Peringati Mosi Integral Natsir, PKS: Ruh dan Napas Kebangsaan Indonesia Dijiwai Semangat Islam

Menolak Lupa: Mosi Integral Mohammad Natsir Persatukan Kembali Indonesia setelah dipecah dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) menjadi 17 negara bagian

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyelenggarakan diskusi publik bertema “Menolak Lupa: Peringati Mosi Integral M. Natsir menghadirkan NKRI”, pada senin (3/4) di Gedung Nusantara I Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dengan mengingat Mosi Integral Natsir (3 April 1950) yang menyatukan bangsa Indonesia dari perpecahan paska Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan terbaginya Indonesia menjadi 17 negara bagian, pada 1949, Ketua Fraksi PKS  di DPR, Jazuli Juwaini, berharap politisi masa sekarang bisa mencontoh keteladanan Natsir.

Natsir bukan hanya dikenal sebagai Proklamator NKRI dan Perdana Menteri, tapi juga seorang Politisi Islam yang telah membuktikan kecintaannya terhadap persatuan bangsa Indonesia.

“Apa yang dilakukan Mohammad Natsir harus dicontoh oleh politisi sekarang. Politisi Muslim ataupun non-Muslim,” kata Jazuli saat memulai acara.

Ketika mengupayakan Mosi Integral, Natsir menjabat sebagai ketua Fraksi Partai Masyumi yang berhaluan Islam. Sebagai negarawan yang berhasil, Mohammad Natsir tidak pernah melepaskan ideologi Islamnya dalam perpolitikan.

Baca Juga

Menurut Jazuli, sosok Natsir bukan hanya seorang politisi belaka. Namun, Natsir menurutnya adalah seorang ulama yang dalam dirinya terdapat jiwa kepahlawanan.

“Pada diri Natsir bersatu darah Islam yang kuat, ulama yang Faqih, pemimpin sebuah partai Islam (Masyumi), tapi sekaligus pejuang kemerdekaan yang tangguh, serta penjaga NKRI yang ulet dan brilian dengan ide Mosi Integralnya,” ungkap Jazuli.

Dengan begitu, Jazuli yang saat ini memiliki kemiripan dengan Natsir, yaitu sama-sama menjabat Ketua Fraksi Partai Islam, berkesimpulan bahwa karakter seorang Natsir yang lengkap tersebut, menunjukan tidak dapat dipisahkannya antara agama dan politik, aktivitas Islam dengan kebangsaan dan nasionalisme Indoensia.

“Dengan ini saya berkesimpulan tidak dapat agama dan politik dipisahkan. Ruh dan nafas kebangsaan Indonesia dijiwai oleh semangat Islam,” tandasnya. (MN Malisye/salam-online)

Baca Juga