Tak Ada Infrastruktur, Makanan, Obat-obatan dan Rumah Sakit di Ghouta Timur
Saat puluhan ribu orang melarikan diri dari kekerasan di Ghouta Timur, para aktivis mengatakan warga sipil yang tersisa menghadapi masalah kemanusiaan yang mengerikan.GHOUTA (SALAM-ONLINE): Badan pengungsi PBB (UNHCR) menyebut lebih dari 20.000 orang lari untuk menyelamatkan diri dari pertempuran di Ghouta Timur.
Sementara itu, penduduk yang tersisa di daerah kantong—lebih dari 340.000 orang—mengalami kekurangan makanan akut dan pasokan medis.
Ali al-Khouli, seorang jurnalis independen di Douma, seperti dikutip Aljazeera, Selasa (20/3/2018), salah satu kota utama di Ghouta Timur, menggambarkan situasi di wilayah itu saat ini sebagai “tidak bisa dihuni”.
“Tidak ada infrastruktur, tidak ada makanan, tidak ada obat-obatan, tidak ada rumah sakit yang tersisa di Ghouta Timur,” ungkapnya.”Keluarga yang pergi dari sini sebagai akibat dari serangan pengeboman dahsyat.,” tambah al-Khouli.Menurut al-Khouli, mereka yang memilih untuk pergi “100 persen” yakin bahwa jika mereka tetap tinggal, mereka akan kehilangan nyawa dan berakhir “di bawah puing reruntuhan”.
Koresponden Aljazeera Zeina Khodr di Beirut, melaporkan, front berubah. “Rezim Suriah mendapatkan kembali wilayah dan mendorong ribuan orang melarikan diri,” ujarnya.”Kami tahu bahwa rezim menganggap siapa pun yang tergabung dalam oposisi saat ini adalah seorang ‘teroris’,” katanya, menunjuk kepada para pekerja Pertahanan Sipil Suriah—juga dikenal sebagai Helm Putih (White Helmets)—sebagai contoh.
Al-Khouli mengatakan bahwa rezim telah memfasilitasi koridor untuk evakuasi warga sipil, tetapi tidak jelas ke mana tepatnya para keluarga tersebut menuju.
“Ada beberapa lokasi yang kami dengar di mana mereka diungsikan, namun ke lokasi mana persisnya mereka ditempatkan, belum dikonfirmasi,” kata al-Khouli.Para aktivis juga mencatat bahwa banyak yang lebih memilih melarikan diri ke wilayah yang dikuasai kelompok oposisi lainnya.
Organisasi seperti Human Rights Watch (HRW), PBB, ICRC (Palang Merah Internasional), telah meminta agar pengawas internasional ditempatkan di lapangan untuk memastikan bahwa orang-orang yang lari (untuk menyelamatkan diri) itu berada dalam posisi yang aman.
Rezim Suriah dan sekutunya menyatakan mereka terus menyerang tiga kantong wilayah yang dikuasai oposisi.
Menurut para aktivis di Ghouta Timur, mereka yang telah pergi ke wilayah yang dikendalikan rezim, sering ditahan oleh pasukan Asad setelah tiba di beberapa titik pinggiran kota.
“Hari ini, ada orang-orang yang ditangkap di kota Kafr Batna … Pria yang telah pergi selama tiga hari terakhir langsung ditahan,” Alaa al-Ahmed, seorang aktivis lokal, mengatakan kepada Aljazeera dari kota Ein Tarma, Ghouta Timur.
“Ini karena evakuasi terjadi tanpa pengawasan badan internasional. Mereka pergi menghindar dari serangan (menyelamatkan diri) tanpa ada jaminan,” katanya.“Kami juga mendengar laporan eksekusi massal di Hamouriyah,” katanya, merujuk pada kota yang telah menjadi pusat pertempuran antara oposisi dan pasukan rezim.
Kantor UNHCR di ibu kota Suriah, Damaskus, menerangkan, ada tiga tempat penampungan di daerah pedesaan Damaskus, di mana orang-orang dari Ghouta Timur tiba, yaitu di Dwier, Hejelleh dan Adra. (S)
Sumber: Aljazeera