Ketika ‘Israel’ Memanfaatkan Sekte Druze di Suriah

SALAM-ONLINE.COM: Rami hidup selama lebih dari satu dekade dalam perang di Suriah. Tetapi ia tidak pernah mengangkat senjata.
Semuanya berubah pekan ini.
Bentrokan mematikan antara pejuang pro-pemerintah dan orang-orang bersenjata Druze setempat terjadi pada Selasa (29/4/2025). Sebagian disebabkan rekaman audio yang berisikan dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam–yang kemudian dibantah oleh seorang tokoh Druze.
Rami, seorang aktivis Druze berusia 27 tahun dan mantan pekerja Bulan Sabit Merah, khawatir komunitasnya berada dalam bahaya besar. Dia memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya di garis depan dan meminjam salah satu senjata mereka. “Itu benar-benar menakutkan,” katanya dikutip Middle East Eye, Kamis (1/5).
Lantaraan dugaan rekaman audio menghina Nabi itu, para pejuang pro-pemerintah diduga membunuh puluhan orang di pinggiran kota Damaskus, Jaramana dan Ashrafiet Sahnaya–kota-kota yang memiliki populasi Druze yang besar, serta di sepanjang jalan raya Damaskus-Sweida.
Di antara yang terbunuh adalah Wali Kota Ashrafiet Sahnaya, Hussam Warour. Diduga dibunuh oleh kelompok bersenjata yang menyerbu rumahnya pada Rabu (30/4) malam, begitu menurut situs berita lokal Suwayda 24.
Zionis “Israel” memanfaatkan momen ini. Mereka melakukan intervensi di Suriah dengan dalih mendukung Druze, melancarkan beberapa serangan udara di Ashrafiet Sahnaya pada Rabu (30/4). Serangan ini, seperti disebut “Israel”, ditujukan kepada “agen di dekat Damaskus yang telah menyerang warga sipil Druze”.
Kementerian luar negeri Suriah mengatakan pihaknya menolak “intervensi (campur tangan) asing” (“Israel”) dan berkomitmen “untuk melindungi semua elemen rakyat Suriah .. termasuk anak-anak dari komunitas Druze yang terhormat”.
Ketakutan dan kecemasan di kalangan Druze
Pertumpahan darah telah memicu kekhawatiran bahwa kaum minoritas seperti Druze, sebuah komunitas etnoreligius, tidak aman di bawah pemerintahan baru Suriah, yang didominasi oleh mantan pejuang revolusi.
Di antara yang tewas terdapat beberapa teman Rami.
“Saya tahu bahwa membawa senjata adalah salah… dan saya tidak ingin memilikinya,” kata Rami dari rumahnya di Jaramana.
“Namun, semuanya berubah.”
Warga Druze Suriah mengatakan, mereka sekarang hidup dalam “ketakutan dan kecemasan”. Banyak kini yang tinggal di dalam rumah pada hari Kamis karena takut akan pertempuran lebih lanjut.
Untuk saat ini para pemimpin Druze dan pejabat pemerintah telah berhasil menenangkan situasi.
Bentrokan mematikan itu terjadi hanya beberapa minggu setelah pejuang pro-pemerintah baru Suriah melancarkan operasi di kota-kota dan desa-desa di sepanjang pantai, rumah bagi kelompok minoritas syiah nushariyah–yang juga disebut sebagai syiah alawite
Basyar Assad, otokrat lama Suriah, yang digulingkan oleh pejuang revolusi pada 8 Desember 2024 juga adalah seorang syiah nushayri dari wilayah pesisir. Assad mempekerjakan banyak orang syiah nushayri dalam pasukan keamanannya yang represif. Itulah yang menyebabkan beberapa orang menyalahkan komunitas tersebut atas kejahatan Assad.
Kelompok aktivis memperkirakan jumlah korban tewas dalam serangan yang melibatkan kelompok bersenjata Mantan perwira Assad (syiah nushayri) dengan pasukan keamanan Suriah tersebut antara 1.000 dan 2.000 orang.
Sekte Druze sendiri ditemukan di seluruh Levant (wilayah Syam). Mereka menganut sekte yang muncul di Mesir pada abad pertengahan dan tinggal terutama di Suriah, Lebanon dan wilayah yang diduduki “Israel”.
Secara historis, Druze Suriah telah menjaga jarak dari negara (pemerintahan) pusat. Bahkan sebelum dinasti Assad dan pemerintahan baru saat ini yang dipimpin oleh mantan pemimpin revolusi Ahmad al-Sharaa. Mereka tinggal terutama di Sweida, provinsi paling selatan negara itu di sepanjang perbatasan dengan Yordania, serta beberapa pinggiran kota Damaskus di utara.
Sebuah rekaman suara yang dikaitkan dengan seorang “ulama” Druze, yang diduga menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebar luas di media sosial dalam beberapa hari terakhir. Inilah yang diduga memicu bentrokan awal di Jaramana.
Meskipun pertempuran di sana mereda pada Kamis, namun penduduk “masih takut untuk keluar dan berkeliaran”, kata Rami. Dua temannya tewas pada Selasa dalam bentrokan di Jaramana, katanya.
“Dan ketika berbicara dengan Anda, saya mengetahui bahwa lebih banyak teman saya yang terbunuh di Sweida dan Sahnaya,” imbuh Rami, yang meminta untuk menggunakan nama samaran untuk menjaga keamanan dirinya.
“Kami merasa takut. Dan kami merasa kecewa.”
Kami tidak menduga hal ini
Sheikh Hikmat al-Hijri, pemimpin spiritual Druze Suriah mendesak pasukan internasional untuk “segera campur tangan guna menjaga perdamaian”.
Wadah Azzam (43 tahun), tinggal di ibu kota provinsi Sweida, sekitar satu setengah jam dari Damaskus. “Bahkan di sana, penduduknya merasa tegang,” katanya.
Azzam dan teman-teman serta tetangganya telah bertanya pada diri sendiri: “Bagaimana kami dapat melindungi diri dari serangan,” ungkapnya.
“Ada rasa takut dan cemas.”
Tobias Lang, seorang pakar Druze di Levant dan direktur Pusat Perdamaian Austria, mengatakan untuk saat ini Sweida masih relatif terisolasi dari pemerintahan baru Suriah.
Provinsi tersebut juga memiliki banyak milisi lokal yang bersenjata lengkap dan kuat, termasuk Men of Dignity dan Sheikhs of Dignity.
Daerah pedesaan Damaskus, tempat bentrokan pekan ini terjadi, berbeda.
“Kota-kota itu sebagian besar campuran dan dikelilingi oleh kota-kota Muslim, dengan basis dukungan potensial yang kuat bagi pemerintahan baru Sharaa,” kata Lang.
“Faksi-faksi Dignity, meskipun kuat di Sweida, tidak memiliki pengaruh yang kuat di daerah pedesaan Damaskus,” tambahnya.
Sejarah perlawanan
Ketika pejuang revolusi mengalahkan pasukan Assad akhir tahun lalu, faksi bersenjata Druze juga ikut serta dalam pertempuran di provinsi Sweida yang mayoritas penduduknya Druze, serta Daraa di dekatnya bersama kelompok pejuang revolusi.
Pejuang dari kelompok Men of Dignity dan Sheikhs of Dignity membebaskan orang-orang yang ditahan di penjara lokal pada hari-hari menjelang jatuhnya Assad.
Mereka juga mengusir tentara Assad dari pos pemeriksaan pinggir jalan dan lokasi militer.
Sweida telah dibebaskan oleh para pejuangnya sendiri. Bukan oleh kelompok pejuang yang dipimpin Sharaa. Namun masih belum jelas bagaimana tepatnya pasukan Druze dapat dimasukkan ke dalam negara baru tersebut.
Mereka dan penduduk lain di wilayah Druze mengatakan bahwa mereka telah lama menentang rezim Assad, sama seperti para penguasa baru Suriah.
Selama perang, banyak orang Druze di Jaramana menjadi aktivis, membantu orang-orang di distrik tetangga yang dikepung untuk menerima makanan dan pasokan bantuan lainnya dengan mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.
Beberapa penduduk Druze di kota itu berakhir di penjara penyiksaan Assad yang terkenal karena membantu tetangga mereka yang terkepung.
Bahkan sebagai seorang remaja di awal perang Suriah pada tahun 2011 dan 2012, Rami merupakan bagian dari mereka yang turut berpartisipasi dalam bantuan tersebut.
“Seiring waktu, saya jadi mengenal banyak orang yang membantu menyelundupkan pasokan medis,” kenangnya.
Namun setelah serangan pekan ini, ia mengatakan ia merasa “ditinggalkan”. (is)