Muslim Muzaffarnagar, India, Diusir

Pengungsi di Kamp Eidgah Distrik Kandhla Shamli-Uthar Pradesh-jpeg.image
Pengungsi di Kamp Eidgah Distrik Kandhla Shamli-Uttar Pradesh

UTTAR PRADESH (SALAM-ONLINE): Bentrokan Hindu-Muslim terbaru di Muzaffarnagar, yang terletak di bagian barat provinsi Uttar Pradesh, India, telah menewaskan 47 orang. Sebuah laporan tim pencari  fakta menyebutkan bahwa penguasa Hindu dan partai oposisi terlibat dalam upaya membersihkan wilayah tersebut dari komunitas Muslim di beberapa desa yang berpenduduk mayoritas Hindu, lansir Muslim Mirror (19/9).

“Muslim diserang dengan tujuan mengusir mereka keluar dari desa-desa yang berpenduduk mayoritas Hindu,” demikian tim dari Pusat Analisis Kebijakan (CPA) melaporkan seperti dikutip The World Bulletin (19/9).

Pemimpin Kongres Rashid Alvi, Kamis (19/9) pekan lalu mengatakan bahwa kekerasan komunal yang terjadi di Muzaffarnagar lebih buruk daripada kerusuhan Gujarat yang pernah terjadi pada 2002.

“Kerusuhan Muzaffarnagar lebih buruk daripada kerusuhan Gujarat tahun 2002 dan ini adalah tanggung jawab pemerintah Uttar Pradesh,” kata Alvi.

Alvi yang merupakan anggota dari Rajya Sabha, mengatakan bahwa ia mengunjungi sebuah kamp bantuan pada Kamis pagi di seberang perbatasan Loni tapi kemudian ia dihentikan oleh polisi.

“Saya mengunjungi sebuah kamp bantuan di Loni. Tapi polisi tiba di sana, lalu membawa saya ke kantor polisi dan mengatakan bahwa mereka mendapat perintah dari atas di Lucknow untuk melarang saya melampaui titik lokasi tersebut,” ungkap Alvi.

Menurut pemimpin Kongres India, yang pernah mengunjungi kamp Gujarat pada tahun 2002 itu, hasil dari kerusuhan Muzaffarnagar adalah terjadinya gelombang pengungsi, yaitu sekitar 50.000 pengungsi di enam sampai tujuh kamp bantuan di daerah Muzaffarnagar.

“Kenyataannya bisa lebih banyak orang meninggal daripada angka yang diumumkan pemerintah. Jumlah korban bisa lebih dari 100,” katanya.

Alvi mengatakan sekitar 2.000 orang di kamp Loni menceritakan kesengsaraan mereka. Dan para saksi mata menyatakan adanya rencana sistematis untuk “membersihkan” desa-desa tertentu dari keberadaan komunitas Muslim. Mereka juga memaksa sekitar 40.000 orang Muslim meninggalkan desa mereka.

Kerusuhan ini dimulai di desa Kawal, ketika seorang pria Muslim dibunuh oleh saudara dan sepupu seorang gadis Hindu dengan tuduhan melecehkan dirinya. Kedua wanita pembunuh itu adalah anggota komunitas Hindu Jat.

“Ini adalah insiden lokal yang di-blow up untuk komoditas politik,” kata tim pencari fakta dari CPA, yang mengunjungi daerah itu pada 14 September 2013 lalu.

Tim pencari fakta dari CPA ini melibatkan Mander Harsh, seorang aktivis hak asasi kemanusiaan, Rammohan, mantan direktur jenderal Pasukan Keamanan Perbatasan, Profesor Kamal Mitra Chenoy dari Jawaharlal Nehru University, John Dayal, anggota Dewan Integrasi Nasional,  veteran jurnalis Sukumar Muralidharan, serta Direktur CPA, Seema Mustafa.

Tim pencari fakta juga mengatakan bahwa polisi dan pejabat setempat mengaku mendapat “tekanan dari atas” dalam menangani kerusuhan ini. Salah satu petugas menjelaskan bahwa kerusuhan itu mungkin merupakan hasil dari rekayasa para politisi yang ingin menciptakan bentrokan Hindu-Muslim dengan harapan mengumpulkan lebih banyak suara. (Abu Akmal/salam-online)

Baca Juga
Baca Juga