Aktivis 98: Era Orba dan Masa Kini Tidak Ada Perubahan, Malah Semakin Buruk

Para tokoh gerakan yang hadir dalam diskusi “Koalisi Rakyat untuk Poros Perubahan” di Bandung (Foto: RMOL)

SALAM-ONLINE.COM: Cita-cita gerakan Reformasi 1998 tidak berjalan dengan baik. Bahkan, era kekinian tidak jauh berbeda dengan rezim Orde Baru yang menjadi alasan gerakan Reformasi turun jalan.

Demikian ditegaskan aktivis Pro Demokrasi yang juga pelaku sejarah Reformasi 1998, Andrianto, dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Komite Peduli Indonesia (KPI) dan DPD RI berjudul “Koalisi Rakyat untuk Poros Perubahan” di Ballroom Masjid Agung Trans Studio, Bandung, Jawa Barat yang juga diikuti melalui virtual, Ahad (26/6/2022) siang.

“Situasi dan kondisi era Orba dan kini tidak ada perubahan, malah makin buruk dari sisi sistem politik yang makin otoriter dan ekonomi yang dikuasai oligarki yang rakus dan serakah,” kata Andrianto.

Pernyataan Andrianto, senada dengan paparan Direktur Eksekutif Sabang-Merauke Circle, Syahganda Nainggolan, yang juga menyinggung bagaimana oligarki di era saat ini sudah menjadi masalah akut yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.

“Jadi oligarki itu memang dia mengendalikan politik untuk mempertahankan kemiskinan. Jadi tantangan kita yang pertama demokrasi dikhianati, kedua adalah kemiskinan yang dipertahankan,” ujar Syahganda.

Baca Juga
Diskusi publik yang digelar oleh Komite Peduli Indonesia (KPI) dan DPD RI berjudul “Koalisi Rakyat untuk Poros Perubahan” di Ballroom Masjid Agung Trans Studio, Bandung, Jawa Barat. (Foto: RMOL)

Dia pun mengapresiasi Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti yang juga hadir pada acara itu. Apresiasi dilayangkan ke La Nyalla karena sedang memperjuangkan agar ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen dihapuskan.

Menurut Syahganda, adanya ambang batas itu seperti melestarikan oligarki yang dengan kekuatan modalnya dapat berperan banyak pada penentuan calon presiden dan calon wakil presiden.

“Perlu ada kekuataan rakyat untuk hadapi para oligarki ini. Dengan adanya Ketua DPD yang progresif bisa mewujudkan tujuan bersama dengan bergandeng tangan hadapi para oligarki,” tandasnya.

Dalam acara ini selain pidato dari LaNyalla, juga ada sambutan dari Ketua KPI, Tito Roesbandi, dan lima narasumber lainnya dalam diskusi, yaitu Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Mohammad Jumhur Hidayat, Pendiri Forum Komunikasi Patriot Peduli Bangsa (FKP2B) Mayjen TNI Purn Deddy S Budiman, Sekretaris Jenderal Syarikat Islam Ferry Joko Juliantono, Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Indra Perwira dan pemerhati kebangsaan Muhammad Rizal Fadillah. (rmol)

Baca Juga