Sri Mulyani Ungkap Skenario Terburuk Kemungkinan Besar Indonesia Masuk Resesi

Menkeu Sri Mulyani Indrawati

SALAM-ONLINE: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran nol persen sampai minus 2 persen pada kuartal III 2020. Artinya, Indonesia akan masuk jurang resesi karena mengalami pertumbuhan negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Menkeu mengatakan proyeksi negative itu muncul karena pemerintah melihat aktivitas ekonomi masyarakat dan dunia usaha yang mulai pulih sejak Juni 2020 rupanya belum cukup kuat untuk berlanjut di kuartal III.

Menurutnya, ada beberapa sektor usaha yang sudah berbalik positif. Namun tak sedikit yang justru kembali negatif seperti masa pertengahan pandemi Virus Corona atau Covid-19 mewabah di dalam negeri.

“Kami melihat di Kuartal III, down side-nya ternyata tetap menunjukkan suatu risiko yang nyata. Jadi untuk Kuartal III kami outlook-nya antara nol persen hingga negatif 2 persen. Negatif 2 persen karena ada pergeseran dari pergerakan yang terlihat belum sangat solid, meskipun ada beberapa yang sudah positif,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (25/8/20), yang dilansir CNN Indonesia.

Dia mengatakan pertumbuhan negative pada Kuartal III mungkin terjadi karena tingkat konsumsi masyarakat masih cukup lemah, meski mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah. Tingkat konsumsi masyarakat tercatat minus 5,51 persen pada Kuartal II 2020.

Sementara realisasi penyaluran anggaran penanganan dampak pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk perlindungan sosial sebesar Rp 93,18 triliun per 19 Agustus 2020. Realisasinya setara 45,69 persen dari pagu Rp 203,91 triliun.

Baca Juga

“Tapi tidak bisa hanya dari bansos untuk mengangkat konsumsi agar mendekati nol persen kalau kelas menengah dan atas belum recovery belanja konsumsinya. Kalau hanya dari bansos, growth (penyaluran) tinggi, tapi tetap tidak bisa mengembalikan fungsi konsumsi,” terangnya.

Selain karena konsumsi masyarakat, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu melihat kontribusi investasi juga belum maksimal. Pada Kuartal II, pertumbuhan investasi terkontraksi 8,61 persen, sehingga harus ditingkatkan jika tak ingin ekonomi kembali minus pada Kuartal III.

“Kuncinya adalah konsumsi dan investasi. Kalau konsumsi dan investasi masih negative zone, meskipun pemerintah all out dari segi belanja, akan sangat sulit untuk masuk ke dalam zona netral di nol persen di 2020 ini,” jelasnya.

Selanjutnya, untuk keseluruhan tahun ini, Menkeu memperkirakan ekonomi dalam negeri akan berada di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

“Kita akan lihat konsumsi 2020 terutama Kuartal III dan Kuartal IV, apakah bisa kembali pada zona netral minimal atau bahkan sedikit positif,” ujarnya. []

Baca Juga