Persis: “Spanduk ‘Tuhan Membusuk’ Promosi untuk Ateisme”
SURABAYA (SALAM-ONLINE): Spanduk bertuliskan ‘Tuhan Membusuk’ di Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, tak hanya mengundang protes dari MUI Jawa Timur. Spanduk yang oleh MUI Jatim merupakan penistaan terhadap Islam itu juga dinilai oleh Ketua Umum Pemuda Persatuan Islam (Persis), Tiar Anwar Bachtiar, sebagai bentuk promosi ateisme ala Nietzsche.
Tulisan di spanduk itu adalah tema Orientasi Akademik dan Cinta Almamater (OSCAAR) 2014 bagi mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel yang berlangsung pada 28-30 Agustus.
Sebelumnya, seperti diberitakan dalam laman Muslim Daily, Sabtu (30/8), Gubernur Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Rahmad Sholehuddin menjelaskan tema tersebut sejatinya berangkat dari sebuah realitas keberagamaan masyarakat Indonesia yang belakangan kian memperihatinkan.
“Sekarang tidak sedikit orang atau kelompok yang mengatasnamakan Tuhan membunuh orang lain,” kata Rahmad, Sabtu (30/8).
Demi (membela) Tuhan, mereka rela mempertaruhkan nyawanya. Perilaku ini lazim dilakoni oleh kelompok yang mengklaim paling shalih. Kelompok yang mengklaim paling Islami. Akibatnya, kelompok yang berbeda dengan mereka dengan mudah dituduh ‘kafir’ yang darahnya halal.
Rahmad juga berdalih, terkait adanya fenomena keberagamaan masyarakat modern yang mulai menempatkan spiritualitas sebagai alternatif pemecahan berbagai problem kehidupan.
Ironisnya, semangat keberagamaan masyarakat modern bertitik tolak pada pertimbangan matematis-pragmatis. Untung-rugi. Bila tidak lagi mampu memberi manfaat secara materi, maka dengan mudah ‘agama’ dicampakkan begitu saja.
“Agama (Tuhan) tidak lebih hanya dijadikan sebagai pemuas atas kegelisahan yang menimpanya. Tidak salah kalau sekarang agama dikatakan berada di tengah bencana,” tegas mahasiswa jurusan Perbandingan Agama ini.
Rahmad lalu mencontohkan, ketika ditimpa musibah maka dengan reflek masyarakat ingat Tuhan. Keadilan Tuhan pun digugat. Di sisi lain, peran Tuhan kerap berada dalam simbol ketidakberdayaan.
“Lagi-lagi Tuhan tetap berada di pojok kesalahan. Itulah salah satu alasan mengapa kami mengangkat tema itu,” tandas alumnus Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong Probolonggo ini.
Dia menambahkan, yang hendak dikritik bukan eksistensi Tuhan, melainkan nilai-nilai ketuhanan yang sudah mulai mengalami ‘pembusukan’ dalam diri masyarakat beragama. “Dengan tema ini, kami berharap mahasiswa baru bisa menerapkan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.
Namun Menurut Tiar Anwar, ungkapan gubernur senat di atas itu copy paste dari tulisan Nietzsche dalam Zarathustra.
“Nietzsche dengan alasan seperti itu membuat ungkapan yang sangat terkenal ‘God is Dead’ Jadi jelas ini promosi ateisme ala Nietzsche!” tegasnya kepada Islampos, Sabtu (30/8). (Andi/Islampos)
salam-online