Laporan Relawan HASI: Untuk Berlindung, Warga Suriah Jadikan Gua Sebagai Tempat Tinggal
SALMA (SALAM-ONLINE): Kekejaman dan kebengisan rezim Bashar Assad dan tentaranya terhadap Muslim Suriah sudah bukan cerita lagi. Semua milik rakyat, pemukiman, tempat-tempat ibadah, taman bermain anak-anak, sekolah dan madrasah semua hancur dihantam rudal dan birmil. Tak ada yang tersisa selain bongkahan batu yang berserakan dan timbunan bebatuan yang menutupi seluruh isi rumah warga.
Tidak ada pilihan bagi rakyat Suriah, pergi mencari tempat perlindungan yang lebih aman… atau terancam setiap harinya dengan dentuman dan ledakan roket dan birmil yang dilancarkan tentara Assad untuk membumihanguskan komunitas Muslim.
Maka, kematian teramat dekat bagi mereka. Karenanya, wajar saja jika mayoritas mereka memilih pergi dari desanya untuk mencari tempat yang aman dari serangan brutal tentara Bashar.
Alhamdulillah, kami, tim Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) berkesempatan untuk mendatangi mereka dalam rangka silaturahim sekaligus menyampaikan amanah rakyat Indonesia untuk memberikan bantuan dana.
Di antara tempat yang kami kunjungi dan bagi kami sangat tidak lazim untuk ditempati adalah Gua. Di zaman dengan teknologi canggih seperti saat ini mestinya tidak ada lagi manusia yang mau tinggal di Gua.
Tidak terlalu jauh dari Salma dan masih dalam wilayah Jabal Akrod, tak lebih dari seperempat jam berkendaraan, kami berhenti di salah satu tebing perbukitan yang ada di kawasan ini.
Kami bertemu dengan Musthofa, salah seorang pengungsi yang tinggal di Gua. Mustofa kemudian mengajak kami untuk menaiki tebing yang ada di sebelah kanan kami. Tebing yang lumayan terjal dengan kemiringan 45 derajat dengan kontur tanah yang dipenuhi akar-akar pepohonan. Lumayan untuk pijakan. Kurang lebih 100 m dari bawah kami telah sampai di tempat tinggal sementara keluarga Musthofa.
Musthofa tinggal bersama 4 anak dan 1 istrinya, juga terdapat ibunya yang telah sepuh. Melihat kedatangan kami mereka merasa haru. Ada kebahagiaan yang tersembunyi di balik tetes air mata yang menggelayut di kelopak mata sang nenek. Seakan menemukan kembali anaknya yang telah lama hilang.
Gua yang mereka tempati hanya berukuran setengah lingkaran dengan diameter dua meter lebih sedikit. Di dalamnya hanya ada penghangat ruangan untuk musim dingin dan salju, semacam kompor dengan pipa asap di atasnya, tanpa ranjang apalagi lemari dengan pewangi di dalamnya.
Setelah memberi bantuan sekadarnya dan berfoto untuk laporan terhadap donatur yang menginfakkan hartanya, kami pun pamit. Tak kuasa jika harus berlama-lama di sana, karena fitrah ini akan larut dalam kesedihan bersama mereka yang justru malah semakin menenggelamkan mereka dalam kesedihan.
Cukuplah kedatangan kami dengan senyuman dan bantuan sekadarnya, membuat mereka yakin bahwa nun jauh di sana, masih ada saudara Muslim yang peduli pada mereka. (Abu Abdillah /Tim ke-6 Relawan HASI untuk Suriah), salam-online