AS Mau Membentuk 30.000 Pasukan Teror di Suriah, Erdogan: Sebelum Terbentuk, Kita Tenggelamkan!

ANKARA (SALAM-ONLINE): Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa AS mau membentuk ‘30.000 tentara teror’ di perbatasan selatan negaranya dengan melatih sebuah kekuatan baru di Suriah yang mencakup pemberontak Kurdi.

“Apa yang harus kita lakukan sebelum terbentuk adalah menenggelamkan tentara teror ini,” serunya dalam sebuah pidato di ibu kota Ankara, Senin (15/1/18), sebagaimana dilansir Aljazeera, Selasa (16/1). Ia menyebut pemberontak Kurdi sebagai “back-stabbers” (menikam dari belakang), yang akan mengarahkan moncong senjata mereka ke AS di masa depan.

Erdogan menegaskan hal ini setelah dia mendapatkan laporan terkait rencana Washington untuk membentuk 30.000 pasukan teror baru dengan merekrut dan melibatkan kelompok Kurdi di Suriah utara.

Menurut laporan media yang mengutip pejabat AS, koalisi pimpinan AS yang memerangi Negara Islam Irak dan kelompok bersenjata Levant (ISIL/ISIS) itu akan merekrut sekitar setengah kekuatan baru dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah Kelompok yang didominasi oleh People’s Protection Unit (YPG) yang berafiliasi ke PKK/Kurdi.

YPG oleh Turki terdaftar sebagai kelompok teroris yang berafiliasi kepada Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang terlarang. PKK sendiri tercatat dalam beberapa dekade telah melancarkan serangan terorisme di dalam negeri Turki.

Turki, Uni Eropa bahkan AS sendiri memasukkan PKK dalam daftar hitam sebagai organisasi teroris. Namun di Suriah, AS memperlakukan jaringan PKK seperti PYD dan YPG sebagai sekutunya. Lebih dari 40.000 orang di Turki telah terbunuh sejak tahun 1980-an setelah PKK melakukan pemberontakan dan serangkaian aksi terorisme di negara itu.

Di Suriah, AS mengklaim YPG sebagai kekuatan tempur yang sangat efektif untuk melawan ISIL/ISIS.

Erdogan mengatakan bahwa militer Turki telah menyelesaikan persiapan untuk melakukan operasi di wilayah yang dikuasai kelompok Kurdi di barat laut Suriah dan kota Manbij.

Pada Ahad (14/1) pasukan Turki menembaki kelompok Kurdi di Suriah yang didukung AS dengan tembakan artileri, setelah rencana untuk menetapkan kekuatan baru tersebut diumumkan.

AS dan YPG di Suriah

Baca Juga

Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mempersenjatai YPG, meskipun Turki keberatan. Pengiriman senjata AS dimulai sebelum diluncurkannya serangan selama sebulan untuk menggulingkan ISIL dari kota Raqqa, Suriah.

Ketegangan antara AS dan Turki—dua sekutu NATO—tetap tinggi, meskipun Trump mengatakan pada November 2017 lalu bahwa Washington tidak lagi memasok senjata ke YPG.

Seorang pejabat senior Kurdi di Suriah, Hadiye Yusuf, mengatakan pada Ahad bahwa pertempuran antara YPG dengan pasukan Turki sudah berlangsung.

“Ada serangan dan bentrokan di perbatasan antara Turki dengan Unit Perlindungan Rakyat YPG,” kata Hediye Yusuf di Twitternya.

Dia menyebut operasi Turki melawan Kurdi di Afrin, Idlib, sebagai “pelanggaran” yang “merongrong upaya internasional untuk mencapai solusi politik di Suriah”.

Ankara telah memperkuat perbatasan selatannya dengan mengirim kendaraan lapis baja, tank, dan senapan mesin berat, menurut media setempat.Turki telah bekerjasama dengan Rusia dan Iran untuk mengakhiri perang di Suriah yang telah berlangsung lama, hampir 7 tahun, meskipun Moskow dan Teheran mendukung rezim Basyar Asad dan Turki berada di pihak pejuang oposisi anti-Asad.

Pada 2016, Turki memulai sebuah kampanye militer yang disebut Operasi Perisai Euphrates, menargetkan ISIL dan YPG. Pertarungan delapan bulan tersebut secara resmi berakhir pada Maret 2017. (S)

 Sumber: Aljazeera

Baca Juga