‘Festival’ Terbesar dalam Sejarah Hamas, 500 Ribu Massa Syi’arkan Miladnya yang ke-25

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

SALAM-ONLINE.COM: Sejumlah analis mengatakan bahwa “festival” publik yang diselenggarakan oleh Harakah Muqawwamah Islamiyah (Hamas) Palestina dalam Miladnya yang ke-25 adalah yang terbesar dalam sejarah gerakan ini.

Sabtu (8/12/2012), maju satu pekan dari tanggal 14 Desember (hari kelahiran Hamas pada 1987), ratusan ribu rakyat Palestina berpawai, mengibarkan bendera kemenangan–seakan ingin membuat gentar dan ciut nyali sang pecundang, jahanam Israel.

Selain bendera kebangsaan Palestina, di sepanjang Jalur Gaza, bendera hijau Hamas menghiasi “pawai kemenangan” setelah November lalu berhasil menekan penjajah Israel dalam kesepakatan gencatan senjata yang menurut para analis lebih menguntungkan Palestina, khususnya Hamas.

Kendati kantornya hancur dan hampir 200 warga Palestina gugur, lebih 1000 luka-luka, dalam perang 8 hari, 14-21 November, dengan sang penjajah, Hamas dalam suasana penuh sukacita.

“Kami percaya bahwa Israel kalah dalam perang ini, dan kemenangan itu adalah milik kita,” kata juru bicara pemerintah Hamas, Taher al-Nounou seperti dikutip the Guardian.

Menurut al-Nounou, kemenangan itu bukan kemenangan militer, tetapi kemenangan bagi keinginan warga Palestina. Perlawanan sengit yang diluncurkan pejuang di Jalur Gaza, dan desakan internasional, membuat Israel menerima tuntutan Palestina untuk mengakhirinya agresi militernya.

Selain itu, menurut sejumlah pengamat, kesepakatan gencatan senjata dengan membuka blokade, keberpihakan internasional dengan pengakuan status negara di PBB, dan “bebas”nya Presiden Biro Politik Hamas Khalid Misy’al untuk mengunjungi Gaza, merupakan “kekalahan telak” penjajah Israel, sebaliknya langkah kemenangan bagi Palestina.

Meskipun Hamas kurang begitu merespon pengakuan PBB atas status Palestina–karena Hamas berpendapat ‘satu-satunya jalan untuk menghadirkan negara Palestina merdeka seutuhnya adalah melalui perlawanan bersenjata’. Tapi, bagi Hamas, seperti dikatakan Misy’al, diplomasi di kancah internasional semisal PBB, itu juga penting, untuk menekan Israel–baik secara politis dan hukum internasional maupun pembentukan (penggalangan) opini.

Hanya saja, memang, menurut Hamas, penjajah Israel “lebih paham bahasa perang” ketimbang jalur diplomasi dan politik. Di jalur ini, umumnya Israel tak peduli dengan desakan dan sejumlah resolusi yang dikeluarkan PBB. Semua resolusi, kecaman dan kutukan terhadap bangsa pongah ini tak mempan.

Tapi di sisi lain, sebenarnya Israel berada dalam ketakutan yang luar biasa ketika harus berperang berhadapan dengan Mujahidin. Dajjal teroris ini sadar betul, bahwa mereka berperang untuk hidup–sehingga takut mati–sementara Mujahidin bertempur ingin mereguk syahid.

Kini, situasi terakhir di Gaza, dikabarkan membuat para pemimpin Israel kebingungan. Kehadiran Misy’al, ini juga yang membuat was-was Israel, diharapkan melahirkan harmoni dan sinergi baru di tubuh pimpinan Hamas yang dalam masa terasing dan yang berbasis di Gaza. Selain itu, Hamas dan Fatah diharapkan bisa berdamai demi kemerdekaan Palestina.

“Kami akan melakukan yang terbaik untuk menerapkannya (rekonsiliasi). Kami siap,” janji Nounou.

Maka, kehadiran Misy’al, khususnya bertepatan dengan Miladnya Hamas, makin menambah suasana menjadi lebih hidup dan menjanjikan. Menurut Hamas, Milad kali ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hamas memperkirakan sekitar 500 ribu massa menghadiri acara ini.

Tak hanya rakyat Palestina. Delegasi resmi dari luar negeri turut mensyi’arkan hajatan Hamas ini, sebut misalnya, dari Mesir, Qatar, Turki, Malaysia, dan lainnya.

Tak ketinggalan, para pemimpin dari seluruh faksi di Palestina, termasuk Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (Faksi Fatah), juga berpartisipasi dalam Milad ini, bersama ratusan ribu warga lainnya.

Acara Milad Hamas ke-25 ini berbeda dengan milad sebelumnya, karena dalam suasana baru berperang dengan penjajah Israel, dimana menurut sebagian besar pengamat, Hamas adalah pemenangnya, sebagaimana disinggung di atas.

Baca Juga

Suasana Milad ini pun cukup membuat surprise, karena kehadiran Presiden Biro Politik Hamas Khalid Misy’al untuk pertama kalinya. Seperti diketahui, selama ini Misy’al hidup di pengasingan, sehingga memimpin Hamas dari luar Palestina.

Misy’al didampingi Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya. Segenap warga Palestina menyambut kedua pemimpinnya dengan antusias dan suka cita.

Misy’al berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh militer Israel dan Mossad. Hidupnya memang terancam. Penjajah Israel “mengharamkan”nya memasuki Palestina. Bahkan mantan Presiden Mesir Husni La Mubarak turut mencekalnya, sehingga pria yang berasal dari Tepi Barat ini harus bersabar untuk masuk ke negaranya sendiri.

Dan, saat itu pun tiba. Jumat (7/12/2012), Khalid Misy’al mengakhiri beberapa dasawarsa hidup di pengasingan dari tanah Palestina lewat kunjungan pertamanya ke Jalur Gaza. Kehadirannya menggarisbawahi keyakinan Hamas yang meningkat setelah pertempuran terbaru dengan penjajah Israel, November lalu.

Setelah melewati perbatasan Mesir, Misy’al berlutut dan menyentuh tanah dengan dahinya untuk melakukan sujud syukur. Ia kemudian disambut di bawah kehangatan sinar mentari, masih di bulan Muharram–bulan pertama Hijriah–oleh puluhan pejabat dari sejumlah faksi.

Ketika berbicara dengan wartawan, Misy’al mengatakan, kedatangannya ke Jalur Gaza seperti kelahiran kembali. Kelahiran setelah ia meninggalkan tempat kelahirannya, Tepi Barat Sungai Jordan, pada 1956. Kelahiran setelah ia selamat dari upaya pembunuhan penjajah Israel pada 1997.

“Saya berdoa kepada Allah bahwa kelahiran keempat saya akan datang terjadi pada hari kita membebaskan Palestina,” kata Misy’al sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (7/12/2012).

Kini, setelah dalam perjalanan panjangnya, Misy’al bertatap muka langsung dengan saudara-saudaranya di bawah Panji Tauhid, dalam tanah Palestina, dalam ranah Hamas di Gaza–tanpa takut dengan moncong dan congornya Zionis Laknatullah. Melalui Hamas, wadah perjuangannya dalam menegakkan kalimatillah, Allah menakdirkannya kembali menyentuh tanah Palestina.

Ini bukan suatu kebetulan, karena memang tak ada yang kebetulan, semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah. Allah berkehendak, Misy’al bisa masuk Gaza pada saat rakyat Palestina penuh sukacita dan bersyukur atas nikmat-Nya, di tengah “kemenangan” dan Milad Hamas yang ke-25.

Hamas, wadah yang Allah jadikan sebagai  inspirator, motivator, generator dan motor bagi Mujahidin dan rakyat Palestina untuk berkuah darah menjemput maut, menemui Rabb, sebagaimana janji–membunuh atau terbunuh–dalam parade syahid yang penuh kenikmatan hidup di alam lain.

Hamas atau Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyah—Gerakan Pelawanan Islam—Palestina yang didirikan  pada 14 Desember 1987 oleh Asy-Syahid Syaikh Ahmad Yasin dan sahabat-sahabatnya, telah menjadi motor gerakan rakyat Palestina yang merindukan syahid.

Syaikh Yasin, dia adalah ruh perjuangan Palestina, seorang Mujahid sekaligus Amir Mujahidin Palestina—meskipun lumpuh dan harus menggerakkan perjuangan dari kursi roda. Tapi dari spiritnya itulah gerakan intifadhah berhasil membuat ciut nyali penjajah Israel.

Menyadari luar biasanya ruh dan semangat yang dipompakan Syaikh Yasin, sosoknya pun jadi incaran nomor satu sang Zionis. Ia gugur dalam nikmatnya kematian yang Allah janjikan. Tangan-tangan biadab Zionis Israel melancarkan serangan rudal ke arah pendiri dan pemimpin Hamas ini.

Dari pesawat heli tempur Apache buatan Amerika, rudal keparat Zionis diarahkan ke Syaikh Yasin selepas sang Mujahid melaksanakan shalat subuh di masjid kota Gaza, Senin, 22 maret 2004.

Allah telah memilih Syaikh Yasin, salah satu sekian dari sedikit hamba pilihan-Nya yang memperoleh syahid–kematian terindah dalam kehidupan manusia. Allahu Akbar! (isa/salam-online)

Baca Juga