Perang Suriah Merembes ke Inggris, Mertua Asad Dibenci Tetangga

Inggris-mertua basyar asad-dr Fawaz Akhras-1-jpeg.image
Fawaz Akhras, mertua Asad

LONDON (SALAM-ONLINE): Perang di Suriah ‘merembes’ hingga ke Inggris. Tepatnya di Acton, lingkungan bergaya tahun 1930-an di London Barat, dimana mertua diktator Suriah Basyar Al-Asad tinggal.

Pertempuran itu tidak dengan Kalashnikov, artileri, dan bom mobil, tetapi dengan coretan, penghinaan, dan hubungan yang terputus dengan para tetangganya.

Di rumah mewah ini, keluarga dr Fawaz Akhras, orang tua Asma Asad—istri Basyar Al-Asad—tinggal. Untuk melayani keluarga itu, menurut Mail Online, mereka mempekerjakan seorang pekerja rumah tangga asal Indonesia, yang tampaknya diambil dari Suriah.

Kebencian terhadap keluarga ini mulai muncul setelah beredar kabar Akhras diam-diam menyarankan menantunya mengambil tindakan tegas terhadap demonstran.

Demonstrasi pernah dilakukan di depan rumah mereka. Saat itu, dinding taman roboh, jendela-jendela rusak, dan bom cat memenuhi dinding rumah mereka.

Sebuah spanduk putih besar disampirkan, bertuliskan mereka harus keluar dari kawasan ini, dan menyatakan bahwa “semua parfum di dunia Arab tidak akan menghapus bau rezim Asad”.

Seorang tetangganya menyatakan mereka memperlakukan pasangan ini seperti sampah masyarakat. “Ketika saya melihat mereka, saya lebih baik memalingkan wajah,” kata seorang tetangga yang pernah menganggap keluarga itu teman.

“Orang-orang merasa jijik pada mereka,” kata Malik al-Abdeh, seorang wartawan oposisi yang orang tuanya tinggal tepat di seberang rumah Akhras.

“Mereka dianggap sangat tidak berperasaan, egois, hanya mengejar kekayaan, dan namanya tercemar justru karena dekat dengan rezim Asad,” ungkap Malik.

Foto tentang keluarga ini sempat mengundang kemarahan publik. Saat itu, ketika di Suriah tindakan brutal sedang diambil terhadap demonstran, Asma hadir di rumah itu untuk menyelenggarakan pesta ulang tahun anaknya dan berpose di belakang meja penuh dengan makanan.

Baca Juga

Pasangan ini jarang membuka pintu depan. Keluar-masuk rumah dilakukan melalui pintu belakang.

Mohammed, tetangganya yang telah berpuluh tahun tinggal di kawasan itu, menyatakan keluarga Akhras adalah keluarga terhormat pada awalnya.

Keluarga ini sudah lama tinggal di London, di lingkugan mayoritas berdarah Suriah. Asma disebut Huda, tetangga yang lain, sebagai gadis yang baik, normal, dan ramah.

Asma bersekolah di sebuah sekolah swasta di Marylebone, London Tengah, dan ke King College London, sebelum menjadi seorang bankir. Kemudian pada 2000 ia menikah dengan Asad. Tak seorang pun di lingkungan ini tahu sampai setelah acara tersebut.

“Kami terkejut,” kata Huda. “Bagaimana mungkin sebuah keluarga Muslim (Sunni) membiarkan putri mereka menikah dengan seorang Alawi?”

Inggris-dr Fawaz Akhras dan Asma-sang anak-istri Asad-jpeg.image
Fawaz Akhras & sang Anak, Asma, istri Basyar Asad

Maka, sejak konflik Suriah dimulai, semuanya berubah. Apalagi, hampir setiap keluarga di lingkungan dengan penghuni kebanyakan berdarah Suriah ini memiliki kerabat yang meninggal, korban kekerasan rezim Asad, juga dipenjara, disiksa, atau terpaksa tinggal di kamp-kamp pengungsi.

“Orang-orang akan meludahi wajahnya, jika pun tidak menyerangnya,” kata seorang Muslim setempat. “Semua orang jijik.” (tempo)

salam-online

Baca Juga