helmi.

Selain Bana dan anak-anak dari Daraa, dua anak kecil yang ikut mencengangkan hati, Alan Kurdi berusia 3 tahun ikut meramaikan jagad media sosial atas kekejaman yang dilakukan rezim Asad.

Alan Kurdi, terdampar tak bernyawa di sebuah pantai di Turki setelah perahu yang membawanya bersama keluarganya dan para pengungsi lainnya ke daratan Eropa, tenggelam. Dan, Omran Daqneesh, anak Suriah berusia 5 tahun yang duduk dengan badan berlumuran abu dan debu, berdarah dan sendirian di ambulans dalam perjalanan ke rumah sakit, berharap maut tak menghampirinya.

Baca Juga

“Alan melambangkan kematian generasi muda dari rakyat Suriah, karena revolusi dimulai dengan kematian anak-anak. Sementara Omran melambangkan perjuangan untuk bertahan hidup. Dan Bana melambangkan harapan-harapan untuk kembali ke negara mereka, harapan masa kecil yang normal, dan harapan dari Suriah baru,” kata Afineevsky, nominee peraih Oscar dalam film dokumenter yang mengungkap fakta tentang peperangan di Suriah.

Film dokumenter baru, Winter on Fire (Musim Dingin di Atas Api) yang digambarkan mengerikan besutan Evgeny Afineevsky ini, bercerita tentang anak-anak yang berada di garis depan peperangan Suriah.

Film dimulai saat unjuk rasa pada Maret 2011 menyusul penangkapan dan penyiksaan terhadap beberapa remaja laki-laki yang aktif menyampaikan protes dan pesan anti-rezim di dinding (tembok-tembok) di Kota Daraa.

Penangkapan mereka memicu protes terhadap rezim Basyar Asad. Kemarahan rakyat Suriah kian membara setelah kematian Hamza Ali Al-Khateeb, seorang anak 13 tahun yang diculik oleh agen-agen rezim selama protes di Daraa. Hamza didapati dengan tubuh yang telah dimutilasi, lalu dikirim ke keluarganya, kurang dari sebulan kemudian.

Dari unjuk rasa, protes tumbuh menjadi aksi perlawanan rakyat dengan skala penuh, mengangkat senjata. Tak tanggung tanggung, rezim Asad melawan rakyat yang selama ini berada di bawah kendalinya, dengan senjata kimia. Kemudian, Rusia bersekutu dengan rezim Asad dan melancarkan serangkaian serangan udara terhadap warga sipil Suriah di wilayah basis oposisi dengan kedok memerangi ISIS.

Sejauh ini, lebih dari 400.000 warga Suriah telah terbunuh dalam konflik, menurut PBB. Sebanyak 4.950.000 warga Suriah menyelamatkan diri, mayoritas ke Turki, sebagian kecil ke Yordan, Lebanon hingga Eropa. Dan, dari jumlah total pengungsi itu, 33 persen di antaranya adalah anak-anak. (EZ/salam-online)

Sumber: The Daily Beast

http://www.thedailybeast.com/articles/2017/03/13/donald-trump-we-are-not-terrorists-a-syrian-girl-s-tearful-message-to-president-trump.html?via=twitter_page

Baca Juga