Dilarang Shalat Id, Pengungsi Muslim Rohingya di Thailand Murka
BANGKOK (SALAM-ONLINE): Dilarang shalat Idul Fitri, pengungsi Muslim Rohingya di Thailand murka. Rusuh pun merebak.
Bermula dari aparat Thailand menahan sekumpulan pengungsi yang ingin keluar untuk melaksanakan shalat Id. Kepolisian Thailand bahkan menggunakan meriam air untuk mencegah pengungsi shalat Id.
Sebanyak 261 Muslim Rohingya pencari suaka dilaporkan menghancurkan dua gembok dari dua ruangan, lalu mencoba menyerbu pintu utama tempat mereka ditahan yang terletak di selatan Phang Provinsi Nga. Sebulan sudah mereka ditahan di tempat ini, tak boleh keluar.
“Otoritas menempatkan mereka di lantai bawah dan bernegosiasi mengenani hal ini dengan mereka, tetapi mereka tetap mencoba untuk keluar dan menolak kembali ke ruangan mereka,” kata kepala polisi provinsi Nga, Chalit Kaewyarat, seperti dilansir The News, Jumat (9/7/2013).
Kaerawat menambahkan, kepolisian menembakkan meriam air tersebut tanpa bermaksud untuk menyakiti mereka. Menurutnya, hal ini dilakukan hanya untuk mencegah mereka kabur, selain untuk menenangkan mereka. “Kami akan tunggu sampai kondusif, sampai kita akan pindahkan mereka sementara ke kantor polisi,” tambah Kaerawat.
Seorang pejabat setempat yang tak mau disebutkan namanya, menyebutkan pangkal permasalahannya adalah keinginan kaum Rohingnya untuk keluar dan menjalankan shalat Idul Fitri. Namun, keinginan tersebut tidak mendapatkan izin oleh pemerintah setempat.
Pemerintah setempat, hanya mengizinkan lima orang yang dianggap sebagai perwakilan untuk keluar. Namun, semua pengungsi tersebut nampaknya ingin keluar, sehingga menimbulkan kericuhan antara Rohingya dengan pihak keamanan.
The News melaporkan, banyak pengungsi Rohingya mengalami masalah pernapasan karena tempat penampungan yang penuh sesak selama berbulan-bulan. Oleh karena itu mereka meminta untuk mendapat hak mereka menghirup udara segar.
Thailand awalnya mengatakan pencari suaka akan diizinkan untuk tinggal selama enam bulan, sementara pemerintah Thailand akan bekerja sama dengan badan pengungsi PBB UNHCR untuk mencoba menemukan negara lain yang bersedia menerima mereka.
Namun sejauh ini dari luar negeri bantuan belum datang. Para pengungsi pun terpaksa terpisah dari keluarga mereka.
Seorang juru bicara UNHCR Vivian Tan mengatakan, tempat tersebut tidak dirancang untuk menahan banyak orang dengan waktu yang cukup lama. “Sementara motif kejadian ini masih belum jelas, itu mencerminkan frustrasi tumbuh di antara Rohingya yang ditahan,” katanya.
Tan mendesak pemerintah Thailand untuk memindahkan para pengungsi tersebut ke tempat penampungan baru, yang memungkinkan mereka bersatu kembali dengan keluarga mereka, di samping memberikan kebebasan yang lebih besar. (okezone), salam-online