Militer Myanmar Pasang Ranjau untuk Bunuhi Muslim Rohingya

Ranjau Darat yang sengaja dipasang militer Myanmar untuk mencelakai/ membunuh Muslim Rohingya berhasil difoto oleh Amnesty International. (Foto: EZ/Salam-Online)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Peneliti Amnesty International untuk Myanmar, Laura Haigh, mengatakan penggunaan ranjau memperparah keadaan di Rakhine yang sebelumnya memang sudah memburuk. Penggunaan senjata mematikan di wilayah perbatasan yang ramai itu membahayakan nyawa pengungsi yang melintas.

“Ranjau tersebut dipasang di bagian utara Rakhine. Beberapa ranjau anti-personil ditemukan di dekat Taung Pyo Wal, daerah yang juga dikenal sebagai Tumbro, perbatasan Rakhine dan Bangladesh,” kata Laura Haigh melalui Skype dalam konferensi pers yang digelar Amnesty International Indonesia di Gedung HDI Hive, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (15/9/2017).

Laporan Amnesty International menduga kuat militer Myanmar sengaja memasang ranjau antara Rakhine dan perbatasan Bangladesh karena banyak etnis Rohingya yang melewati wilayah itu untuk membawa makanan atau membantu pengungsi lainnya saat menyeberang ke Bangladesh.

“Militer Myanmar merupakan salah satu dari sedikit angkatan bersenjata di dunia, di antaranya Korea Utara dan Suriah, yang masih menggunakan ranjau anti personil. Otoritas setempat di Myanmar harus segera menghentikan praktik keji terhadap orang-orang yang melarikan diri itu dari persekusi ini,” ujar Laura.

Dalam temuan fakta yang dikeluarkan Amnesty International, kata Laura, beberapa saksi melihat anggota militer Myanmar dan polisi penjaga perbatasan menanamkan ranjau di perbatasan Myanmar-Bangladesh.

Baca Juga

Beberapa ledakan yang berasal dari ranjau-ranjau itu melukai dua anak dan merenggut nyawa satu orang dewasa.

“Amnesty International juga mendapatkan bukti foto ranjau yang lokasinya tidak jauh dari ledakan tersebut. Empat ledakan yang diduga berasal dari ranjau juga terjadi pekan ini di sebuah jalan yang sibuk dan perkampungan di dekat wilayah perbatasan. Ledakan tersebut melukai dua anak yang berumur antara 10 dan 13 tahun serta membunuh satu orang dewasa,” ungkap Laura.

Deputy Direktur Amnesty International untuk Asia Tenggara dan Pasific, Josef Benedict, memperlihatkan foto ranjau-ranjau mematikan untuk mencelakai dan membunuhi Muslim Rohingya. (Foto: EZ/Salam-Online)

Sementara Tim Respons Krisis Amnesty International yang dipimpin oleh Tirana Hassan saat ini sedang berada di perbatasan Myanmar dan Bangladesh untuk mengumpulkan bukti-bukti terkait dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya yang dilakukan oleh tentara Myanmar. (EZ/Salam-Online)

Baca Juga