Warga Suriah Rayakan Idul Fitri Pertama Pasca Jatuhnya Rezim Assad

SALAM-ONLINE.COM: Warga Suriah di seluruh negeri berkumpul di masjid dan tempat umum pada Senin (31/3/2025) pagi untuk merayakan Idul Fitri pertama setelah jatuhnya Basyar Assad.
Ahmad al-Sharaa, pemimpin revolusi yang kemudian menjadi presiden, melaksanakan shalat Idul Fitri pertama di Istana Rakyat di Damaskus pada Senin (31/3/2025). Khutbah Idul Fitri pada pagi itu fokus mengangkat tema “Era Baru bagi Suriah”.
Sharaa didampingi oleh Menteri Luar Negeri As’ad al-Shaibani, Kepala Dewan Fatwa Syeikh Usamah Abdulkarim al-Rifai, komandan militer dari Kementerian Pertahanan, dan perwakilan pemerintah lainnya.
Sementara Menteri Wakaf/Agama yang baru Syeikh Mohammad Abu al-Khair Syukri, saat berpidato di hadapan jamaah mendesak warga Suriah untuk melanjutkan upaya mereka membangun kembali negara tersebut.
“Kami berada dalam tahap pembangunan setelah rezim sebelumnya menghancurkannya. Setiap orang di Suriah diundang untuk berpartisipasi dalam pembangunan ini,” kata Syukri.
Di tempat berbeda, di Ibu Kota Damaskus, ribuan warga Suriah melaksanakan shalat Idul Fitri di lokasi yang ditetapkan oleh Kementerian Wakaf/Agama. Lokasinya di Tugu Peringatan Perang dan dekat Makam Prajurit Tak Dikenal. Sebelumnya pada era rezim Assad tempat ini dikenakan pembatasan kunjungan secara ketat.Termasuk larangan memotret.
“Anda bahkan tidak dapat berpikir untuk mengambil gambar (berfoto) di sini sebelumnya. Apalagi melihat kerumunan orang berkumpul dalam jumlah besar seperti ini,” kata Raghad, 26 tahun, yang baru saja kembali ke Suriah dari Yordania dan sempat berdoa di makam tersebut.
“Itu pemandangan yang hampir tidak dapat dipercaya,” ujar Raghad.
Jamaah lainnya, seorang mahasiswa berusia 23 tahun di monumen tersebut, menggambarkan momen itu dengan singkat: “Suasana, suasana, suasana, suasana yang sangat surealis! (kontradiktif, seperti mimpi, red).”
Meningkatnya risiko keamanan
Bagi banyak orang, pemandangan shalat Idul Fitri yang terbuka dan dihadiri banyak orang di seluruh negeri melambangkan perubahan signifikan dari masa lalu.
Namun, perayaan tersebut dibayangi oleh masalah keamanan.
Pada hari-hari menjelang Idul Fitri, Kedutaan Besar AS di Suriah mengeluarkan peringatan tentang meningkatnya risiko serangan teroris yang mungkin menargetkan “kedutaan besar, organisasi internasional, dan lembaga publik Suriah di Damaskus”.
Pasukan keamanan setempat telah melakukan operasi untuk mengantisipasi kemungkinan serangan.
Pada 26 Maret, Pasukan Keamanan Dalam Negeri menangkap mantan sel mata-mata rezim Assad yang diduga merencanakan serangan di tempat-tempat umum yang terkenal. Termasuk pasar dan masjid.
Selain itu, pada hari Sabtu (29/3) otoritas Suriah mengumumkan penemuan tempat penyimpanan senjata di Homs yang terkait dengan sisa-sisa rezim sebelumnya.
Di Damaskus, penduduk menggambarkan suasana suka cita perayaan Idul Fitri sekaligus kekhawatiran.
“Sejujurnya, hari-hari menjelang Idul Fitri adalah mimpi buruk. Kami sangat takut bahwa ‘fulool el Assad’ (sisa-sisa rezim Assad) akan menyerang masjid pada Idul Fitri,” kata Abu Oday, seorang penduduk di distrik Mazzeh.
Oday menggambarkan peningkatan pemeriksaan keamanan selama shalat (Tarawih) di Bulan Ramadhan di Masjid Imam Syafii setempat.
Penduduk khawatir bahwa masjid tersebut menjadi target berisiko tinggi karena terletak di kawasan masa kecil Sharaa. Sang presiden mengunjunginya beberapa kali saat shalat di bilan Ramadhan. Seorang guru Sharaa pada masa lalu adalah imam masjid tersebut.
Beberapa hari sebelum Idul Fitri, pemerintahan transisi Suriah dibentuk, yang terdiri dari 23 menteri, termasuk anggota beberapa orang yang berasal dari kelompok minoritas agama dan para tokoh dari hari-hari awal revolusi tahun 2011.
Pemerintahan baru diharapkan mengawasi jalannya negara selama lima tahun sebelum merancang konstitusi dan menyelenggarakan pemilihan umum. (kk)