Tamu Misterius di Pondok Pesantren Al Falah Kediri Diserahkan ke Polisi

Beberapa santri berjaga di depan pintu masuk Ponpes Al Falah II Kecamatan Ploso, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selasa dini hari, 20 Februari 2018. (Foto: TEMPO/Hari Tri Wasono)

KEDIRI (SALAM-ONLINE): Aparat Kepolisian Resor Kota Kediri, Jawa Timur, masih memeriksa tamu misterius di Pondok Pesantren Al Falah, Desa Ploso, Kabupaten Kediri, menyusul maraknya kasus penganiayaan ulama di berbagai daerah di Indonesia.

“Saat ini masih diperiksa untuk data-datanya, saya juga belum punya,” kata Kepala Sub-bagian Hubungan Masyarakat Polresta Kediri AKP Kamsudi di Kediri, Selasa (20/2/2018).

AKP Kamsudi juga enggan menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan sementara terhadap tamu itu. Ia hanya mengatakan akan menunggu petunjuk dari pimpinan terkait kasus tersebut.

Polisi, katanya, juga memberlakukan pengamanan intensif, terlebih menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018. Pengamanan dilakukan di seluruh daerah, termasuk fasilitas umum seperti tempat ibadah dan lainnya.

“Pengamanan sudah sejak awal. Kami patrol, ke lokasi tempat ibadah, semua sudah,” ungkapnya.

Untuk pengamanan, selain melibatkan polisi dan Brimob, juga melibatkan TNI dan unsur keamanan lainnya, termasuk linmas. Pengamanan Operasi Mantap Praja mulai efektif dilaksanakan sejak 8 Januari 2018. Jumlah personel yang dilibatkan sekitar 1.113 personel.

Diberitakan, seseorang yang tak dikenal memaksa bertemu pengasuh pondok sambil menunjukkan gelagat hilang ingatan.

Peristiwa ini terjadi pada Senin, 19 Februari 2018, sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu, para santri tengah menjalankan shalat Isya berjamaah.

Tiba-tiba seorang pria berkemeja biru muda dengan celana katun gelap mendatangi pondok. “Dia memaksa ingin bertemu Kiai Zainudin Jazuli,” kata seorang santri seperti dikutip Tempo, Senin (19/2/2018) malam.

Karena penampilan dan gerak-geriknya mencurigakan, petugas keamanan pondok segera menginterogasi. Para santri curiga karena pria berusia sekitar 45 tahun itu tidak bisa menjawab pertanyaan santri dan cenderung bersikap aneh. Dia juga memaksa ingin bertemu dengan pengasuh pondok meski telah diminta untuk kembali lain kali. Karena itulah, dengan alasan pengamanan, pria itu ditangkap dan diserahkan ke kepolisian.

Baca Juga

Tak ingin terjadi sesuatu pada keamanan pesantren, pria itu ditangkap dan diserahkan ke aparat kepolisian. Pasca kejadian itu, keamanan pondok langsung diperkuat. Sedikitnya 30 santri dikerahkan menjaga seluruh pintu masuk pondok dan membagi menjadi beberapa kelompok. “Perintah ini diberikan pengurus hingga situasi dianggap aman,” kata Muhtar, salah satu santri.

Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Kediri Munasir Huda mengatakan pemeriksaan di pondok telah dilakukan bersama anggota Banser. “Saya ke sini untuk melihat situasi, memang ada ancaman itu,” katanya di Ponpes Al Falah.

Kapolresta Kediri Ajun Komisaris Besar Anthon Haryadi belum bersedia berkomentar soal ini. Dia mengaku masih memeriksa pelaku yang saat ini diamankan di Mapolres. “Kami masih dalami dulu,” katanya.

Sementara kantor berita Antara, Selasa (20/2) melansir, tamu misterius itu berniat menemui “dzuriyah” atau keluarga pengasuh pondok pesantren. Namun, sejumlah petugas keamanan pondok menyarankan agar yang bersangkutan untuk kembali lagi esok hari, sebab sudah larut malam.

Terkait dengan maraknya pesan singkat di grup-grup WhatsApp, Abid Umar mengatakan, itu tidak benar. Isi di grup itu menuliskan adanya tamu yang membawa senjata tajam, bahkan mengancam keluarga pesantren.

“Memang ada yang diamankan polisi. Awalnya, yang bersangkutan berniat bertemu dengan ‘dzuriyah’. Tapi, yang di grup media sosial yang berkaitan dengan PKI tidak benar. Saya membaca beberapa di grup dan itu melebih-lebihkan,” terangnya.

Cucu KH Zainuddin Djazuli, Gus Abid Umar. (Foto: merdeka.com/Imam Mubarok)

Ia juga menyebut saat diamankan yang bersangkutan tidak membawa senjata tajam seperti isu yang tersebar di grup WhatsApp. Namun, ia mengakui dalam kurun waktu satu pekan ini ada orang asing yang terlihat di sekitar pondok.

Pihaknya, kata Abid Umar, menyerahkan sepenuhnya masalah ini ke polisi sebagai apparat berwenang. Ia juga menegaskan untuk keamanan pondok memang selalu diperketat guna mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan. (*)

Sumber: Antara, Tempo.co

Baca Juga