Kesaksian-kesaksian dari Desa Mazraah Timbulkan Sejumlah Keraguan Seputar Kematian Syaikh Al Buthi

Masjid Jami Al-Iman Damaskus-jpeg.imageDAMASKUS (SALAM-ONLINE): Masjid Jami Al-Iman yang dikatakan diguncang bom “bunuh diri” pada Kamis (21/3/2013), dan disebut-sebut menyebabkan kematian Syaikh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dan sebagian orang yang menghadiri ta’limnya, terletak di kawasan Mazra’ah, jantung ibukota Damaskus, di dekat markas Partai Sosialis Ba’ats (partai rezim Nushairiyah, red) Cabang Damaskus.

Diberitakan, “ledakan” menghantam masjid dan dinyatakan sebagai “bom bunuh diri” oleh televisi resmi Bashar Assad. Jumlah korban mencapai 42 orang meninggal dan 84 luka-luka, termasuk Syaikh al-Buthi yang meninggal saat menyampaikan pelajaran rutin pada Kamis ba’da magrib itu. Di antara korban terdapat cucu Syaikh Al-Buthi, menurut keterangan televisi resmi Bashar Assad.

“Ledakan” itu juga menimbulkan kerusakan pada bagian tengah masjid, peralatan dan ukir-ukiran di dalam masjid. Sementara itu Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan Jabhah Nushrah mengeluarkan dua pernyataan terpisah yang menegaskan tidak bertanggung jawab atas “ledakan” tersebut dan kedua kelompok itu menegaskan tidak pernah menargetkan rumah-rumah Allah.

Kesaksian-kesaksian Penduduk Desa Masjid Jami’ Al-Iman

Salah seorang warga desa Mazra’ah, Sayyid Ahmadin, kepada situs Orient Net mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam masjid tanpa menjalani pemeriksaan ketat. Posko-posko pemeriksaan militer dan patroli-patroli keamanan mengelilingi masjid dari seluruh arah, sebab kantor Partai Ba’ats berada di samping masjid.”

Seorang warga desa Mazra’ah yang tidak mau menyebutkan identitasnya mengatakan, “Saya tidak mendengar suara ledakan. Tiba-tiba terdengar tembakan yang sangat gencar. Rumah saya menghadap masjid, maka saya segera mematikan lampu di tengah ketakutan anggota keluarga saya. Saya melihat melalui jendela dengan hati-hati, saya melihat beberapa orang yaitu pasukan Shabihah yang menjaga posko-posko pemeriksaan militer sekeliling desa kami, mereka berlarian ke dalam masjid, mereka mengingkari dan mencaci-maki nama Allah serta mencaci-maki “terorisme” dengan bahasa yang paling kasar. Mereka mulai menimbulkan kegemparan untuk menakut-nakuti penduduk desa.”

Warga desa itu menambahkan, “Salah seorang tentara itu mengatakan kepada saya bahwa ia melihat sebuah mobil televisi resmi Suriah, selain mobil yang biasa meliput pengajian Syaikh al-Buthi. Saya tidak memahami maksud perkataannya. Namun barangkali itu seperti setiap kali ledakan dimana televisi resmi Bashar Assad sudah ada di lokasi yang akan diledakkan.”

Kematian Syaikh Al-Buthi Meramaikan Facebook

Tak lama setelah kematian Syaikh Al-Buthi diumumkan, akun-akun facebook revolusi segera ramai memberikan komentar atas peristiwa tersebut, sebagian mengungkapkan kesedihan atas Syaikh yang terbunuh, sebagian lainnya tidak peduli.

Sebagian besar mereka tidak percaya dengan berita televisi resmi rezim Bashar Assad tentang orang yang meledakkan bom “bunuh diri” di dalam masjid. Sebagian mengatakan bahwa jumlah korban mengesankan bahwa ledakan itu membakar masjid.

Namun adegan-adegan menyedihkan televisi resmi rezim Bashar Asad mencoba menampilkannya tanpa menyorot sama sekali wajah para korban atau tulang belulang mereka.

Adegan-adegan itu sama sekali tidak menunjukkan kebakaran atau asap hitam. Bahkan nampak kalau sajadah di Masjid Jami’ itu masih baru! Selain itu, lampu-lampu berbalut hiasan emas juga masih menggantung dan bercahaya terang bahkan setelah peristiwa “ledakan”.

Ditambah banyak kesaksian rinci lainnya yang menimbulkan keraguan, bahkan keraguan yang sangat kuat, atas kebenaran berita televisi resmi Bashar Assad. Khususnya sebelumnya telah diketahui luas kebohongan dan kebodohan media massa Bashar Assad serta metodenya yang mencolok dalam meliput kondisi-kondisi seperti ini.

Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dan masjid jami al-iman, damaskus-jpeg.imageSeorang komentator lainnya menulis, “Andai kita mengakui bahwa berita televisi resmi Assad itu benar, hal ini berarti pihak oposisi bukanlah kelompok sektarian, ia membunuh ahlus sunnah sebagaimana ia membunuh alawiyyah (rezim Nushairiyah). Ini menunjukkan kebohongan Bashar Assad tentang revolusi sektarian. Justru hal itu menunjukkan dengan sangat terang bahwa Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan pihak revolusioner membunuh (musuh) tanpa memandang identitasnya (Nushairiyah atau ahlus sunnah loyalis Nushairiyah). Sementara korban yang dibunuh Bashar Assad semuanya berasal dari kelompok ahlus sunnah, dan jumlah mereka lebih dari 100 ribu orang.”

Athif Darwisy, Pinggiran Damaskus

Harian Ahrar Press, Sabtu 23 Maret 2013 M (arrahmah.com), salam-online

Baca Juga