‘Israel’ Bombardir Suriah Beberapa Jam Setelah Pemimpin Sekte Druze Memprovokasi Penjajah Itu

SALAM-ONLINE.COM: Zionis penjajah melancarkan serangan pesawat tanpa awak di dekat ibu kota Suriah, Damaskus, pada Rabu (30/4/2025). Serangan tersebut dilakukan beberapa jam setelah seorang pemimpin Druze “Israel” yang dikenal kontroversial memprovokasi rezim penjajah itu untuk “bertindak” demi kepentingan kelompok minoritas tersebut.
Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanannya, “Israel” Katz mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa serangan pesawat nirawak tersebut menargetkan “kelompok ekstremis” di selatan Damaskus.
Diisukan, kelompok yang mereka sebut sebagai “ekstremis” tersebut bersiap mau melancarkan serangan terhadap anggota komunitas Druze di kota Sahnaya, Suriah.
Netanyahu mengatakan serangan dari pihaknya merupakan “operasi peringatan” dan sebagai “pesan tegas kepada Suriah”.
Beberapa jam sebelumnya, Mowafaq Tarif, seorang pemimpin Druze kontroversial yang memiliki hubungan dekat dengan zionis penjajah dan tinggal di wilayah jajahan zionis, telah memprovokasi “Israel, orang-orang Yahudi di seluruh dunia, dan masyarakat internasional untuk bertindak sekarang, segera,” katanya, “guna mencegah pembantaian.”
“Israel tidak boleh tinggal diam menghadapi berbagai peristiwa yang terjadi saat ini,” katanya.
“Para pemimpin ‘Israel’, kalian harus memikul beban pembuktian dan tindakan,” begitu provokasinya.
“Israel” memiliki komunitas Druze yang kecil. Ada sekitar 24.000 orang Druze tinggal di Dataran Tinggi Golan yang diduduki “Israel” yang dirampasnya dari Suriah di era rezim-rezim sebelumnya.
“Israel” mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1981, sebuah tindakan yang belum diakui oleh masyarakat internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kekerasan telah meletus di daerah Jaramana, dekat Damaskus, Suriah yang mayoritas penduduknya beraliran Druze, awal pekan ini. Bentrokan terjadi antara anggota komunitas Druze dan Muslim.
Dilansir dari Middle East Eye (MEE), Kamis (1/4), setidaknya 20 orang tewas setelah rekaman audio — yang dikaitkan dengan seseorang dari komunitas Druze — menjadi viral, berisi hinaan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tokoh Islam lainnya.
Kementerian Dalam Negeri Suriah mengatakan pada Selasa (29/4) bahwa mereka sedang menyelidiki asal rekaman tersebut dan menyerukan agar tetap tenang.
Setelah pembunuhan pada Selasa, Mufti Besar Suriah, Syaikh Osama Abdulkarim al-Rifai, memerintahkan agar seruan untuk balas dendam atau pembalasan, dihentikan. Ia menyebut pertumpahan darah warga Suriah sebagai “haram” (terlarang).
“Hanya dengan memadamkan pertikaian, pertumpahan darah warga Suriah dapat dihindarkan,” katanya.
Namun, beberapa jam setelah serangan pesawat nirawak “Israel” pada Rabu, pemimpin Druze Mowafaq Tarif mengatakan kepada sekelompok pendukungnya di wilayah jajahan “Israel” bahwa ia yakin “perubahan akan segera terjadi”.
“Israel, militer, dan dunia mendukung kami,” katanya.
“Israel” berupaya mengeksploitasi Druze
Serangan pada Rabu adalah intervensi terbaru “Israel” di Suriah sejak rezim Basyar Assad digulingkan akhir tahun lalu oleh pejuang oposisi yang dipimpin kelompok pejuang revolusi Hay’at Tahrir al-Syam (HTS).
Sejak HTS bubar, pemerintah baru Suriah berupaya membangun kembali hubungan dengan kelompok agama dan etnis yang berbeda di negara itu, serta memperkuat hubungan diplomatik.
Di negara tetangga Lebanon, yang masih terguncang akibat perang selama setahun dengan “Israel”, Waleed Jumblatt, seorang pemimpin politik dari komunitas Druze di negara itu, juga mengimbau agar tetap tenang. Tetapi Jumblatt menolak campur tangan “Israel” di Suriah.
“Israel berupaya mengeksploitasi Druze untuk menciptakan pertikaian internal di Suriah,” katanya dalam pernyataan yang dilansir Al Jazeera Arabic.
“Kita membutuhkan Suriah yang bersatu dan ‘Israel’ ingin menggusur dan mengeksploitasi Druze,” katanya.
Turki, yang dipandang sebagai sekutu terdekat Damaskus, juga mengutuk serangan pesawat nirawak tersebut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut “Israel” berusaha untuk lebih memicu kekacauan di Suriah.
Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa serangan “Israel” merupakan provokasi yang tidak dapat diterima. Ia juga mengatakan akan bertemu langsung dengan Presiden AS Donald Trump karena mereka “saling memahami” mengenai kebijakan di Suriah.
“Dalam berbagai masalah, kami berpikir secara berbeda, pencarian kami untuk mencapai kompromi atas dasar yang wajar pasti akan terus berlanjut,” katanya, memuji komunikasi mereka sebelumnya sebagai “yang tulus, membuahkan hasil, dan bersahabat”.
Selama berbulan-bulan, “Israel” telah melobi AS untuk membuat Suriah tetap lemah dan terdesentralisasi. Pada hari Selasa Menteri Keuangan penjajah, Bezalel Smotrich, bersumpah bahwa perang di Gaza hanya akan berakhir ketika “ratusan ribu” warga Palestina mengungsi secara paksa dan Suriah terpecah-pecah. (mus)