Presiden Suriah: Tak Ada Pelanggaran yang Luput dari Hukuman, Bahkan atas Orang-orang Terdekat Kami

SALAM-ONLINE.COM: Presiden sementara Suriah Ahmad al-Sharaa berjanji untuk meminta pertanggungjawaban terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan mematikan di wilayah pesisir selama akhir pekan, setelah ratusan warga sipil tewas.
Dalam wawancara dengan Reuters yang dipublikasikan pada Senin (10/3/2025), Sharaa menggambarkan Suriah sebagai “negara hukum”, yang menyatakan bahwa pemerintah akan memastikan keadilan ditegakkan.
Ia menekankan bahwa hukum akan berjalan sebagaimana mestinya. “Kami berjuang untuk membela yang tertindas, dan kami tidak akan menerima darah yang tertumpah secara tidak adil. Kami juga tidak akan membiarkan insiden apa pun tidak dihukum, bahkan di antara orang-orang terdekat kami.”
Sharaa menyalahkan mantan unit militer yang setia kepada saudara laki-laki presiden terguling Basyar al-Assad, Maher, dan kekuatan asing yang tidak disebutkan namanya atas pecahnya kekerasan baru-baru ini.
Namun, ia mengakui bahwa beberapa kelompok telah memasuki wilayah pesisir Suriah di tengah bentrokan dengan loyalis Assad, yang menyebabkan pelanggaran.
Menurut Sharaa, kerusuhan tersebut menjadi “kesempatan untuk membalas dendam” yang berasal dari keluhan yang terpendam selama bertahun-tahun. Meskipun ia mengklaim bahwa situasi tersebut kini sebagian besar telah terkendali.
Ia mengakui bahwa kekerasan tersebut menimbulkan tantangan serius bagi upayanya untuk menyatukan Suriah.
“Ini akan memengaruhi jalan ini,” katanya. Tetapi dia menyatakan komitmennya untuk “memperbaiki situasi tersebut”.
Kekerasan dimulai pada Kamis (6/3) ketika orang-orang bersenjata yang setia kepada Assad melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan di wilayah pesisir, rumah bagi anggota komunitas Syiah, tempat Assad dan sebagian besar loyalisnya berasal.
Bentrokan meningkat menjadi serangan balas dendam terhadap warga sipil, menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi.
Warga sipil yang tergabung dalam komunitas tertentu menjadi sasaran khusus.
Kementerian pertahanan pemerintahan baru Suriah mengatakan pihaknya telah menyelesaikan operasinya terhadap “sisa-sisa rezim” di wilayah tersebut. Namun warga melaporkan kekerasan berkurang meskipun tidak berakhir.
Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) telah mendokumentasikan 779 “pembunuhan di luar proses hukum” sejak Kamis. SNHR mengatakan bahwa mereka tidak menghitung kematian loyalis Assad dalam pertempuran.
Jumlah ini termasuk 211 warga sipil, 179 personel keamanan yang dibunuh oleh loyalis Assad, dan 396 warga sipil serta loyalis tidak bersenjata yang dibunuh oleh kelompok bersenjata dan pasukan keamanan.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok aktivis berbasis di Inggris yang memantau perang tersebut, menyebutkan total korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Meskipun Sharaa tidak merinci aktor asing yang terlibat dalam serangan pro-Assad, ia mengisyaratkan sebuah pihak yang “kehilangan realitas baru di Suriah”, yang banyak ditafsirkan sebagai rujukan pada sekutu lamanya, Iran. Tentu saja Teheran membantah terlibat dalam kerusuhan tersebut.
Pada Ahad (9/3), Sharaa mengumumkan pembentukan komite independen yang bertugas menyelidiki kekerasan tersebut.
Menurut kantor berita resmi Suriah, SANA, Kementerian Dalam Negeri pada Selasa mengatakan pihaknya menangkap orang yang dituduh melakukan “pelanggaran ilegal dan kekerasan terhadap warga sipil di salah satu desa pesisir”. (mus)
Sumber: Middle East Eye