Pengamat: Proyek Kereta Cepat Ikut Sumbang Penyebab Banjir

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyinggung buruknya tata kelola pembangunan sejumlah proyek infrastruktur yang ikut menyumbang penyebab banjir di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).

Ia menyebut salah satunya ialah proyek kereta api cepat PT Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC).

Ia menganggap material proyek tak ditata rapi sehingga mengganggu drainase atau jalan air menuju sungai.

“Yang (banjir) Jabodetabek, pembangunan infrastruktur yang terjadi itu ngawur semua. Saya sudah peringatkan sejak awal Desember. Kepada seluruh pengelola Jalan Tol, Kepala BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) dan semuanya saya bilang, ini ngawur, pasti menutup drainase. Nah, kalau menutup drainase, ini (banjir) akan parah,” ujarnya seperti dikutip CNNIndonesia, Jumat (3/1/2020).

“Yang paling parah, yang paling jorok itu pekerjaan KCIC, yang kereta cepat. Coba lihat, waktu saya meninjau sebelum diresmikan, saya lihat itu, aduh ampun. Ini kalau hujan, bahaya. Benar kan,” lanjutnya.

Agus mengatakan, akibatnya sejumlah daerah yang biasanya tak terdampak banjir kini kena imbas pula.

“Jadi Bekasi dan lain sebagainya itu terkena imbas, bahkan Halim. Karena drainase jalan tidak ada, dan Halim itu ada seperti situ kecil itu, air sudah tidak bisa masuk ke situ karena tertutup oleh galian KCIC dan juga dari LRT yang belum selesai,” sambung dia lagi.

Perkara tersebut menurut Agus juga harus dipikirkan mengingat bulan ini baru memasuki musim hujan. Ia khawatir kondisi ini kian parah jika melihat program penanggulangan banjir seperti normalisasi sungai di Jakarta tak berjalan.

Baca Juga

Mestinya, kata dia, pemerintah daerah dan pusat mampu lebih matang menyusun program dengan lebih baik. Terlebih ada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang memasok data.

Pemerintah, kata Agus, harus lebih giat mengurangi sebaran banjir, di antaranya dengan mempercepat normalisasi sungai, melakukan pengerukan sungai secara berkala, memastikan pompa air bekerja dan menyiapkan tanggul-tanggul.

Meski mengakui banjir tak akan sepenuhnya punah dari Jakarta, ia menyebut setidaknya dampak bah bisa ditekan.

“Untuk itu harus dilakukan pencegahan-pencegahannya, mengurangi, tidak menghilangkan. Banjir tidak mungkin hilang dari Jakarta. Karena land subsidence (penurunan tanah)nya sudah sangat parah dan persoalan tata ruang sudah sangat ngaco. Tapi itu bisa dikurangi,” ujar Agus.

Pada 2017, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut genangan air di Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, adalah akibat tersumbatnya dua dari tiga saluran air oleh Proyek Light Rail Transit (LRT) dan proyek kabel fiber optik.

Ia juga menyesalkan air di Jalan MT Haryono, di terowongan atau underpass Cawang arah Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta Timur, terhambat oleh beton proyek LRT. (CNNIndonesia)

Baca Juga