Aktivis Islam di LP Cipinang Kritisi ‘Ulama’ BNPT dari Timur Tengah

BNPT-Kepala BNPT Ansyaad Mbai-Wakil Menteri Agama Nassarudin Umar bersama Tiga ulama Timur Tengah Ali Hasan al-Khalaby Najih Ibrahim-Syekh Hisyam al-Najjar berfoto bersama di Hotel Grand Sahid Jakarta-Sabtu -7-12-2013-jpeg.image
Kepala BNPT Ansyaad Mbai dan Wakil Menteri Agama Nasarudin Umar bersama 3 “ulama” BNPT dari Timur Tengah di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (7/12/2013)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Meski Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendatangkan “ulama” dari Timur Tengah untuk mengubah pemikiran aktivis Islam yang dituding sebagai “teroris”, namun tak berarti apa yang disampaikan “agen-agen” BNPT itu benar, sebagaimana dituturkan oleh aktivis Islam yang tengah mendekam di LP Cipinang, Jakarta Timur.

Bak seorang hakim, para tokoh Timur Tengah yang diundang BNPT itu langsung mengusung tema yang serius: Takfir dan Tafjir, yang berarti Mudah Mengkafirkan dan Aksi-aksi Pengeboman. Ali Hasan Al-Halabi, Hisyam Najjar dan Najih Ibrahim, pekan lalu lalu memberikan “kuliah” kepada para aktivis Islam yang mendekam di LP Cipinang selama kurang lebih 3 jam.

Tak pelak, saat sesi tanya jawab berlangsung, Abu Anas, salah seorang aktivis Islam di Cipinang keberatan dengan tema itu. Menurutnya, seolah-olah seluruh aktivis Islam adalah para pelaku takfir dan pengeboman yang melakukan aksinya secara serampangan.

“Apa motivasi Anda datang kesini? Kok tiba-tiba bicara panjang lebar soal takfir dan tafjir?” Abu Anas membuka pertanyaan kepada para tokoh undangan BNPT saat itu.

Lalu, Syaikh Najih Ibrahim menjawab. “Oh tidak… maksudnya bukan begitu. Saya tahu kalian ini sopan, murah senyum, tertib. Tapi, masalah takfir dan tafjir ini merupakan problem kontemporer. Seperti yang terjadi di Yaman, Irak, Pakistan, Afghanistan, Yordan, Mesir, dan lainnya,” ujar mantan petinggi Jamaah Islamiyah Mesir itu kepada para hadirin.

“Pertanyaan Ana kedua, bukankah sekarang ini negeri-negeri kaum Muslimin sedang terjajah, bagaimana cara membebaskannya?” tanya Abu Anas kepada Najih Ibrahim saat itu.

Saat itu Najih Ibrahim berpendapat, membebaskan negeri Islam seperti Palestina, caranya adalah datang langsung ke Palestina, bukan dengan cara membunuh atau mengebom warga asing yang datang ke Indonesia. Karena, warga asing tersebut tidak bertanggung jawab dengan arah kebijakan politik negaranya. “Seperti Anda misalnya, Anda tidak bertanggungjawab dengan arah kebijakan politik Indonesia,” ujar Abu Anas menirukan jawaban Najih Ibrahim kepada Kiblatnet saat dikunjungi pada Jumat, 13 Desember 2013.

Dia menambahkan, bahkan banyak warga AS yg menolak kebijakan pemerintahannya. Justru amaliyat kita di negeri seperti Indonesia akan memperburuk citra Islam di mata dunia.

Baca Juga

Namun, Abu Anas mengkritisi lebih lanjut syubhat yang dilontarkan oleh agen BNPT itu. Menurutnya, permasalahan ini perlu diperinci lebih lanjut.

“Kita sepakat dengan pernyataan dia sampai pada titik ini, karena ini juga yang menjadi arahan Syaikh Usamah bin Ladin dalam pandangan Jihad Global-nya. Namun, kalau kemudian beliau membatasi amal Islam di Indonesia misal hanya dakwah, kita tak sepakat,” ujar pria yang aktif mengkaji pemikiran jihad global Al-Qaidah ini.

Menurutnya, amal Islam seperti jihad sekalipun, juga bisa dilakukan di sini, meski jihad tidak selalu berarti perang atau membunuh.Terkadang kewajiban jihad gugur dan digantikan posisinya oleh i’dad (persiapan, red).

“Ini saya kira poin persamaan dan perbedaan kita,” tutur Abu Anas lagi.

Lalu, apa saja bentuk jihad yang dapat dilakukan di Indonesia, atau negara lain yang posisinya tidak terjajah secara fisik? Abu Anas berkeyakinan bahwa selain jihad qital, masih banyak jalan jihad lainnya yang bisa ditempuh umat Islam saat keadaannya tidak memungkinkan. Di antaranya, jihad media, jihad lisan, jihad harta, dan sebagainya.

“Jihad media, ini yang sangat perlu dan menempati skala prioritas utama di Indonesia. Bahkan, di jabhah (front pertempuran, red) sekalipun. Jihad lisan dengan dakwah, jihad harta dengan infaq secara ringkas. Jahidul musyrikina bi anfusikum wa amwalikum wa alsinatikum. Karena jihad menurut Syaikh Usamah, pelaksanaannya harus memperhatikan, kapan, di mana dan bagaimana dilakukan. Ini penting!” pungkas Abu Anas. (sdqfajar/kiblatnet)

salam-online

Baca Juga