BNPT Diminta Bubar, Rapat di Komisi III Tegang

BNPT-rapat komisi III tegang, BNPT diminta bubar-jpeg.image
Ansyaad Mbai (kiri) dan Syarifudin Sudding

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Rapat dengar pendapat antara Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diwarnai sedikit kericuhan. Kericuhan itu melibatkan anggota Komisi III DPR Syarifudin Sudding dengan Kepala BNPT Ansyaad Mbai.

Kericuhan itu bermula saat Sudding diberi waktu memperdalam pertanyaan untuk Kepala BNPT. Politisi Partai Hanura itu melontarkan kritik keras, sampai mengusulkan agar BNPT dibubarkan karena tak memiliki prestasi yang jelas.

Kritik keras Sudding merujuk pada laporan BNPT dalam menangani “terorisme”, khususnya di Poso yang tak pernah selesai.

Sudding menilai Ansyaad lebih pas sebagai pengamat terorisme, bukan Kepala BNPT. Hal ini didasari kinerja BNPT dibawah Ansyaad, tidak punya peran signifikan.

“Ansyaad lebih cocok jadi pengamat saja. Karena sering mengomentari apa yang dilakukan orang lain. Terus terang saja, tidak jelas capaian-capaian BNPT ini,” kata Sudding dalam rapat Komisi III DPR dengan BNPT, Senin (10/2).

Selain itu, Sudding menegaskan, aksi “terorisme” dimunculkan hanya untuk pengalihan isu. Menurutnya, kasus-kasus penangkapan “teroris” dijadikan sebagai pengalihan isu besar. Seperti “teroris” di Poso muncul saat polemik pembebasan Corby.

“Saya curiga (isu) ‘teroris’ ini malah dipelihara. Sekarang ‘teroris’ ini hanya untuk pengalihan isu,” imbuhnya.

“Ini Poso jadi alat pengalihan isu. Saya meminta BNPT dibubarkan,” tegasnya.

Menanggapi pernyataan-pernyataan ini, Ansyaad langsung bereaksi keras. Dia menyamakan Sudding dengan kelompok “teroris”. Ia menganggap hanya “teroris” yang suka jika BNPT dibubarkan.

“Pak Suding, ini selama tiga tahun berturut-turut pertanyaannya sama. Sejak dulu ‘teroris’ memang ingin BNPT bubar,” sindirnya.

“Terkait komentar itu, memang ‘teroris’ selalu begitu perkataannya,” kata Ansyaad.

Mendengar hal itu, sontak Sudding berang. Ia langsung meminta izin kepada pemimpin rapat, Pieter C Zulkifli, untuk menginterupsi jawaban dari Ansyaad. “Tolong Bapak (Ansyaad) cabut pernyataan itu segera karena saya berbicara melihat kinerja (BNPT),” kata Sudding sambil menunjuk Ansyaad.

Sadar dengan suasana rapat yang mulai tak kondusif, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, Fahri Hamzah, langsung melayangkan interupsi meminta Pieter mengendalikan suasana di ruang rapat. “Pimpinan, tolong rapatnya dipimpin,” ujar Fahri.

Tak lama berselang, Ansyaad kembali melanjutkan waktunya berbicara. Ansyaad menjelaskan, ia terpaksa melontarkan jawaban keras kepada Sudding karena menganggap tak etis mengkritisi BNPT secara berlebihan.

Setelah suasana mulai redam, Sudding membeberkan alasannya melayangkan kritik keras untuk BNPT. Ia mengaku selalu mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat Poso, yang merupakan konstituen di daerah pemilihannya, terkait aksi “terorisme” yang dituduhkan kepada warga.

“Saya prihatin, termasuk di Poso. Apa enggak bisa dihentikan? Apa sengaja dipelihara?” katanya.

Ketegangan antara Sudding dan Ansyaad mereda dengan sendirinya. Ketua Komisi III DPR Pieter C Zulkifli yang memimpin rapat langsung menutup rapat setelah Ansyaad selesai memberi penjelasan.

editor: isa

sumber: kompas.com/inilah.com

Baca Juga
Baca Juga