Kedekatan Perkampungan Sunnah Negeri Perlis dengan Persyarikatan Muhammadiyah

SALAM-ONLINE.COM: Kerajaan Negeri Perlis dan Jabatan Mufti Perlis menyelenggarakan Perkampungan Sunnah setiap tahun di bulan Mei yang pada tahun ini memasuki usia 1 dekade (10 tahun) sejak pertama kallinya dihelat tahun 2015. Keduanya memiliki hubungan dan kedekatan yang spesial dengan Persyarikatan Muhammadiyah. Raja Muda Negeri Perlis, Duli Yang Teramat Mulia Tuanku Syed Faizuddin ibni Tuanku Syed Sirajuddin dan Mufti Dato’ Arif Perkasa Prof. Dr. Muhamad Asri Zainal Abidin telah berkunjung ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Indonesia dan dibalas kunjungan PP Muhammadiyah ke Negeri Perlis dengan tercapainya nota kesepahaman pendirian Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di negeri Perlis. Hal ini menunjukkan kesamaan fikrah dan metode tajdid dan islah yang diusung oleh keduanya, Persarikatan Muhammadiyah dan Kerajaan Negeri Perlis, untuk membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Di sebuah portal berita Malaysia terpampang judul menyentak, Perlis Benteng Ahli Sunnah wal Jamaah. Dalam reportase itu ditulis statemen Raja Negeri Perlis DYMM Tuanku Syed Sirajuddin ibni Almarhum Tuanku Syed Putra Jamalullail pada upacara penutupan Perkampungan Sunnah Seri X tanggal 11 Mei 2025:

“Negeri Perlis merupakan benteng Ahli Sunnah wal Jamaah. Ahli Sunnah dalam ertikata pegangan merujuk kepada al-Quran dan Sunnah, bukan rekaan, apatahlagi tahyul dan khurafat yang diada-adakan oleh segelintir manusia, yang mempergunakan nama agama. Pelbagai istilah disalahgunakan seperti ‘ambil berkat’, ‘keluarga Nabi’, mimpi melihat Rasulullah S.A.W, keramat, wali, barangan peninggalan Nabi S.A.W dan pelbagai lagi. Puncanya adalah kerana sesetengah pihak tidak menjadikan pegangan dan amalan Nabi S.A.W serta para sahabat baginda sebagai penanda aras dan rujukan dalam beragama. Maka, di sinilah pentingnya sunnah dan pentingnya ‘jamaah’ iaitu jamaah para sahabat Nabi S.A.W, para ulama salaf dan para ulama yang mengikuti jalan mereka.”

(https://suaramerdeka.com.my/perlis-benteng-ahli-sunnah-wal-jamaah/)

Dari pernyataan Raja Perlis itu nampak jelas kesamaan pahaman agama Islam antara Kerajaan Perlis dan Persyarikatan Muhammadiyah yang menekankan pemurnian akidah dan ibadah agar selaras dengan ketetapan Al-Quran dan Sunnah Nabi serta pengamalan Salafussaleh.

Muhammadiyah adalah organisasi massa (ormas) Islam yang telah berdiri lebih dari seabad dan tumbuh menjadi salah satu ormas Islam terbesar dan terkaya di dunia. Didirikan pada 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah memiliki visi yang jelas untuk memurnikan ajaran Islam dan memperbaiki kehidupan umat Islam, baik dalam aspek spiritual, sosial, maupun ekonomi. Semangat tajdid (pembaruan) dan islah (perbaikan) menjadi dasar gerakan ini, yang tidak hanya bertujuan untuk memperbarui pemahaman akidah dan ibadah, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam secara menyeluruh.

Tajdid dan Islah: Pemurnian Akidah dan Ibadah, Tazkiyah dan ‘Umran

Muhammadiyah tidak dibangun karena mimpi tertentu atau untuk mengagungkan diri pribadi, melainkan didirikan dengan semangat pemurnian akidah dan ibadah berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah yang otentik. KH. Ahmad Dahlan, sebagai pendiri, berusaha mengembalikan umat Islam kepada ajaran Islam yang murni, jauh dari praktik bid’ah, khurafat, dan takhayul yang berkembang pada masa itu.

Pemurnian akidah ini tercermin dalam dakwah Muhammadiyah yang menekankan pentingnya tawhid (ketauhidan) dan menolak segala bentuk syirik, takhayul dan khurafat. Tidak ada niat untuk membangun ormas yang hanya bertujuan untuk mengagungkan diri pribadi atau tokoh tertentu. Sebaliknya, Muhammadiyah berdiri dengan landasan ilmiah, rasional, dan berorientasi pada maslahat umum.

Selain itu, Muhammadiyah juga melakukan pembaharuan dalam praktik ibadah. Salah satu contoh nyata adalah penekanan pada shalat berjamaah, pengajaran ilmu agama yang berbasis pada pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an dan Hadis, serta pembaruan dalam cara-cara beribadah yang lebih sesuai dengan ajaran Islam yang murni.

Filantropi dalam Spirit Surat Al-Ma’un: Membantu Sesama

Semangat filantropi merupakan salah satu aspek penting dalam gerakan Muhammadiyah. Organisasi ini memegang prinsip bahwa Islam tidak hanya mengajarkan aspek spiritualitas, tetapi juga tanggung jawab sosial untuk membantu sesama. Spirit surat Al-Ma’un, yang mengajarkan pentingnya saling membantu dan berbagi dengan orang yang membutuhkan, sangat terasa dalam berbagai program amal yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Baca Juga

Muhammadiyah melalui berbagai lembaga amal yang dikelolanya, seperti Lazismu (Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah), telah berperan aktif dalam pemberdayaan ekonomi umat, membantu anak-anak yatim, fakir miskin, serta korban bencana alam. Selain itu, Muhammadiyah juga memiliki jaringan pendidikan dan kesehatan yang luas, dengan ribuan sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan yang membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama yang berada di lapisan bawah.

Orientasi Amal dan Usaha Nyata untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Umat Islam

Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup umat Islam, Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada aspek spiritual semata, tetapi juga aktif dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Muhammadiyah telah mendirikan banyak lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar, hingga universitas. Dengan tujuan untuk mencetak generasi Muslim yang cerdas, berakhlak mulia, dan siap berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa.

Pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah tidak hanya mencakup aspek keagamaan, tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan pendekatan yang ilmiah dan rasional, Muhammadiyah memastikan bahwa para siswa tidak hanya memahami agama secara mendalam, tetapi juga memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Selain itu, Muhammadiyah juga aktif dalam bidang kesehatan. Rumah sakit dan klinik yang dikelola oleh Muhammadiyah berperan penting dalam memberikan layanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Dengan memberikan akses kesehatan yang baik, Muhammadiyah turut berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup umat Islam.

Sebagai ormas Islam terbesar, Muhammadiyah juga telah berkembang menjadi organisasi yang kaya dalam hal sumber daya dan fasilitas. Pendanaan yang diperoleh dari hasil amal dan infaq umat Islam digunakan untuk memperkuat berbagai lembaga pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi yang dikelola oleh Muhammadiyah. Kekayaan ini bukan digunakan untuk tujuan pribadi atau kepentingan kelompok, tetapi untuk kepentingan umat Islam secara umum.

Kekayaan Muhammadiyah juga terlihat dalam berbagai proyek sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam, seperti pemberdayaan ekonomi umat, bantuan bagi anak-anak yatim, serta bantuan untuk korban bencana. Muhammadiyah memahami bahwa kekayaan yang dimilikinya adalah amanah yang harus dikelola untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat Islam.

Kesimpulan

Muhammadiyah adalah contoh ormas Islam yang tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga berusaha memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat melalui filantropi, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Dengan semangat tajdid dan islah, Muhammadiyah berupaya memurnikan akidah dan ibadah, serta meningkatkan kualitas hidup umat Islam melalui amal usaha yang berorientasi pada maslahat umum.

Gerakan ini didirikan bukan untuk mengagungkan tokoh tertentu, tidak pula mengajak umat baik di tingkat elit maupun akar rumput untuk sibuk mengejar karamah wali, menafsir mimpi tokoh agama, mengajarkan wirid dan amalan tertentu berdasarkan mimpi ulama dan orang saleh, yang akhirnya banyak melalaikan umat dari tugas-tugas membangun peradaban, dan mengejar ketertinggalan dalam multi aspek kehidupan ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengembangan sains teknologi.

Muhammadiyah bekerja mencerdaskan umat dengan memurnikan tauhid dan mengokohkan tazkiyatun nafs, semata-mata untuk mengembalikan umat Islam pada ajaran Islam yang murni dan otentik bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah agar meraih status khairu ummah dengan membangun pusat-pusat keunggulan (center if exellences) di berbagai bidang.

Dalam konteks ini, Muhammadiyah berdiri sebagai ormas Islam yang tidak hanya besar dalam jumlah, tetapi juga kaya dalam kontribusi nyata untuk masyarakat. Melalui prinsip tauhid yang teguh, dakwah sunnah yang rasional, kerja keras, pendidikan, dan filantropi, Muhammadiyah terus berusaha menjadi agen perubahan yang dapat meningkatkan kualitas hidup umat Islam di seluruh dunia.

Penulis: Fahmi Salim
*Penulis adalah Direktur Al-Fahmu Institute dan Ketua Divisi Tabligh Global dan Kerjasama Majelis Tabligh PP Muhammadiyah

Baca Juga