Khutbah Idul Adha 1434 H: ‘Idul Adha & Eksistensi Umat’

–Oleh: USTADZ ABU RUSYDAN–

abu rusydan-2-jpeg.imageI. MUQODDIMAH

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، َأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رسول الله الذ بلغ الرساله وعد الأمانه ونصح الأمة زجاهد في الله حق جهاده حتى لاتكون فتنه ويكون الدين كله لله

اللهم صل على محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ {}.

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {}.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا {} يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أما بعد:

فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثةٍ بدعة وكل بدعةٍ ضلالة وكل ضلالةٍ في النار.

 

الله أكبر الله أكبر …لا اله إلا الله …الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

II. URAIAN

A. Manusia dan Pengorbanan

Sejarah kehidupan manusia dipenuhi dengan kisah pengorbanan. Ada yang dipersembahkan untuk Allah Ta’ala, ada yang dipersembahkan untuk berhala. Sebagian melakukan pengorbanan untuk kepentingan dien, sebagian untuk kepentingan dun-ya. Kadang pengorbanan tersebut untuk membela prinsip (baik haq maupun batil), kadang hanya sekadar membela kesenangan dan pemuasan nafsu (tanpa tujuan yang jelas).

Meskipun  motif, bentuk dan tujuan pengorbanan berbeda, manusia mempunyai satu harapan yang sama dalam melakukan pengorbanan, yaitu agar wujud dan eksistensi mereka terpelihara dan diakui oleh masyarakatnya, atau oleh pihak mana pun yang diharapkan untuk memberi pengakuan.

Qabil dan Habil melakukan pengorbanan dengan harapan agar eksistensi mereka diakui oleh Allah Ta’ala, keluarga dan masyarakatnya. Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam melakukan banyak sekali pengorbanan dengan harapan agar Allah Ta’ala memelihara eksistensi beliau dan umatnya sebagai imam bagi umat manusia.

 

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ (124)

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya ku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata: “(dan saya mohon juga) dari keturunanku.  Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim,” (QS Al Baqarah: 124).

Bahkan Karl Marx pun melakukan pengorbanan besar agar prinsip komunisme yang ia perjuangkan wujud dan dianut oleh umat manusia. Begitu juga Rousseau, Montesquieu, John Locke. Mereka melakukan pengorbanan besar untuk memperjuangkan agar demokrasi menjadi panutan dan jadi jalan hidup umat manusia.

Para penyembah berhala sejak zaman dahulu sampai hari ini juga melakukan pengorbanan agar wujud  dan eksistensi mereka terpelihara. Sebagai contoh adalah pengorbanan yang dilakukan oleh kaum primitif di lembah Nil di Mesir sebelum kedatangan Islam; dan juga pengorbanan sebagian masyarakat Indonesia hari ini dengan sedekah bumi, sedekah laut, dan lainnya.

Tentu saja hal yang harus kita ingat dan teladani adalah bagaimana Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alahi wa sallam dan para shahabat radliyallahu ‘anhum telah melakukan pengorbanan yang luar biasa agar umat yang mengabdi kepada Allah Ta’ala dengan benar tetap wujud di muka bumi ini. Hal ini tercermin dalam istighotsah beliau pada saat Perang Badar.

 

قال الإمام أحمد: حدثنا أبو نوح قُرَاد، حدثنا عكرمة بن عَمَّار، حدثنا سماك الحَنَفي أبو زُميل، حدثني ابن عباس (1) حدثني عمر بن الخطاب، رضي الله عنه، قال: لما كان يوم بدر نظر النبي (2) صلى الله عليه وسلم إلى أصحابه، وهم ثلاثمائة ونَيّف، ونظر إلى المشركين فإذا هم ألف وزيادة، فاستقبل النبي صلى الله عليه وسلم القبلة، ثم مد يديه، وعليه رداؤه وإزاره، ثم قال: ” اللهم أين ما وعدتني، اللهم أنجز لي ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة من أهل الإسلام فلا تعبد في الأرض أبدا”، قال: فما زال يستغيث ربه [عز وجل] (3) ويدعوه حتى سقط رداؤه، فأتاه أبو بكر فأخذ رداءه فرداه، ثم التزمه من ورائه، ثم قال : يا رسول الله، كفاك مناشدتك ربك، فإنه سينجز لك ما وعدك، فأنزل الله، عز وجل: { إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ

Imam Ahmad berkata: menceritakan kepada kami Abu Nuh Qurad, menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar, menceritakan kepada kami Samak Al Hanafi Abu Zumail, menceritakan kepadaku Ibnu Abbas (1) menceritakan kepadaku Umar bin Khaththab Radliyallahu ‘anhu, dia berkata: Ketika Perang Badar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ke arah para sahabatnya yang berjumlah 300 lebih, dan melihat ke arah Musyrikin yang berjumlah seribu lebih. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengenakan selendang dan jubah  menghadap kiblat sambil berdoa mengangkat tangan,”Ya Allah bagaimana dengan janjiMu, ya Allah penuhilah janjiMu kepadaku, Ya Allah jikalau sekelompok kecil dari pemeluk Islam ini Engkau kalahkan, tentu Engkau tidak disembah lagi di dunia ini selamanya.” Nabi terus berdoa kepada Rabbnya ‘Azza wa jalla sampai-sampai selendangnya jatuh. Abu Bakar pun mengambil selendangnya dan meletakkan di tempat semula lalu berdiri di belakang Nabi dan berkata,”Wahai Rasulullah, cukuplah kiranya engkau bermunajat kepada Rabbmu, Allah pasti akan menganugerahi apa yang telah dijanjikan kepadamu.” Maka Allah ‘Azza wa jalla menurunkan ayat: “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.

 B. Pengorbanan yang Benar

Memang, kehidupan manusia tidak terpisahkan dari pengorbanan. Rohani manusia merasa tenang apabila telah melakukan pengorbanan. Manusia merasa berhak memperoleh “hasil” dan memetik “buah usaha” jika telah melakukan sebuah atau sejumlah pengorbanan. Satu hal yang menjadi persoalan adalah bahwa tidak semua pengorbanan manusia tersebut benar dan  diterima di sisi Allah Ta’ala.

idul adha-ilustrasi-1-jpeg.imagePengorbanan yang  benar dan dijanjikan akan diterima oleh Allah Ta’ala adalah pengorbanan yang dipersembahkan murni untuk menyembah (mengabdi) kepada Allah Ta’ala, dilandasi taqwa kepada Allah Ta’ala, dilakukan dengan kesabaran dan tawakkal yang luar biasa serta dalam rangka membela ‘Dienulloh’.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Dien dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah Dien yang lurus,” (QS Al Bayyinah: 5).

وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (7)

“Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami taati.” Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu),” (QS Al Maidah: 7).

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (37)

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik,” (QS Al Hajj: 37).

Baca Juga

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102)

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’,” (QS Ash Shaffat: 102).

وَمَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ (12)

“Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri, (QS Ibrahim: 12).

Kaum Muslimin juga mesti memperhatikan dan meneladani bagaimana Abu Bakar Ash-shiddiq Radliyallahu ‘anhu telah melakukan pengorbanan luar biasa membela Dienul-Islam dalam menyikapi sekelompok orang yang menolak membayar zakat, ketika beliau mengucapkan kalimat yang monumental dan menentukan keberlangsungan Dienul Islam, sebagaimana diceritakan dalam Tarikh Khulafa’ halaman 67:

لما اشتهرت وفاة النبي صلى الله عليه و سلم بالنواحي ارتدت طوائف كثيرة من العرب عن الإسلام و منعوا الزكاة فنهض أبو بكر الصديق لقتالهم فأشار عليه عمر و غيره أن يفتر عن قتالهم فقال : و الله لو منعوني عقالا أو عناقا كانوا يؤدونها إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم لقاتلتهم على منعها فقال عمر : كيف تقاتل الناس و قد قال رسول الله صلى الله عليه و سلم [ أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا : لا إله إلا الله و أن محمدا رسول الله فمن قالها عصم مني ماله و دمه إلا بحقها و حسابه على الله ؟ ] فقال أبو بكر : و الله لأقاتلن من فرق بين الصلاة و الزكاة فإن الزكاة حق المال و قد قال [ إلا بحقها ] قال عمر : فو الله ما هو إلا أن رأيت الله شرح صدر أبي بكر للقتال فعرفت أنه الحق ( أخرجه الشيخان و غيرهما)

“Manakala berita wafatnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebar di berbagai daerah, banyak kelompok-kelompok di kawasan Arab yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Maka Abu Bakar Ash-shiddiq Radliyallahu ‘anhu bertekad untuk memerangi mereka, dan Umar serta sahabat lainnya berusaha untuk menenangkannya. Namun Abu Bakar berkata, Demi Allah, jika mereka enggan menyerahkan kepadaku satu ekor saja yang biasa mereka berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam, niscaya aku perangi mereka karena enggan membayar zakat.’ Lalu Umar Radliyallahu ‘anhu berkata,Bagaimana engkau akan memerangi orang-orang, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (Aku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka terlindungi dariku, kecuali dengan hak Islam dan hisab (pehitungan) mereka pada Allah Ta’ala?).’ Abu Bakar pun berkata, Demi Allah, saya akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat; karena sesungguhnya zakat itu adalah hak (kewajiban) pada harta benda.’ Kemudian Umar berkata, ‘Maka demi Allah, yang terjadi atas dia tiada lain kecuali aku mengetahui bahwa Allah ‘Azza wajalla telah melapangkan dada Abu Bakar untuk berperang, lalu aku pun tahu bahwa dia memang benar’,” (HR BukhariMuslimSyakhaani dan lainnya).

Juga ucapan beliau yang amat masyhur:

أَيَنْقُصُ الدِّيْنُ وَأَنَا حَيٌّ

“Apakah ‘Dien’ ini akan dikurangi sementara saya masih hidup?

III. KESIMPULAN DAN RENUNGAN

Dari perbincangan di atas, jelas bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara pengorbanan dan eksistensi umat. Hari ini, ketika bangunan sistem Islam sedang terancam dibakar oleh musuh-musuhnya (yang paling panas dan menghanguskan adalah dengan api demokrasi dan nasionalisme), tubuh kaum Muslimin sedang tersayat penuh luka (oleh tindakan licik Salibis dan Zionisme), setiap Muslim dituntut untuk melakukan pengorbanan yang lebih besar lagi dan turut memelihara wujud dan eksistensi Umat. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38) إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikit pun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu’,” (QS At Taubah: 38-39).

هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ (38)

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini),” (QS Muhammad: 38).

Setiap Muslim dituntut untuk tetap sabar dalam melakukan pengorbanan sampai Allah Ta’ala menentukan keputusannya.

وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (109)

“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya,” (QS Yunus: 109). 

Semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada kita dan istiqamah menapaki jalanNya.

IV. KHOTIMAH DAN DO’A

Idul Adha datang setiap tahun. Ini juga bermakna kita setiap tahun mendapat kesempatan untuk memperbarui, meluruskan dan meningkatkan pemahaman, kesadaran dan perilaku pengorbanan kita agar sesuai dengan tuntunan dan tuntutan Allah Ta’ala dalam rangka upaya memelihara wujud dan eksistensi kita sebagai Ummah Muslimah.idul adha-ibadah-haji-merupakan-salah-satu-momen-untuk-memperluas-semangat-kabah-3-jpeg.image

الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَىخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَ انْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَ يُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَ يُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَ زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ.

اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَ أَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

اللِّهُمَّ رَبَّناَ اهْدِنَا صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ، اللِّهُمَّ رَبَّناَ اهْدِنَا صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ، اللِّهُمَّ رَبَّناَ اهْدِنَا صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنةً وَ فيِ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. الَّلهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

 

سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Baca Juga